CakNun.com

Trending Topic Cinta

Pipink Riveea
Waktu baca ± 2 menit

Sudah lewat 24 jam tagar #65TahunCakNun berseliweran di linimasa Twitter. Pada pukul 13.33 Wib 27 Mei 2018 siang tadi, sudah dikicaukan sebanyak 1.053 akun twitter. Pagi tadi saya sempat men-screenshoot trending topic Twitter dan tagar ini berhasil nangkring di nomor satu. Siang hari turun di nomor 2 dan sekarang 28 Mei 2018 pukul 00.39 WIB, #65TahunCakNun masih menghiasi 10 besar trending topic Twitter di peringkat 8.

Apa hebatnya Cak Nun, hingga beribu orang membicarakan hari ulang tahunnya? Siapa sebenarnya Cak Nun ini hingga ulang tahunnya saja menjadi trending topic?

Dari ribuan akun yang berceloteh, ada banyak sudut pandang tentang Cak Nun. Ada yang menggemarinya dari sisi sastra. Ada juga yang mencintai tulisan-tulisannya. Dan banyak juga dari Jamaah Maiyah yang merasa berhutang budi pada Cak Nun karena berbagai alasan, salah satunya Cak Nun menjadi guru kehidupan bagi mereka.

Tulisan mereka tampak dilukiskan dari hati. Aura kejujuran dari setiap kalimat yang mengikuti di depan tagar tersebut begitu nyata. Saya menjadi tenggelam seolah ikut merasakan. Tiba-tiba hati saya terasa bergetar, sesak dan tumpahlah bendungan air mata setiap kali membaca ungkapan tentang Cak Nun. Saya salah satu dari mereka yang mencintai Bapak, Mbah Nun. Begitu dua sebutan saya untuk Cak Nun.

Saya belum punya alasan. Sudah sejak 2009 diri ini berMaiyah. Tetapi saya masih belum mampu mengungkapkan, mengapa setiap mendengar atau membaca sesuatu tentang Bapak, mata saya berkaca-kaca, bahkan menangis sesenggukan. Ini bukan tangisan sedih, melainkan tangisan kegembiraan, tangisan cinta. Seolah ada sesuatu yang adem meresap dalam tubuh. Lalu spontan mengucap “Ya Allah”. Magic sekali rasanya. Ada yang mengalami seperti saya?

Sebuah hadits menyebutkan, “Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang apabila disebut nama Allah, gemetarlah hatinya, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya keimanan mereka bertambah”. Saya bukan menyamakan Mbah Nun dengan Allah, tetapi saya merasa Allah memberi Mbah Nun cahaya berupa kasih sayang. Semua yang dilakukan Mbah Nun dilandasi oleh Cinta, Rahman-Rahim.

Mbah Nun selalu menanamkan dalam diri masing-masing Jamaah Maiyah untuk menghadirkan Allah dan Rasulullah di mana saja. Kapan saja. Jadi menurut saya, Mbah Nun bukan siapa-siapa. Ia hanya manusia yang penuh Cinta. Cinta dari Allah tentunya. Bukankah segala sesuatu yang berasal dari Allah langsung akan membuat hati kita bergetar? Atau bahkan menangis?

Bagi saya, perjalanan hidup Mbah Nun menguras air mata keharuan. Penuh cinta dan kasih sayang. Seolah tiada lelah dan memiliki kekuatan lebih. Ia berkeliling menemani orang-orang kecil. Membesarkan hati orang-orang terpinggirkan tanpa ada embel-embel apapun. Sesuatu keadaan yang sangat berlawanan di era sekarang. Di saat kebanyakan orang mencari eksistensi. Mbah Nun justru tidak ingin menjadi apa-apa. Bahkan jarang ada media nasional yang menayangkan perjalanan Beliau. Mbah Nun begitu setia menemani. Mengingatkan untuk selalu menghadirkan Allah dan gondelan agemane Kanjeng Rosul di setiap tempat yang disinggahinya.

Dalam hidup, saya banyak dihadapkan pada pilihan-pilihan dan mau tidak mau harus memilih salah satu dengan segala resiko yang harus dihadapi. Tetapi Allah memilihkan langsung sosok Muhammad Ainun Nadjib menjadi Bapak, Simbah sekaligus guru kehidupan saya. Kira-kira itu yang membuat hati saya bergetar, mata berkaca-kaca ketika mendengar, membaca, dan mengingat tentang Bapak. Selamat Ulang Tahun, Bapak! Semoga Allah selalu menjadikan cahaya cintaNya menjadi Trending Topic untuk Bapak.

Lainnya

Fuadus-Sab’ah

Fuadus-Sab’ah

Qadla dan Qadar Menturo

Kalau kakak sulung kami bukan Cak Fuad, belum tentu kita punya kenikmatan Padhangmbulan dan Maiyah seperti ini.

Emha Ainun Nadjib
Emha Ainun Nadjib