Allah Tidak Akan Mengingkari Janji-Nya
Dan mereka meminta kepadamu agar azab itu disegerakan, padahal Allah sekali-kali tidak akan menyalahi janji-Nya. Sesungguhnya sehari di sisi Tuhanmu adalah seperti seribu tahun menurut perhitunganmu.
Bahwa “Allah tidak akan mengingkari janji” adalah sebuah kepastian yang tidak diragukan oleh mereka yang sungguh-sungguh beriman. Kaidah ini sangat penting dikemukakan dewasa ini, pada saat umat Islam mengalami sebagaimana digambarkan dalam surat Al-Baqarah 214: “Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan dengan bermacam-macam cobaan, sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: “Bilakah datangnya pertolongan Allah?” Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat”.
Atau lebih kongkrit lagi digambarkan oleh Rasulullah Saw dalam sebuah hadis sahih yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad bahwa umat Islam akan mengalami satu situasi dikepung dan dikeroyok oleh umat-umat lain seperti sebuah tumpeng yang diperebutkan oleh jago-jago makan. Apakah karena jumlah mereka sedikit? Tidak, jumlah mereka besar, tapi seperti buih di sungai yang rapuh, mudah dipecah-pecah, tidak lagi ditakuti dan disegani. Mengapa bisa demikian? Rasulullah Saw mengatakan, karena mereka telah ditimpa wahan, yaitu hubbud dunya wa karahiyatul maut, cinta dunia dan takut mati.
Banyak yang merasa bahwa umat Islam dewasa ini sedang mengalami keadaan sebagaimana digambarkan oleh Rasulullah tersebut, baik dalam skala internasional maupun nasional. Umat Islam dipecah belah, diadu domba, satu diangkat yang lain diinjak. Kekayaan umat dijarah. Agama mereka distigma ekstrim dan radikal. Politik mereka dikebiri. Ekonomi mereka dilemahkan. Budaya mereka dipinggirkan. Sementara mereka yang disebut sebagai pemimpin umat sibuk dengan dengan kepentingan diri sendiri atau golongannya. Umat Islam seperti berada pada ruang penyiksaan yang sempit, tidak melihat adanya jalan keluar, karena semua jalan buntu. Dalam keadaan demikian, wajarlah kalau banyak orang bertanya mata nashrullah?. Kapankah datangnya pertolongan Allah?
Menghadapi situasi seperti ini, keyakinan bahwa “Allah tidak akan pernah mengingkari janji” harus dipertegas dan diperkuat.
Kaidah “Allah tidak akan pernah mengingkari janji” ini dinyatakan dalam konteks pembicaraan mengenai orang-orang kafir yang selalu mengejek, menyindir, dan menantang orang-orang beriman agar Allah segera menurunkan azab kepada mereka jika Muhammad benar-benar seorang Nabi. Maka dalam surat Al-Haj 47 Allah berfirman: “Dan mereka meminta kepadamu agar azab itu disegerakan, padahal Allah sekali-kali tidak akan menyalahi janji-Nya. Sesungguhnya sehari di sisi Tuhanmu adalah seperti seribu tahun menurut perhitunganmu”. Ayat ini menegaskan bahwa janji Allah untuk menghukum para pendusta Rasulullah itu pasti, namun soal waktunya Allah mempunyai hitungan-Nya sendiri. Kalau Allah menunda hukuman itu satu hari saja berarti berarti baru akan terjadi seribu tahun lagi. Mungkin hukuman Allah itu akan dijatuhkan beberapa detik dan beberapa menit lagi saja, tapi dalam hitungan Allah.
Janji-janji Allah yang tidak akan mungkin diingkari itu, tersebar dalam berbagai firman-Nya di dalam Al-Qur`an. Ada janji ancaman dan hukuman, ada pula janji pertolongan dan kemudahan. Penegasan Allah bahwa Dia tidak akan pernah mengingkari janji-janji-Nya, memperteguh iman kaum mukminin, mendorong semangat jihad dan dakwah menyebarkan kebenaran, menanamkan harapan dan optimisme ketika menghadapi keadaan yang paling buruk dalam menempuh jalan istiqamah fi sabilillah. Kuat lemahnya keyakinan seorang muslim terhadap janji Allah dipengaruhi oleh ketergantungannya kepada dunia. Semakin kuat ketergantungannya kepada dunia semakin lemah keyakinannya kepada janji Allah. Hal ini bisa dipahami dari firman Allah dalam surat Ar-Rum 6-7.
“(Sebagai) janji yang sebenarnya dari Allah. Allah tidak akan menyalahi janji-Nya, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui. Mereka hanya mengetahui yang tampak (saja) dari kehidupan dunia; sedangkan mengenai (kehidupan) akhirat mereka lalai.”
Keraguan orang-orang beriman kepada janji Allah juga bisa disebabkan karena isti’jal, yaitu tergesa-gesa ingin memperoleh kemenangan atau ingin melihat kekalahan musuh-musuh mereka. Hal ini secara implisit disebutkan dalam Al-Baqarah 214 yang disebutkan di muka, dan di dalam surat Yusuf 110: “Sehingga apabila para Rasul tidak mempunyai harapan lagi (terhadap keimanan kaumnya) dan telah meyakini bahwa mereka telah didustakan, datanglah kepada para Rasul itu pertolongan Kami, lalu diselamatkan orang-orang yang Kami kehendaki. Dan tidak dapat ditolak siksa Kami atas orang-orang yang berdosa”.
Janji Allah untuk menghukum orang-orang zalim dan orang-orang yang membuat rekayasa untuk menghancurkan umat Islam disebutkan dalam surat Ibrahim 42: “Dan janganlah sekali-kali kamu (Muhammad) mengira, bahwa Allah lalai terhadap apa yang diperbuat oleh orang-orang yang zalim. Sesungguhnya Allah memberi tangguh kepada mereka sampai hari yang pada waktu itu mata (mereka) terbelalak”. Kemudian ayat 46-47: “Dan sesungguhnya mereka telah membuat makar yang besar padahal di sisi Allah-lah (balasan) makar mereka itu. Dan sesungguhnya makar mereka itu (amat besar) sehingga gunung-gunung dapat lenyap karenanya. Karena itu janganlah sekali-kali kamu mengira Allah akan menyalahi janji-Nya kepada rasul-rasul-Nya; sesungguhnya Allah Maha Perkasa dan Pemberi Balasan”.
Di samping janji Allah akan menghukum para pendusta dan penentang agama, Allah juga berjanji memberikan pertolongan dan jalan keluar dari kesulitan kepada orang-orang yang beriman dan bertakwa. “Hai orang-orang mukmin, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu” (Muhammad: 7). “Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan memberikan kepadanya jalan keluar, dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu” (At-Thalaq: 2-3).
Berdasarkan paparan di atas, maka tidak ada alasan untuk meragukan janji-janji Allah. Seburuk apapun keadaan yang kita hadapi saat ini, sepanjang kita tetap konsisten berjalan di atas jalan Allah, istqamah fillah, dengan sungguh-sungguh, pasti Allah akan menunjukkan jalan-jalan-Nya. “Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridlaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami” (Al-Ankabut: 69).