CakNun.com

Bertahalli dalam Mulat Saliro

Catatan Sewindu Maneges Qudroh, 5 Februari 2019
Maneges Qudroh
Waktu baca ± 13 menit

Sebuah Upaya Lebih untuk Melihat ke Dalam

Waktu berlari semakin kencang, menceritakan makna utama kebahagiaan. Lelah seperti memudar dalam keteduhan rindu yang telah dinanti selama ini. Berbagai ucapan dan doa dari berbagai dulur-dulur seolah langsung terwujud dalam acara yang sedang berlangsung. Merefleksikan keberkahan yang ada di setiap sudut tempat acara yang sedang berlangsung. Entah mengapa hanya waktu yang nampak sinis dengan lajunya yang tak biasa. Tapi, inilah waktu, yang tak suka manusia larut dalam kenikmatan dan sangat hobi menahan manusia dalam keresahan.

Benar saja, ketika Syaikh Kamba dan Mas Sabrang menaiki panggung waktu sudah menunjukkan pukul 22.30. Begitu cepat terasa berlalunya waktu mungkin adalah sebuah tolak ukur di mana semua pihak melewatinya dengan rasa gembira. Karena tidak ada penurunan gelagat yang menunjukkan ketdaktertarikan duduk di ruang tersebut. Walau dalam keadaan hujan yang kembali datang menyapa. Sedikit mengingatkan kami akan Milad tahun kemarin yang juga hujan sangat setia membersamai kami.

Setelah Syaikh Kamba dan Mas Sabrang berada di panggung, pemotongan tumpeng segera dilakukan sebagai makna simbolik atas rasa syukur Maneges Qudroh atas segala nikmat dan barokah-Nya dalam membersamai kita dalam perjalanan sewindu ini. Mas Entong dan Mas Dani menjadi perwakilan dari kami untuk menerima prosesi pemotongan tumpeng sebagai sebuah apresiasi. Karena mereka sudah sangat banyak sekali berperan dalam perjalanan ini.

Untuk memulai pembelajaran Mulat Saliro ini, ada baiknya kita sedikit kembali ke catatan yang sudah tersaji dalam muqadimah acara ini. Dalam falsafah Jawa, Mulat Saliro dapat diartikan sebagai suatu upaya untuk lebih melihat atau memperhatikan ke dalam diri. Setidaknya untuk lebih melatih bermuhasabah sehingga kita sadar, sudah pantaskah kita mencapai goal tujuan perjalanan kita? Ke sebuah ruang dimana kita hanya melihat tajalli Allah dalam pandangan kita?

Kesadaran diri ini sangatlah penting sebagai bekal untuk belajar mefleksikan diri. Sadar diri bukanlah suatu alasan, melainkan jalan untuk lebih mengenal mana yang hanya sebatas ego, mana yang merupakan cinta. Karena dari cinta itulah kita bisa merasakan af’al Tuhan yang begitu lembut. Di mana rahman rahim-Nya meliputi segala hal. Apapun. Apalah arti sebuah perjalanan jika kita tidak memahami diri sendiri? Pada akhirnya kita hanya akan terjerembab dalam materi-materi kenikmatan yang tergambar dalam surga. Dimana mereka seringkali melembagakan golongannya sendiri, bahkan diwujudkan dalam bangunan-bangunan megah nan tinggi.

Lainnya

Rembug Langkah Maiyah Organisme

Rembug Langkah Maiyah Organisme

Orang berilmu belum tentu faham tentang ilmunya. Orang faham belum tentu Arif dengan pemahamannya. Orang Arif belum tentu berjiwa Mengasuh. Mengasuh belum tentu santun.

Majelis Gugur Gunung
Gugur Gunung

Topik