Sudahkah Kita Benar-Benar Kenal Manusia Muhammad Saw?
Bagaimana kita membayangkan sosok Muhammad Saw? Apakah beliau seperti seorang guru filosof makrifat yang duduk terpekur berdzikir dikelilingi murid-muridnya? Yang mendengarkan nasihat-nasihatnya yang selalu mengalir?
Atau apakah Muhammad Saw adalah seorang pimpinan perang yang penuh perhitungan? Rasional mengatur strategi juga teruji pada adu fisik di medan tempur?
Atau Muhammad adalah seorang aktivis ideolog? Pengatur wacana yang berstrategi marketing agar ideologinya laris jadi santapan massa? Apakah dia petapa, pedagang atau politisi? Seorang penata atau pemberontak? Nasionalis atau anarkis? Atau bagaimana?
Atau, Muhammad Saw adalah manusia dengan segala dinamika dalam kehidupannya? Dengan intrik dan polemik di dalamnya? Dengan ragam kegiatan, berbagai nuansa, mood dan emosi? Kadang melembut, sesekali mungkin sebal pada sesuatu?
Muhammadun Basyarun La Kalbasyari, Bal Huwa Kalyaqut Baynal Hajari
Kapan kita terakhir mengenang Muhammad Saw sebagai apa adanya manusia? Kapan sih kita mulai memubaziri manusia Muhammad dan menggantikannya dengan sosok imajinatif yang kita dapat dari penuturan para ulama beserta perangkat kitab-kitabnya?
Konon, tradisi Sirah jauh lebih dulu sebelum tradisi pengkitaban hadits. Namun tradisi Sirah nabawiyah berganti dengan kitab-kitab hadits yang lebih praktis. Tetapi justru menyimpan banyak bias (bias budaya dan politik). Terutama karena pada masa pengkitaban itu, cita rasa Romawi dalam pembangunan serta tolok ukur sastra spiritual Persia sedang mendominasi. Sehingga tak pelak tolok ukur dan cita rasa ini kemudian masuk merasuk ke dalam cara menuturkan hadits-hadits dan dari cara penukaran ilmu Islam.
Sementara, sekarang ini kitab-kitab itulah yang jadi kacamata pandang kita melihat sejarah Muhammad Saw yang kita cintai. Masih bersediakah kita mencintai Muhammad Saw sebagai manusia yang apa adanya manusia? Sanggupkah kita untuk tidak memenggal-menggal Muhammad Saw, tidak mensop buntutkannya, demi agar bisa menggalinya dengan utuh?
“Kuliah Sejarah Otentik Nabi Muhammad Saw” yang diadakan di Rumah Maiyah 20 Mei 2018M malam itu, adalah usaha para pecinta untuk menggali dan menyelami manusia Muhammad Saw. Bukan Muhammad yang hanya dalam imaji sendiri. Yang sekadar membenar-benarkan anggapan diri karena sudah pas dengan kriteria diri dan golongan kita. Karena buku Sejarah Otentik Nabi Muhammad Saw yang ditulis oleh Prof Husain Mu’nif dan diterbitkan oleh penerbit IIMAN ini memang diterjemahkan dalam bahasa Indoenesia oleh Syekh Nursamad Kamba. Maka tentu Syekh Nursamad lah yang paling otoritatif untuk membahas isi buku ini.
Otoritatif? Wah, buku ini sendiri penuh dengan pesan yang agaknya menentang otoritas. Baik formal maupun pribadi dalam kehidupan beragama. Mas Fahmi, mendampingi Syekh Nursamad sebagai pembimbing acara.