CakNun.com

Akhir Pekan Koordinator Simpul Maiyah

Helmi Mustofa
Waktu baca ± 2 menit

Sering Mbah Nun menggambarkan bahwa Maiyah adalah organisme, bukan organisasi. Namun, janganlah kita salah sangka. Organisme bukanlah berarti tidak berorganisasi. Sebaliknya, kata Mbah Nun suatu ketika dalam satu kesempatan, organisme malahan adalah tingkat tinggi tertentu dari berjalannya suatu keberorganisasian sedemikian rupa sampai tidak terasa keberorganisaian itu sendiri karena sudah terasa natural dan mengalir.

Tidakkah pernah kita berpikir bahwa Sinau Bareng yang kita rasakan enak, asik, mengalir, indah, gayeng, menggembirakan, sejatinya adalah suatu organisme yang tercipta bukan dengan sendirinya melainkan melalui penataan-penataan, juga ijtihad-ijitihad, oleh Mbah Nun, yang karena sudah sangat terus-menerus, di mana Mbah Nun sudah sedari dulu memiliki jam terbang dalam berkomunikasi dan berinteraksi dengan masyarakat, sehingga sekarang kita rasakan hasilnya sebagai mengalir dan asik.

Maka, menuju organisme tak pelak lagi tetap perlu apa yang namanya merancang, mencari, menata, meng-organize, membangun mekanisme, menciptakan alur, dan lain-lain jenis dan tahap penataan. Teranglah di sini bahwa organisme bukanlah lawan kata organisasi. Organisme bukanlah berarti menegasikan organisasi. Organisme, pilihan cita tatakelola Maiyah yang dipandukan Mbah Nun, adalah sesuatu yang post-organisasi yang tetap mengandaikan pentingnya berorganisasi, yakni pengorganisasian sebagai washilah menuju ghayah bernama organisme.

Keberadaan para koordinator simpul Jamaah Maiyah adalah salah satu bagian dari proses menuju organisme Maiyah itu. Di tengah-tengah simpul-simpul Jamaah Maiyah yang tersebar di banyak tempat mereka membantu menata apa yang dirasakan perlu ditata, mendistribusikan hal-hal yang perlu didistribusikan, menampung apa yang perlu ditampung dari jamaah, dan lain-lainnya. Mereka menjalankan apa yang barangkali bisa kita sebut sebagai Khadimu Jannatil Maiyah.

Dua hari ini, Sabtu 26 Oktober 2019 dan Minggu 27 Oktober 2019, bertempat di Rumah Maiyah Kadipiro, mereka ngobrol-ngobrol, berkoordinasi, dan berdiskusi. Siang yang terik bukan apa-apa bagi mereka, toh ada es jeruk atau es teh yang siap menawar rasa haus mereka. Demikian, teman-temanku.

Lainnya

Fiqih Tanpa Aqidah, Bumi Tanpa Langit

Fiqih Tanpa Aqidah, Bumi Tanpa Langit

Setelah Wirid Wabal yang dipandu Hendra dan Ibrahim, Kenduri Cinta edisi Maret 2016 yang mengangkat “Fiqih Tanpa Aqidah, Bumi Tanpa Langit” kemudian dimulai dengan sesi prolog.

Kenduri Cinta
Kenduri Cinta
Exit mobile version