Ya Allah, Menjauhlah
Kaum muda hari ini, Kids Zaman Now, menemukan pintu sendiri untuk mencari dan menemukan Tuhannya.
Pintu itu berabad-abad lamanya ditutup oleh kumpulan-kumpulan manusia yang mengkudeta otoritas otentik Allah. Golongan-golongan yang menuhankan diri mereka di depan ummat. Mengambil alih hak asasi Tuhan, mencetak sertifikasi palsu seolah-olah hanya dengan tanda tangan mereka ummat manusia bisa memperoleh cinta, berkah dan ridla Allah.
Kids Zaman Now tidak lagi bisa menerima argumentasi kenapa kemesraan dengan Tuhan harus melewati makelar-makelar, pemimpin-pemimpin yang mengaku lebih kenal Tuhan dibanding mereka. Pialang-pialang yang membawa ijazah yang menyatakan bahwa mereka lebih pandai dibanding ummatnya, padahal kepandaian manusia tidak laku di hadapan Allah.
Benggolan-benggolan yang mengaku lebih menguasai Al-Qur`an dibanding kebanyakan orang. Dedengkot-dedengkot yang mengaku lebih piawai berbahasa Firman, lebih mengerti asal-usul setiap huruf dari Allah dan Rasul-Nya. Dan kepiawaian yang sesungguhnya bersifat sangat relatif itu tidak membawa para Preman Agama itu menjadi lebih santun, bijak, menuntun dengan kerendahan hati. Melainkan menjadi kapital untuk berkuasa dan mendapatkan akses-akses materialisme keduniaan. Agama dijadikan komoditas primer dan laten.
Pentolan-pentolan penguasa Agama, agen-agen Tuhan, padatan-padatan, ormas, aliran, madzhab, institusi, lembaga, mitologi kealiman yang dirumuskan dengan berbagai jenis gelar-gelar khayalan, yang menguasai sejarah selama berabad-abad, sudah mulai lapuk kekuasannya. Generasi muda hari ini, Kids Zaman Now, sudah mulai dan semakin mendobrak dinding-dinding dan merobohkan tembok-tembok kaum feodalis Agama, yang menghalangi hubungan langsung antara mereka dengan Maha Pencipta yang menyayangi mereka.
Broker-broker kehidupan beragama yang mengklaim kuasa Tuhan di genggaman tangan mereka, pekerjaan utamanya adalah menghalangi hubungan langsung antara manusia dengan yang ia tak pernah bisa mengelak atau berlari dari mencintainya. Yakni Allah Maha Pecinta, Maha Rahman Maha Rahim. Serta Kanjeng Nabi yang Rauf dan Rahim. Para pedagang keduniaan yang menjual akhirat untuk mendapatkan harta benda dunia itu selalu rajin menjauhkan manusia dari Kekasih Sejatinya. Ya Allah, ya Allah, menjauhlah.
Setidak-tidaknya sebagian, di antara Kids Zaman Now itu bukanlah anak yang dilahirkan oleh sistem-sistem dalam sejarahnya. Bukanlah putra ummat, masyarakat dan bangsanya. Bukanlah kontinuasi dari kebudayaan dan peradaban yang membesarkan mereka. Kids Zaman Now, meskipun pasti tidak semua, dilahirkan oleh perintah Allah sendiri, dengan terlebih dulu Allah mencintai mereka, sehingga mereka pun mencintai Allah. Bacalah Al-Qur`an di surat sesudah awal-awal, temukan pernyataan Allah tentang itu.
Kids Zaman Now mencintai Allah secara langsung. Tidak melalui administrasi golongan keagamaan. Tidak melewati prosedur madzhab dan aliran. Tidak melalui subordinasi terhadap penguasa harapan sorga. Kids Zaman Now terbang ke angkasa, melompat ke cakrawala, mengendarai frekuensi, untuk menemukan Maha Kekasih dengan cinta dan kemesraannya.
Kids Zaman Now diajari Allah langsung ke lubuk jiwa dan struktur saraf akal mereka. ‘Allamal insana ma lam ya’lam. Mereka belajar secara alamiah untuk mencari dan menemukan Tuhan, Kanjeng Muhammad dan Islam di refrain lagu, di tetesan daun, di hembusan angin, di ujung sepatu pesepakbola Piala Dunia, di auman harimau, di kicau burung dan kelopak anggrek.