CakNun.com

Generasi yang Memproduksi Ide

Rizky D. Rahmawan
Waktu baca ± 2 menit

Generasi milenial adalah generasi yang mengalami perpindahan dari era televisi menjadi era internet kini. Sekarang televisi menjadi warung kecil di pojokan, nyaris tergusur oleh internet yang hadir sebagai sebuah hyper-market informasi. Di internet, setiap orang boleh membawa sendiri keranjang-keranjang untuk mengambil mana saja informasi yang ia suka dan mengabaikan yang tidak ia suka.

Saking luasnya area penyediaan informasi, justru menjadikan adanya tantangan tersendiri. Rekan Zuriat Fadil pada sebuah kesempatan diskusi mengatakan bahwa tantangan saat ini adalah kita menjadi sangat sulit untuk melihat sebuah gambar besar atas sebuah informasi. Hal itu benar adanya, sehingga post truth menjadi menggejala. Kondisi sulit melihat gambar besar mengakibatkan dari informasi yang sepenggal orang buru-buru menyimpulkan lalu meyakininya sebagai sebuah kebenaran. Sudah sepenggal, dasarnya like and dislike saja, ditanamkan menjadi keyakinan secara buru-buru lalu disebarluaskan dengan enteng pula. Pantaslah bila banyak informasi justru menjadi polusi.

Pada kesempatan diskusi yang sama, hadir Mr. Ian L. Bets, penulis “Jalan Sunyi Emha”. Ia mengingatkan kita hal yang menurut saya sangat mendasar. Bahwa kita jangan sampai lupa, menyampaikan sebuah informasi yang benar, mengerjakan komunikasi yang baik kepada publik, hal itu adalah sebuah tanggung jawab, loh. “Dan Maiyah selama ini telah melakukan itu”, ujarnya.

Dari pandangan Pak Ian ini saja, sudah dapat dideterminasi bahwa Maiyah ini memang adalah sebuah gerakan yang konkret. Namun, lakukan dekonstruksi dulu bahwa gerakan itu tidak melulu harus berbentuk padatan yang mewujud mengidentitas. Prasyarat gerakan setidaknya ia memiliki visi dan misi. Dan terhadap informasi, visi-misi Maiyah jelas. Visi: Menjadi bertanggung jawab. Misi: Menyampaikan informasi dengan benar dan melakukan komunikasi publik yang baik. Strategi: Tidak melibatkan diri pada kepentingan-kepentingan pragmatis.

Masih kata Pak Ian, Pria asal London ini memandang kepentingan pragmatis adalah penyebab orang tergerak untuk melakukan manipulasi-manipulasi informasi. Sebab seseorang terlibat di politik praktis misalnya, ia membutuhkan informasi yang mendukung supaya dirinya kuat, dan lawannya jatuh. Manipulasi informasi pun tak jengah dilakukan.

Maka, arti penting dari 15 tahun lebih Maiyah tidak melibatkan diri pada pragmatisme kepentingan sebagaimana gerakan mainstream adalah strategi penting dari terlaksananya apa yang menjadi visi dan misi gerakan. Kesetiaan menjaga diri dengan konsisten itu lebih mempengaruhi keberhasilan gerakan, ketimbang menempelkan visi dan misi besar-besar atau merumuskannya di dalam slogan-slogan yang seringkali hanya menjadi sorak-sorai belaka.

Bagi Saya, Pak Ian juga sekaligus sedang mengingatkan kembali pada kesadaran bahwa setiap kita adalah subjek informasi. Tugas para subjek informasi itu bukan adu narasi sebab hari ini medan yang tergelar adalah perang narasi, tetapi lebih substantif adalah sekali lagi, menyadari bahwa menyampaikan informasi yang benar adalah sebuah tanggung jawab.

Pada kesempatan diskusi tersebut, Pak Ian juga menyampaikan kisah tentang anak belia fenomenal yang yang kini sedang menjadi sorotan dunia, Greta Thurnberg. Gadis 16 tahun yang bersuara lantang di hadapan pemimpin dunia di KTT Aksi Iklim PBB ini telah menggerakkan jutaan orang untuk mendukung kampanyenya terhadap perubahan iklim. Supaya para pemimpin negara-negara di dunia tidak lagi terlalu lamban dalam menangani masalah global ini.

Pak Ian menyampaikan, kalau generasi milenial melahirkan informasi, sekarang sudah lahir generations of idea. Mereka adalah generasi yang memproduksi ide atau gagasan. Greta Thurnberg adalah salah satu orang yang melahirkan gagasan besar, saking besarnya hingga gagasan itu mampu melintasi batas-batas negara.

Menurut saya, tidak mungkin sebuah gagasan besar dapat dilahirkan, apabila kita masih belum selesai dalam memperlakukan informasi secara bertanggung jawab. Integritas terhadap informasi adalah modal awal, untuk kita memiliki kemampuan analisis sosial yang objektif dan presisi. Karena hanya dari analisis sosial yang berkualitaslah, sebuah gagasan baru yang memang tepat solusi bisa dilahirkan. Ia tidak semata menjadi kerekan bendera popularitas, layaknya berbagai gerakan moral yang menjamur di mainstream kita hari ini.

Lainnya