CakNun.com

Waspada Terjebak Menuhankan Pikiran

Mocopat Syafaat 17 Desember 2018
Muhammad Zuriat Fadil
Waktu baca ± 12 menit

Sebenarnya apa yang sungguh-sungguh berbeda dari Aswaja, Syiah, Wahabi, NU, Muhammadiyah, HTI, FPI, LDII dan lain sebagainya kalau begitu? Rasanya belum banyak tawaran alternatif. Jadi masih akan sangat jauh untuk sampai pada 73 golongan. Sampai sekarang menemukan satu saja (dari ramalan akan ada 73) itu susah.

Mas Sabrang juga melengkapi sajian malam ini dengan berbagai bahasan. Bagi Mas Sabrang, konsep mencari guru itu saja sebenarnya sudah agak cacat pikir walau dengan pembenaran berbagai macam. Kenapa? Logikanya sangat sederhana, yakni bagaimana orang yang sedang merasa tidak tahu apa-apa lantas bisa memutuskan mana orang yang layak dia gurui? Selain bahwa berarti dia mesti mengadopsi nilai-nilai dari luar dirinya dulu. Sehingga boleh kita simpulkan mungkin dari penjabaran Mas Sabrang tersebut, pertama bahwa hal semacam ini mengurangi kadar otentisitas pencarian manusia, dan kedua yah agak kepedean saja.

Maka dalam ruang publik Maiyah, semua orang adalah guru dan semua orang adalah murid sekaligus. Kenapa? Karena guru dan murid, berkaitan pada bidang ilmu apa yang sedang kita coba gali. Di sini kita tidak seragam karena juga kadar pencarian, bidang, sudut pandang serta arah pencarian berbeda-beda. Yang sama adalah perjalanan menuju tauhid itu. Seperti penjelasan Mbah Nun bahwa yang namanya sakinah itu selalu diperjuangkan dalam rumah tangga, dia tidak sesuatu yang semula jadi setelah itu sudah.

Mas Sabrang diminta oleh Mbah Nun untuk menjelaskan mengenai hits single Letto yang baru yang berjudul Kangen Deso, apa dan bagaimana lagu tersebut serta “apa strateginya”. Mas Sabrang menjelaskan bahwa tidak ada strategi apa-apa, Letto hanya kembali pada esensi dasar bahwa bermusik untuk menjadi bahagia. Malam ini lagu tersebut tidak bisa dimainkan karena konsepnya saat lagu tersebut, semua personel Letto akan berada di depan panggung sambil bernyanyi gembira-gembira.

Tidak ada strategi apa-apa selain bergembira, di Maiyah begitu. Bagi Mas Sabrang ini adalah lagu yang juga mengingatkan bahwa semua orang selalu kangen akan atmosfer desa, ruang publik yang sejati. Desa tidak selalu berkenaan dengan wilayah geografis. Tapi dia bisa waktu, kondisi pikiran “yang pasti semua orang butuh tempat yang tenang di mana kita bisa lagi mendengar suara Tuhan lewat hembusan angin dan suara jangkrik”. Aih romantis sekali. Bila dengan konsep semacam itu, bahwa desa bukan sekadar tempat namun juga kondisi pikiran serta atmosfer dan ruang publik sejati, bukankah Maiyah ini juga adalah sejati-sejatinya desa?

“Berbahagialah karena manusia itu memuai dan itulah tauhid,” ujar Mbah Nun melengkapi pembabaran Mas Sabrang. Memuai, dalam fisika dasar ini adalah bentuk yang paling menjauhi kepadatan. Sedangkan kondisi global masyarakat dunia saat ini rasanya segalanya dipadatkan. Termasuk bagaimana kita mengenang tokoh-tokoh yang kita kagumi, guru-guru terlalu banyak disakralkan dan dimitoskan. Kitab-kitab tidak lagi diambil metodologi pengambilan ilmunya tapi justru dinaikpangkatkan menjadi setara dengan Al-Qur`an. Mbah Nun merangkum itu semua dengan kalimat, “Kita punya potensi syirik yang amat besar bukan karena berniat syirik. Tapi karena dismanajemen mental dan intelektual.”

Mbah Nun mengingatkan akan satu istilah lama yang berbunyi “milik nggendong lali” yang dimaknai oleh Mbah Nun bahwa apabila kita sudah merasa memiliki, posesif terhadap sesuatu, seiring berjalan waktu kita akan lupa pada prinsip-prinsip dasarnya. Ini bisa kita maknai demikian, bahwa ketika kita sangat cinta pada satu golongan tertentu kita akan membawanya dan membelanya mati-matian melindunginya dari segala (yang kita anggap) ancaman sampai kita lupa bahwa bukan untuk itu dulu dia ada. Fenomena menjadi lebih utamanya eksistensi daripada esensi. Begitu mungkin.

Sudah beberapa kali Mbah Nun mengingatkan kita bahwa Maiyah tingkatannya adalah peradaban dan dunia. Itu bukan sekadar kebanggaan saja. Menurut saya pribadi itu juga adalah amanah. Amanah revolusioner bagi kita untuk meningkatkan kapasitas diri. Terus berlajar, fokus, dan total.

Lainnya

Hilwin Nisa
Hilwin Nisa

Tidak

Tidak