CakNun.com

Generasi Fajar Menyingsing Mengkhalifahi Kebudayaan

(Liputan Sinau Bareng di Desa Barisan Losari Cirebon Jawa Barat, 23 Agustus 2019)
Muhammad Zuriat Fadil
Waktu baca ± 2 menit

Zaman memang sedang gelap. Tapi kegelapan macam apa yang sedang kita hadapi? Ternyata Mbah Nun punya perspektif sendiri mengenai zaman kegelapan. “Ini adalah kegelapan sebelum fajar menyingsing,” begitu ungkap Mbah Nun kepada warga desa Barisan, Losari yang masuk dalam wilayah administratif Cirebon Provinsi Jawa Barat, Jum’at malam 23 Agustus 2019.

Gelaran Sinau Bareng kali ini diinisiatifi oleh para pemuda desa, karangtaruna dan remaja-remaja masjid dalam rangkaian ritual Sedekah Bumi di desa ini.

Pukul 19.30 WIB selepas Isya, jamaah telah memadati lokasi digelarnya Sinau Bareng di pekarangan kantor pemerintah desa yang juga satu pekarangan dengan masjid desa. KiaiKanjeng membuka dengan Kenduri Sholatullah yang merupakan nada yang menjangkau cakrawala dan mengkhalifahi kebudayaan.

Kita manusia, kitalah yang melahirkan kebudayaan dan kita lahir juga dari kebudayaan yang telah ada. Aliran manusia datang deras tanpa henti, tumpah seperti kegembiraan. Harap kita perhatikan semangat para pemuda penyelenggara ini dalam membangun kebersamaan dan kegembiraan di desa mereka.

Mbah Nun tiba di panggung sekitar pukul 20.30 WIB  dan menyapa para hadirin dengan kalimat yang sangat mesra, “Judulnya Sinau Bareng. Belajar bersama. Belajar agar kita tidak dimarahi Allah SWT. Sedekah Bumi ini urusannya adalah syukur pada Allah”. Kerinduan para hadirin tampak membuncah, raut wajah dan sorot mata mereka penuh cinta.

Para generasi muda yang menginisiatifi digelarnya Sinau Bareng ini, jelas memiliki semangat zaman baru. Mereka merdeka dari kebekuan tradisi tapi menghargai tradisi yang sudah ada. Ritual Sedekah Bumi memang adalah tinggalan masa lalu. Ada jejak yang harus kita hargai tapi juga jangan terjebak hanya mengikut jejak, tetap perlu ada semangat ijtihad, kebaruan. Maka ritual Sedekah Bumi kali ini dengan dilambari kegembiraan Sinau Bareng merupakan pilihan jalan tengah dari para generasi baru di Desa Barisan.

Generasi akan berganti. Dunia selalu berubah. Budaya-budaya dari berbagai wilayah geografis saling bertukar cara pandang dan kisah. Partikel-partikel budaya menjadi peradaban. Yang muda kelak akan diserahi tampuk kekhilafahan zaman. Pemahaman mengenai arti kata khilafah juga kembali ditekankan oleh Mbah Nun malam hari ini. Yai Muzammil melengkapi dengan basic theory dan data dari ilmu bahasa. Dan Mbah Nun memberi sapuan makna “Sedekah Bumi Desa Barisan ini adalah khalifah fil ardl”.

Zaman bukan sedang senja, ini adalah kegelapan menjelang cahaya dan generasi baru yang lahir siap menjadi subjek peradaban bukan objek belaka. Khilafah yang bermakmum pada Allah dan Rasul-Nya dalam melahirkan kebudayaan masa depan, sedekah bumi sebagai bentuk syukur penduduk pribumi di atas satu bumi. (MZ Fadil)

Lainnya

KiaiKanjeng of the Unhidden Hand

KiaiKanjeng of the Unhidden Hand

Sejak jum’at siang (8/5) KiaiKanjeng sudah berada di Jakarta untuk malamnya menghadiri Kenduri Cinta, setelah menjalani rangkaian Maiyahan di Jawa Timur, mulai tanggal 4 Mei 2015 di Universitas Airlangga Surabaya, kemudian 5 Mei 2015 di Universitas PGRI Adibuana Surabaya, dilanjutkan tanggal 6 Mei-nya di Sidoarjo.

Kenduri Cinta
Kenduri Cinta
Exit mobile version