CakNun.com

Yang di Hadapan-Ku Ini

(Makhluk Manusia, 11)
Emha Ainun Nadjib
Waktu baca ± 1 menit

Bagaimana ini sebenarnya
Juntrungan berpikirnya makhluk manusia
Mengolah alam sampai puncak kecanggihan
Kemudian mereka pandangi dan nikmati
Beribu jenis pencapaian itu
Puncak-puncak teknologi
Kehebatan, kemewahan, kemudahan
Otomatisasi hampir total
Efektivisasi, efisiensi
Alam semesta di genggaman tangannya
Bumi mengecil seujung jari
Yakin ilmunya menembus langit tertinggi
Mereka resmikan pembangunan dan sofistikasi
Kemudian lupa melihat ke dalam diri
Di ruang jiwanya terdapat lubang hampa
Yang ukurannya seribu alam semesta
Di tengah keremangan malam hari
Tuhan bertanya dari balik sepi:
“Siapa engkau yang di hadapan-Ku ini?”
Makhluk manusia terperangah
Tak pernah ia bersekolah untuk memahami
Bahwa yang bertanya itu adalah dirinya sendiri

Idulfithri 1439-H

Lainnya

Tujuh Langit Manusia Jawa

Tujuh Langit Manusia Jawa

Dalam forum persembahan kepada Allah swt tujuh hari wafatnya Dalang Ki Seno Nugroho, saya dianugerahi pemandangan tentang Tujuh Langit, melalui pengalaman, kata, idiom, spektrum, perspektif dan hidayah-pandang manusia Jawa.

Emha Ainun Nadjib
Emha Ainun Nadjib
Emha Ainun Nadjib
Emha Ainun Nadjib

Pauwan

Pauwan
Marodlussufla

Marodlussufla

Salah satu anakku lama sekali hilang
Diculik oleh suatu gerombolan
Kalau siang entah diapakan
Kalau malam entah dibagaimanakan
Anakku itu mutiara dari Tuhan
Intan berlian cahayanya cemerlang
Kandungan dzatnya tak alang kepalang
Ia mozaik hampir seluruh ide ciptaan
Yang kelahirannya ditetapkan oleh Tuhan
Dengan penuh kegembiraan dan multifirman
Tapi tatkala akhirnya kutemukan
Setelah 73 tahun hilang
Di langit wajahnya tak kulihat bintang
Rembulan kembar di kepala dan dadanya
Tenggelam disembunyikan oleh kegelapan
Atas dirinya ia kehilangan kepercayaan
Mengidap maradlus-sufla
Penyakit kerendahan
Sorot matanya pun penuh keanehan
Buta tapi jalang
Tangannya cacat dan kakinya pincang
Serak suaraku memanggil-manggil namanya
Rupanya ia sudah lama lupa siapa dirinya
Aku cemas dengan hati rasa ditikam
Melihatnya melangkah berjalan menuju jurang
Wahai Tuhan berilah aku perkenan
Untuk meringkusnya, memiting lehernya
Mengikat kaki dan tangannya
Kucungkil matanya untuk kugantikan
Dengan bola mata pinjaman dari-Mu
Yang kusimpan di genggaman tangan kanan
Kuseret paksa anakku tercinta
Ke jalanan yang Engkau bentangkan
Melalu tanazzul dari amr dan irodah-Mu
Yang terang benderang
Namun anakku tak melihatnya
Karena terlalu lama ia kehilangan penglihatan

Idulfithri 1439-H

Emha Ainun Nadjib
Emha Ainun Nadjib