CakNun.com

Ikut yang Rubuh atau Ikut yang Tumbuh

Agus Wibowo
Waktu baca ± 3 menit

Sekitar 90% kegiatan utama masyarakat Indonesia adalah bekerja, mencari nafkah. Dan 90% ranah yang digeluti dalam mencari nafkah itu adalah sektor produksi dan jasa. Produksi yang besar akan menghasilkan keuntungan yang besar. Jasa yang handal akan memberikan efek keuntungan yang besar pula. Dari 90% itu ternyata mayor kehidupan masyarakat Indonesia adalah mencari keuntungan atau membantu pengusaha yang sedang mencari keuntungan dengan mengorbankan hampir 50% waktunya setiap hari.

Dengan demikian, akan sangat wajar banyak ranah yang semakin tidak tersentuh dan terbengkelai. Yakni ranah-ranah yang tidak berbicara tentang produksi dan jasa. Maka, semakin waktu bergulir semakin banyak orang menjadi budak atas kepentingan oranglain. 90% usia produktif Indonesia menggantungkan pada pekerjaan yang bisa memberi gaji tetap. Sebab dengan gaji tetap itu dianggap bisa memberikan jaminan kesejahterannya. Perusahaan yang secara umum hanya concern di wilayah barang dan jasa tentunya akan memiliki wilayah kegiatan yang lebih sederhana daripada ranah ability yang dimiliki manusia.

Ranah ability manusia yang kompleks ini kemudian banyak yang tidak terakomodir dan tersingkir, karena tidak semua ability manusia selalu berupa barang dan jasa. Seperti membangun tradisi, membangun pendidikan dan mengembangkan pengetahuan. Meskipun beberapa hal itu bisa ditemukan solusi agar menjadi bidang jasa yang menghasilkan keuntungan namun akan merusak ruh tradisi dan pendidikan. Wilayah ini semestinya justru harus aman dalam urusan keuntungan materi. Sebab ada keuntungan jiwa dan keuntungan ruhani yang memiliki jangkauan durasi lebih panjang daripada keuntungan jasadi / materi.

Sehingga dalam dunia tradisi dan pendidikan yang kini sudah terlanjur banyak yang di’barang’kan atau di’jasa’kan makin menyingkirkan pertahanan sistem tradisi dan pendidikan yang keberlangsungannya tidak bisa mengandalkan uang namun mengandalkan kebersamaan. Pada saat ada mekanisme pendidikan ataupun tradisi yang menggunakan jalur non-profit akan semakin kurus kering dan dipojokkan untuk harus terlempar dari tempatnya semula yang bermartabat menuju tempat-tempat yang sama sekali bukan pada tempatnya.

Fenomena manusia hidup sesungguhnya bukan hanya tentang mencari untung, malah justru bagaimana bisa berbagi. Bukan hanya sekedar menerima namun justru memberi. Semakin banyak pilihan utama dalam ruang kehidupan manusia hanya yang menguntungkan secara pribadi maka akan semakin dekat pula kemanusian tumbang lebih cepat. Namun Allah Maha Adil, Ia mengirimkan ‘light infantry’ dalam segala pergulatan kegiatan utama manusia. Mereka ini adalah golongan 10% yang memiliki tugas lebih kompleks daripada yang 90%.

Kemudian apa yang terjadi pada yang 10% ? yang ini adalah pejuang dan perintis masa depan. Golongan ini merasa merdeka terhadap waktu yang mereka lalui. Mereka akan menyunggi hajat hidup dengan cara melaksanakan apapun yang tidak Tuhan larang dan tidak akan melalukan apapun yang Tuhan memerintahkan. Ia tidak perlu SOP dalam menjalankan hidupnya. Karena SOP-nya sudah jelas yakni sebagai khalifatul fil ardh, dan sebagai hamba Tuhan. Maka golongan marginal yang 10% ini akan memiliki keberanian lebih dalam hal mengambil risiko umum. Ia tidak menggantungkan hidup dari gaji tetap melainkan dari pekerjaan tetap. Artinya, mereka memiliki prinsip bahwa jaminan hidupnya hanya akan berhenti dan berkurang atau bahkan dicabut jika mereka tidak bekerja. Enggan melakukan apapun yang berkaitan dengan tugas kekhalifahan dan pengabdiannya di dunia. Maka mereka pun meyakini pasti dijamin hidupnya jika mau terus berkerja dalam membangun pengabdian dan menata kehidupan dengan segala potensi yang ia punya. Apakah yang 10% ini lantas tidak berada dalam ruang produksi dan jasa yang ada dalam arena 90%? Tidak! Mereka tetap menebar ke dalam beberapa sektor ability dan memberikan influence pada lingkungannya sehingga termasuk arena yang 90% tersebut. Jadi apabila saat ini Anda sedang berada di arena 90%, jangan buru-buru berkecil hati. Asal dalam kegiatan Anda dimanapun itu masih dalam ranah memperjuangkan rasa kamanungsan maka bisa jadi justru Anda sedang diletakkan oleh Tuhan di situ untuk memberikan influence (pengaruh) yang baik pada lingkungan yang Anda jumpai sehari-hari.

Sehingga 10% ini seolah sedikit secara kuantiti namun uniknya mereka memiliki kualitas ikatan bathin yang lebih baik daripada yang 90%. Mereka semua tanpa saling mengenal bisa tiba-tiba memiliki orientasi dan kegembiraan bersama dalam mengambil peran pengabdian dan bahu-membahu satu sama lain tanpa koordinator. 10% ini justru menyentuh wilayah secara lebih utuh dan lengkap dalam rangka membangun dan mempertahankan mutu kemanusiaan di segala zaman. Mereka akan memberikan peluang kemanusiaan tidak segera tumbang, sebab kemanusiaan terus bertahan dan bahkan semakin menuju perbaikan yang manusiawi dari hari ke hari. Inilah pejuang dan perintis untuk menghantarkan generasi kita semua ke depan yakni generasi yang akan membangun Negeri Aman Damai, Balad Al-Amin.

Ungaran, 03 September 2019 / 03 Muharram 1441 H

Lainnya

Masyarakat Nusantara (dulu), Masyarakat Indonesia (kini)

Masyarakat Nusantara (dulu), Masyarakat Indonesia (kini)

Tulisan ini adalah catatan elaborasi penulis yang mudah-mudahan bisa menjadi “oleh-oleh” yang lain dari acara Sarasehan Budaya yang diselenggarakan oleh Majelis Masyarakat Maiyah Nusantara dalam rangkaian acara Banawa Sekar di Pendopo Agung Majapahit, Trowulan, Mojokerto, pada tanggal 27 Mei 2014 dan bertepatan dengan tanggal 27 Rajab 1435H lalu.

Ahmad Rifai
ahmadrifai