Allah Sedang Melangsungkan Al-Maidah 54
Saya terharu saat menyaksikan Mbah Nun menepuk-nepuk punggung Gus Aan sesaat sebelum beliau menjelaskan makna acara Sinau Bareng tadi malam. Di atas panggung Gus Aan bersama kakak-kakaknya, kemudian Pak Kapolres, Pak Dandim, Pak Danlanal, dll mendampingi Mbah Nun.
Acara Sinau Bareng ini diselenggarakan oleh Jepara Ourland Park, sebuah sarana wisata edukasi dan religi yang sangat besar di Jepara dan bertempat di Desa Mororejo Kecamatan Mlonggo Kabupaten Jepara. Untuk milad-nya yang ketiga inilah, manajemen JOP mengundang Mbah Nun dan KiaiKanjeng untuk Sinau Bareng. Perusahaan ini didirikan oleh Haji Ahmad Turmudzi, namun karena beliau sudah dipanggil Allah, maka anak-anaknya yang melanjutkan usaha ini. Gus Aan, salah satu putra Pak Turmudzi, yang mengambil posisi di depan untuk meneruskan pengelolaan dan pengembangan objek wisata ini. Padahal usia Gus Aan baru 23 tahun. Masih sangat muda, apalagi jika dilihat tanggung jawab yang dipikulnya yang rasanya terlalu dini baginya. Tetapi itulah tantangan dan amanah. Maka di usia yang muda itu, Gus Aan sudah memimpin JOP ini.
Di depan ribuan jamaah dan masyarakat yang menghadiri Sinau Bareng, Gus Aan dengan suara yang penuh tawadlu dan rendah hati, memperkenalkan JOP, dari sejarah pendirinya, spesifikasi JOP, hingga rencana pengembangan ke depan. Sesekali terdengar suaranya terbata. Tetapi jelas, bahwa dengan Sinau Bareng ini, Gus Aan khususnya dan manajemen JOP pada umumnya memohon panduan dan nasihat-nasihat dari sosok Mbah Nun.
Setelah Gus Aan berbicara dan ditepuk-tepuk punggungnya sama Mbah Nun, Mbah Nun merespons dan meneguhkan dengan sangat hal-hal ini, “Saya ke mana-mana ketemu pemimpin-pemimpin berusia muda. Mas Ipin bupati Trenggalek berusia 27 tahun, dan nanti selang tiga hari dari Cepu saya akan beracara untuk mempersiapkan anak-anak muda ASN di Pemprov Jatim yang akan siap menyanyikan Indonesia Raya. Kapolres-Kapolres banyak yang muda-muda. Di mana-mana saya nekat dan husnudh-dhon serta yakin kepada takdir Allah, bahwa Allah sudah mulai menjalankan janjinya. Yakni Allah akan mendatangkan kaum baru ketika terjadi orang-orang tidak melakukan yang seharusnya dilakukan atau melakukan yang tidak seharusnya mereka lakukan. Murtad atau yartaddu tidak hanya berarti dalam makna agama, melainkan tidak melakukan manajemen dengan benar atau tidak memenuhi ketepatan langkah. Kita melihat anak-anak milenial yang sekarang bekerja lebih keras dari ortunya, lebih egaliter, tidak malu mengerjakan pekerjaan yang sebelumnya dianggap rendah, dan ini insyaAllah adalah masa yang lebih baik, masa depan yang baru sama sekali. Surat Al-Maidah 54 sedang berlaku pada anak-anak milenial ini. Karena itu tolong Ibu-ibu, yang punya anak usia belasan akhir dan likuran, didik anak-anak itu untuk kerja keras, lebih khusyuk beribadah, punya karakter yang lebih utuh, tidak priyayi dan feodal, dan wani tandhang.”
Mbah Nun sangat meminta para orangtua untuk menyongsong berjalannya janji Allah ini dengan mereka memperkuat pendidikan dan karakter anak-anak mereka. Wahai Emak-emak, renungkan baik-baik pesan Mbah Nun ini ya. Bercermin pada Gus Aan, Mbah Nun mencontohkan bahwa di ayat tersebut Allah menggambarkan ciri kaum baru itu adalah pertama-tama Allah mencintai mereka, dan kedua, mereka juga mencintai Allah. “Ayahmu dipundut Allah, insyaAllah itu tanda Allah mencintaimu, dan kamu sendiri juga mencintai Allah,” kata Mbah Nun.
Lalu Mbah Nun menjabarkan apa yang dimaksud mencintai Allah. Bagi beliau orang yang mencintai Allah sangat tekun menjalankan amal shaleh. Tapi harap dicatat, amal shaleh tidak terbatas pada ibadah mahdloh, atau bahkan amal sering dipersempit artinya dengan shadaqah atau memberi sumbangan. Amal shaleh adalah kerja keras atau kerja yang baik yang disertai dengan keshalehan. Sudah kita pahami bersama bahwa keshalehan di situ terutama bermakna penuh pertimbangan mashalahat ke kanan ke kiri.
Yang berikutnya, Mbah Nun sampaikan tawaran Allah kepada orang-orang beriman yaitu perdagangan yang akan menyelamatkan mereka dari siksa yang pedih. Perdagangan itu mensyaratkan kita untuk beriman, berhijrah, dan berjihad. Menurut Mbah Nun, di sini hijrah berarti berpindah menuju kerja yang tepat buat hidup kita. Berhijrah adalah bergerak menuju posisi atau tempat yang tepat buat hidup. Mungkin bisa dikatakan, berhijrah adalah bergerak menuju fadlilah yang Allah anugerahkan kepada kita. Sedangkan jihad adalah nyambut gawe tenanan. Ya tandhang itu tadi.
Demikianlah Sinau Bareng ternyata merupakan rangkaian panjang Qur`anic Journey, di mana melalui mata pandang dan sensibilitas Mbah Nun para jamaah diajak menyaksikan bekerjanya ayat-ayat Allah serta coba mengintip rahasia-rahasia yang dikandungnya. Kali ini pada bagian paling awal dari Sinau Bareng tadi malam, melalui contoh Gus Aan dan JOP, surat Al-Maidah 54 untuk kesekian kalinya di depan mata kita bersama teraktualkan wujud dan buktinya. Ialah generasi baru yang Allah yuhibbuhum dan mereka pun yuhibbuunah. (Helmi Mustofa)