CakNun.com

Ghirroh Seni Gairah Silaturrahim

Muhammad Zuriat Fadil
Waktu baca ± 2 menit

“Kalau ditanyakan, apa yang membedakan binatang dengan manusia, maka menurut saya salah satunya adalah kesenian,” begitu salah satu poin yang Pak Simon HT sampaikan dalam pidato budaya beliau yang sekaligus juga untuk secara resmi membuka “Pameran Seni Visual Hitam Putih Novi Budianto” pada hari Minggu 24 November 2019 di Rumah Maiyah, Kadipiro. Pameran ini sendiri akan berlangsung dari tanggal 24 sampai 27 November 2019.

Rangkaian acara dibuka dengan hangat oleh Pak Seteng yang sempat mengajak para hadirin untuk selalu membangkitkan ghirroh dalam kesenian. Ghirroh, bergairah, lebih menyala dan lebih hidup. Terus hidup. Hadirin yang datang sejak ba’da Isya mulai diajak bergembira bersama dengan sajian musik kroncong yang dilantunkan oleh tim gabungan personel Letto dan KiaiKanjeng. Rasanya, apapun yang sedang, pernah dan akan berlangsung di Rumah Maiyah memang selalu terolah menjadi kebersamaan dan kemesraan.

Nuansa kebersamaan sangat terasa. Maka ketika Pak Simon HT menyampaikan pidato kebudayaan beliau setelah dipersilakan oleh Pak Eko Winardi selaku moderator, poin penting mengenai fungsi seni sebagai pemersatu hati manusia sangat lekas meresap dalam hati para hadirin.

Seni, menurut Pak Simon selalu adalah jembatan dialog baik antara manusia dengan dirinya sendiri maupun antara sang pencipta karya itu dengan para penikmat karya. Mengenai makna di belakang sebuah karya, itu akan sangat bergantung pada konteks pengalaman hidup masing-masing. Pengalaman hidup sang seniman maupun sang penikmatnya, disinilah kesenian menjadi titik temu atau ajang silaturrahim antar pengalaman manusia satu dengan manusia lainnya.

Pak Simon mengambil contoh bagaimana pada berbagai ritual di suku-suku tradisional. Ragam bentuk seni baik seni rupa, seni tari, seni lukis atau seni sastra dalam bentuk perayaan mantra-mantra. “Seni seperti ini, dia menyatukan hati manusia dalam satu tujuan bersama,” kata Pak Simon. Kalau boleh kita sebut juga, bukankah ritual-ritual seperti ziarah kubur, tahlilan atau sholawatan juga adalah ekspresi seni? Dan andai dia kita lihat dalam ranah itu, maka mungkin tidak perlu ada perdebatan tak penting mengenai status hukumnya wajib, sunnah, atau haram seperti yang berlangsung selama ini. Cukup dihukumi sebagai ekspresi seni begitu saja.

Sementara, ajang pameran seperti yang sedang berlangsung ini menurut Pak Simon adalah kesempatan terbaik untuk betul-betul membangun dialog, dengan kemesraan, dengan lagu, dengan musik, dengan gerak, dengan kata dan dengan kegembiraan yang tulus.

Ruang pendopo Rumah Maiyah malam ini digubah menjadi lebih tenang, lebih khusyuk untuk menikmati guratan demi guratan karya Pak Novi Budianto. Pak Nevi memancar bahagia wajah beliau saat menyampaikan di hadapan hadirin bahwa dalam membuat karya-karyanya ini sama sekali tidak terbersit ada pamrih apa-apa. Semua ini adalah murni ekspresi diri Pak Nevi. Pak Nevi yang biasanya kita nikmati sebagai denting saron KiaiKanjeng malam ini adalah sapuan dan guratan di atas kanvas. Hadirin dipersilahkan memasuki pendopo Rumah Maiyah. Lagu-lagu tenang yang disajikan live akustik mengalun.

Lainnya

Sunda Mengasuh___

Sudah sejak pukul 18.00 penggiat Jamparing Asih berkumpul di gedung RRI.

Jamparing Asih
Jamparing Asih
Hilwin Nisa
Hilwin Nisa

Tidak

Topik