CakNun.com
Maiyahan Cak Nun dan KiaiKanjeng ke-4122

Campurejo Sinau Mencapai Iman yang Berkualitas

Sinau Bareng Mbah Nun dan KiaiKanjeng, Lapangan Singosari Campurejo Panceng Gresik, Senin, 14 Oktober 2019
Helmi Mustofa
Waktu baca ± 5 menit

Ketika Allah menyatakan bahwa sabar dan takwa adalah perkara yang harus diutamakan, maka Mbah Nun merasakan bahwa itu berlaku di bidang apa saja dalam kehidupan ini. Dari sinilah, Mbah Nun mengajak jamaah untuk latihan cilik-cilik dulu melalui workshop bersama. Latihan merespons ujian inilah yang disebut sebagai riyadhoh. Dan riyadhoh ini bukan hanya untuk pikiran dan hati, seluruh anggota badan juga dilibatkan. Workshop dengan jamaah memberikan pelajaran tentang ini. “Iki zaman mobat-mabit. Atimu lan pikiranmu iso keno. Mulo yen gak temenanan cekelan takwa lan sabar, iso ambyar,” kata Mbah Nun. Workshop syahadat rububiyah, mulkiyah, dan ilahiyah-nya Allah yang semalam dipraktikkan oleh jamaah merupakan salah satu jalan untuk memperkuat cekelan kepada Allah Swt.

Ujian dari Allah dalam wilayah harta dan diri perlu direspons dengan pilihan sikap sabar dan takwa, sehingga pada akhirnya dapat mengantarkan iman pada posisi berkualitas. Selain itu, iman yang berkualitas dapat dicapai dengan jalan menguji diri (diri pribadi maupun diri bersama dalam suatu komunitas) atau memilih riyadhoh-riyadhoh lain yang luas spektrum pilihannya.

***

Itulah satu ayat yang tadi malam dibedah dan diurai oleh Mbah Nun untuk menjawab tema Sinau Bareng. Ada bagian tengah dari ayat 186 Ali Imran ini yang juga diurai secara tak terduga kaitannya karena ternyata sampai kepada Pancasila dan ideologi-ideologi dunia yang menentukan bentuk suatu negara padahal literer ayat tersebut jika dibaca besar kemungkinan umumnya tidak terbaca sebagai terkait ke wacana ideologi dunia. Namun, bagian ini izinkan kami tabung dulu untuk keperluan tulisan lain.

Yang menarik kiranya adalah bahwa pemaparan penggalian dan tadabbur ayat ini dilangsungkan oleh Mbah Nun secara sedikit demi sedikit dirajut dengan Beliau perlu menyapa anak-anak muda, memberi kesempatan para Bapak-bapak yang lain untuk berbicara, menanyai Pak Kyai Abdur Rokhim yang Beliau posisikan sebagai referensi malam tadi, menghadirkan nomor musik KiaiKanjeng, bahkan juga merespons anak-anak muda yang turut berjoget, membuka tanya jawab, namun sampai akhir acara ayat ini tetap mampu dibentangkan oleh Mbah Nun sebagai benang merah ilmu dalam Sinau Bareng ini, yang bisa dibawa pulang oleh para jamaah dan siapapun yang hadir.

Hal-hal lain yang berkonteks kepemudaan di desa ini, Mbah Nun dengan sabar dan bijak telah memberikan panduan yakni agar Kepala Desa merencanakan pertemuan dengan segenap pemuda dengan terlebih dahulu memetakan syu’uban wa qaba-ila-nya, lalu mengayomi dan nyawiji dengan mereka dan sebisa mungkin secara regular mengadakan pertemuan dengan mereka. Namun Mbah Nun juga meminta agar para pemuda juga memahami bahwa karena Kepala Desa juga baru menjabat, mestilah diberi kesempatan terlebih dahulu untuk melaksanakan program dan rencana-rencananya. Nanti dalam batas waktu misalnya sekian bulan ke depan, baru dilihat bersama. Kepala Desa sendiri sudah menyampaikan komitmennya untuk menciptakan program yang berkaitan dengan para pemuda dan selalu dekat dengan mereka.

Demikianlah sebagian dari apa yang dapat kami petik dari Sinau Bareng di Lapangan Singosari Campurejo Panceng Gresik yang digelar oleh gabungan komunitas pemuda Desa Campurejo. Menjelang pukul 01.00 dinihari Sinau Bareng segera diakhiri dengan terlebih dahulu Mbah Nun melantunkan surat an-Nur ayat 35 atas permintaan Abah Hamim, dan selanjutnya jamaah diajak khyusuk melantunkan shalawat dan kemudian berdoa bersama.

Lainnya

Duka Cinta Indonesia

Sejak siang hujan cukup deras mengguyur kota Pati hingga dimulainya Maiyahan Suluk Maleman di Rumah Adab Indonesia Mulia.

Kenduri Cinta
Kenduri Cinta

Topik