CakNun.com

Cak Fuad Silaturahmi ke Sekolah Cahaya Rancamaya Bogor

Fahmi Agustian
Waktu baca ± 4 menit

Bahasa Arab menjadi salah sati ciri khas sebuah Pondok Pesantren adalah hal yang sudah lazim di Indonesia. Maka tidak mengherankan jika ada alumni sebuah Pondok Pesantren yang mahir dan fasih berbahasa Arab. Bahkan, tidak jarang alumni pesantren di Indonesia justru lebih fasih berbahasa Arab dibandingkan dengan orang yang lahir dan besar di negara-negara Timur Tengah sekalipun.

Ketika Cak Fuad, Cak Nun, dan rombongan KiaiKanjeng ke Mesir tahun 2003, seorang pejabat di Mesir terkagum-kagum dengan fasihnya Cak Fuad dalam berbahasa Arab. Bahkan, ia sempat marah-marah kepada bawahannya, kenapa ada orang yang jauh datang dari luar tanah Arab, tetapi justru kemampuan berbahasa Arabnya lebih fasih dari mereka yang lahir dan besar di Arab.

Dua hari kemarin, pada Kamis dan Jumat (25-26/4), Cak Fuad berkesempatan untuk bersilaturahmi dengan keluarga besar Sekolah Cahaya Rancamaya, Bogor. Sekolah ini merupakan salah satu sekolah yang menerapkan sistem asrama, dengan menanamkan nilai-nilai keislaman. Bahasa kerennya: Islamic Boarding School. Untuk prestasi di bidang sains, sekolah ini sudah tidak diragukan lagi. Para siswanya sudah berpestasi dalam olimpiade sains tingkat nasional dan internasional.

Bagi pengurus Yayasan, ada nilai keislaman yang juga harus menjadi salah satu trademark dari sekolah ini, maka selama ini program tahfidz Qur`an pun digalakkan di sekolah ini. Kaitannya dengan kedatangan Cak Fuad ke sekolah ini adalah dalam rangka berbagi wawasan bagaimana pengembangan bahasa Arab yang baik untuk anak-anak usia sekolah menengah di Indonesia.

Bahasa Arab tentu bukan hal yang asing bagi Cak Fuad. Meskipun Cak Fuad tidak pernah sekolah di perguruan tinggi di Timur Tengah, namun faktanya Cak Fuad sangat menguasai Bahasa Arab. Pada akhir tahun 90-an, Cak Fuad mendirikan sebuah lembaga yang bernama IMLA, yaitu sebuah perkumpulan guru-guru Bahasa Arab di Indonesia. Kecintaan Cak Fuad kepada Bahasa Arab pada akhirnya mengantarkan Cak Fuad menjadi salah satu dari 9 anggota Dewan Bahasa Arab King Abdullah bin Abdul Aziz Internasional Center for Arabic Language. Dan sudah memasuki periode kedua Cak Fuad menjadi salah satu anggota di Dewan Bahasa Arab tersebut.

Akhir bulan Maret lalu, Cak Fuad bertolak ke Cairo, Mesir untuk mengikuti pertemuan rutin dengan seluruh anggota Dewan Bahasa Arab tersebut. Pertemuan rutin itu diselenggarakan setiap 3 bulan. Tahun ini, adalah tahun terakhir Cak Fuad menjadi anggota Dewan Bahasa Arab tersebut, karena menurut aturan tidak boleh ada yang menjadi anggota lebih dari 2 periode. Cak Fuad adalah satu-satunya orang Indonesia dan orang Asia yang menjadi anggota Dewan Bahasa Arab King Abdullah bin Abdul Aziz Internasional Center for Arabic Language.

Maka tidak salah alamat kiranya jika kemudian sekolah Cahaya Rancamaya tersambung dengan Cak Fuad dalam kaitannya berproses meningkatkan bahasa Arab di sekolah tersebut. Bahkan, Cak Fuad mengajak 3 orang lainnya yang juga merupakan pegiat Bahasa Arab di Indonesia. Dari Malang, Cak Fuad mengajak Pak Ahmad Makki Hasan, yang merupakan ketua MGMP Bahasa Arab se-Indonesia. Kemudian, Cak Fuad juga mengajak Dr. Mardiyan Mukhlis, seorang dosen di LIPIA Jakarta, dan Dr. Nuruddin, Dekan Fakultas Pendidikan Bahasa Arab di Universitas Negeri Jakarta. Orang-orang inilah yang selama ini bersama Cak Fuad bersama-sama menjaga kelestarian Bahasa Arab di Indonesia. Mereka juga merupakan anggota dari IMLA.

Selama dua hari, Cak Fuad dan tim berbagi wawasan dengan guru-guru di Sekolah Rancamaya. Setelah mendengar paparan dari pihak sekolah mengenai situasi sekolah, dan bagaimana kurikulum Bahasa Arab di sekolah tersebut, secara bergantian Cak Fuad, Ibu Mardiyan, Pak Nuruddin, dan Pak Makki menyampaikan input-input yang sedianya diperlukan dan dibutuhkan oleh Sekolah Cahaya Rancamaya untuk proses peningkatan kemampuan siswa dalam berbahasa Arab.

Pada Kamis malam, para guru berkesempatan untuk berdialog secara bebas dengan Cak Fuad dan tim, mendengar perjalanan mereka dalam melestarikan Bahasa Arab. Satu hal yang menarik adalah, bahwa Cak Fuad sendiri tidak pernah merasakan belajar di kampus perguruan tinggi di Timur Tengah namun tetap mampu menguasai Bahasa Arab. Modal yang dimiliki oleh Cak Fuad hanya proses belajar di Gontor, kemudian di IAIN Yogyakarta (sekarang UIN) dan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Pada Jumat pagi, Cak Fuad dan Pak Makki memberikan pembekalan singkat kepada seluruh siswa Sekolah Cahaya Rancamaya tentang pentingnya Bahasa Arab bagi ummat muslim. Saat ini, Bahasa Arab sendiri sedang mengalami ancaman, bahkan ditinggalkan oleh orang Arab sendiri. Cak Fuad bercerita, bahkan di Arab Saudi, Bahasa Mandarin sekarang sudah masuk kurikulum pelajaran anak-anak sekolah dasar. Sebuah fenomena yang tidak menggembirakan tentunya. Cak Fuad sudah melayangkan surat ke pejabat terkait di Arab Saudi terkait hal ini, mempertanyakan kenapa Bahasa Mandarin menjadi salah satu kurikulum di sekolah di Arab Saudi.

Dua hari silaturahmi Cak Fuad di sekolah Cahaya Rancamaya ini barulah awal. Pihak sekolah menyambut hangat kedatangan Cak Fuad dan tim, dan juga berharap agar ke depan silaturahmi ini terus tersambung. (FA)

Lainnya

KiaiKanjeng of the Unhidden Hand

KiaiKanjeng of the Unhidden Hand

Sejak jum’at siang (8/5) KiaiKanjeng sudah berada di Jakarta untuk malamnya menghadiri Kenduri Cinta, setelah menjalani rangkaian Maiyahan di Jawa Timur, mulai tanggal 4 Mei 2015 di Universitas Airlangga Surabaya, kemudian 5 Mei 2015 di Universitas PGRI Adibuana Surabaya, dilanjutkan tanggal 6 Mei-nya di Sidoarjo.

Kenduri Cinta
Kenduri Cinta
Exit mobile version