CakNun.com

Semesta Raya Cinta di Bumi Pasundan

Catatan Ngaji Bareng Cak Nun di UIN SGD Bandung, 3 November 2018
Fahmi Agustian
Waktu baca ± 7 menit

Bahkan, apakah neraka, siksaan, hingga adzab sendiri itu sangat mungkin justru merupakan bukti kasih sayang Allah kepada manusia. Bukankah yang baik adalah jika ada orang yang salah kemudian dihukum untuk membayar kesalahan yang dilakukan itu? Seandainya tidak ada konsep siksaan dan juga tidak diciptakan neraka, kemudian kelak kita di surga melanjutkan episode kehidupan ini, apa justru kita tidak bertengkar dan bahkan bisa jadi mengulangi kembali suasana kehidupan yang ada di dunia? Kira-kira terjadi konflik ndak di surga jika kita semua kembali dikumpulkan oleh Allah di surga nanti? Bagaimana perasaan kita seandainya orang yang sangat kita benci di dunia, juga dikumpulkan lagi dengan kita tanpa ada prosedur neraka? Silakan dibayangkan sendiri. “Jadi Allah adalah Maha Pencipta Keseimbangan”, Mbah Nun melanjutkan.

“Yang paling tinggi adalah nurani, akhlak. Bukan hokum”, Mbah Nun melanjutkan pembahasan, bahwa segala bentuk kasih sayang manusia, yang bentuknya bermacam-macam, yang kita temui sampai hari ini adalah bentuk dari aplikasi cinta yang terwujud atas kemurnian nurani manusia. Ada yang namanya hukum, tetapi itu bukan yang tertinggi. Tetap saja, yang paling tinggi adalah nurani manusia, akhlak. Maka kemudian terciptalah kebaikan. Dan ada banyak jenis kebaikan yang disebutkan di dalam Al Qur’an; khair, ma’ruf, birr, sholeh dan ihsan.

Dan bahkan sesungguhnya, segala ibadah yang diperintahkan oleh Allah adalah dalam rangka Allah ingin bercinta dengan kita sebagai hambanya. Dengan diciptakannya manusia, kemudian Allah melengkapi segala komponen yang diperlukan, tidak lain dan tidak bukan adalah dalam rangka Allah ingin bercinta dengan kita sebagai hambanya.

Dan cinta adalah inti utama dari kehidupan kita di dunia ini, di dalam cinta kita kepada Allah dan Rasulullah, terdapat juga cinta kita kepada Ayah dan Ibu kita, cinta kepada tanah air, bangsa dan negara kita, juga cinta kepada sesama manusia. Cinta tidak bisa dihitung, tidak bisa diprosentase. Dan kalua sudah cinta, maka sudah tidak perlu lagi jargon-jargon seperti; I love you, aku cinta kamu, dll. Dan sudah tidak perlu lagi diomong-omongkan, karena sudah diwujudkan dalam tindakan nyata.

Salah satu kegembiraan lain yang juga tampak dalam sinau bareng semalam juga ketika kelompok hadroh Mahasiswa UIN SGD berkolaborasi dengan Mbah Nun membawakan nomor sluku-sluku bathok. Semua yang hadir di dalam aula pun turut menyanyikan lagu ini yang kemudian di-medley-kan dengan yaa robbi bil musthofa.

Mbah Nun juga mengelaborasi ayat Al Qur’an; waman yarju liqoo’a robbihi fa-l-ya’mal ‘amalan sholihaan. Begitu gambling bagaimana Allah mengajarkan hubungan cinta yang penuh dengan kasih sayang antara hamba dengan Tuhannya, bahwa ibadah yang dilakukan seharusnya berlandaskan cinta. Dan sesungguhnya, orang yang ingin berjumpa adalah orang yang rindu untuk bertemu. Dan siapapun yang memiliki kerinduan, maka di dalam hatinya pun sudah pasti terdapat cinta. Dan Allah mencontohkan itu, betapa Dia sangat merindukan perjumpaan dengan makhluk-makhluk-Nya.

Mbah Nun mengilustrasikan, bahwa orang yang sholat jika seluruh syarat dan rukun sholat dikerjakan, maka secara hukum fikih dinyatakan sah sholatnya. Tetapi hakikat sholat tidak terletak pada gerak tubuh. Gerak tubuh mulai dari takbir, ruku’, sujud hingga salam itu adalah sebuah kebenaran yang sudah diatur dalam ilmu fikih, tetapi hakikat sholat itu sendiri terletak pada kekhusyukan hati kita ketika sholat, apakah kita benar-benar fokus kepada Allah atau tidak.

Di akhir acara, Mbah Nun berpesan kepada seluruh hadirin yang datang agar mempelajari cinta dengan dimensi keabadian dan kesejatian. Maka dalam hidup pun, kita harus mampu memposisikan mana yang skalanya jangka panjang dan mana yang jangka pendek.

Kebahagiaan sinau bareng harus segera diakhiri, lepas pukul 00:00 WIB, acara dipuncaki dengan do’a bersama dan seluruh jamaah bersalaman dengan Mbah Nun dan juga Syeikh Kamba.

Lainnya

Kegembiraan Bersedekah Maiyah Kepada Indonesia

Kegembiraan Bersedekah Maiyah Kepada Indonesia

Musim penghujan baru menyapa menjelang bulan November, langit hari itu diselimuti mendung, para penggiat Kenduri Cinta menyiapkan pelaksanaan forum bulanan Kenduri Cinta di Pelataran Taman Ismail Marzuki (TIM) sejak siang hari.

Kenduri Cinta
Kenduri Cinta