Sembilan Belas Tahun Pejuang Syafaat Menangkap Cahaya
Ada yang memperingati hari lahirnya tanggal 25 Desember 2018 M ini. Sudah sembilan belas tahun Gambang Syafaat secara resmi berdiri dan berjuang. Malam ini, sembilan belas tahun itu akan dirayakan dan diperingati dengan sajian ilmu dan kemesraan.
Semarang sedang hujan dengan skala yang cukup naik-turun, dari gerimis hingga deras berganti-ganti sejak siang menjelang sore tadi.
Gambang Syafaat tampaknya memposisikan diri sebagai laboratorium cinta, di mana para pegiatnya bisa mencari dan bereksperimen dengan sabil, thariq capaian masing-masing namun berjamaah. Ada ruangan penangkap cahaya, atau sebut saja bahwa ruangan di dalam disulap menjadi ajang galeri pameran fotografi. Dari foto-foto, cahaya yang ditangkap dan dibingkai, itu kita bisa melihat perjalanan Gambang Syafaat dari waktu ke waktu. Tapi juga di baliknya kita bisa melihat perkembangan sudut, sisi, jarak dan pixel pandang yang terus bertumbuh dari waktu ke waktu. Mungkin agak susah menjelaskannya melalui kata-kata, tapi itu terasa kalau kita menyusuri ruangan, menyaksikan cahaya yang ditangkap dalam momen demi momen tersebut.
Sedangkan di bagian teras, ada beberapa stan yang disediakan sebagai tempat berjualan bagi komunitas-komunitas Maiyah yang punya produk. Sampai catatan ini dibuat, tampaknya produk tembakau yang bisa dibeli dan dilinting di tempat menjadi favorit para hadirin yang datang mengalir pelan-pelan.
Untuk para pejalan Maiyah dari wilayah non-Semarang, ada sedikit tempat untuk beristirahat. Sekadar lantai diberi karpet tapi rasanya sudah cukup untuk melepas lelah. Kita bisa merasakan usaha maksimal para pegiat Gambang Syafaat untuk menjadi tuan rumah yang menghormati para tamunya. Menghormati tamu, salah satu nilai luhur bangsa Arab pra-Islam yang tetap dilestarikan ketika Islam secara legal-formal dan substansif telah disempurnakan dibawa oleh manusia Muhammad SAW.
Panggung telah berdiri dan beberapa kelengkapan terus diperjuangkan, liputan dari Mas Fahmi dan Mas Yunan bisa pembaca yang budiman lihat kembali. Selain itu, kita juga bisa melihat simulasi kecerdasan komunal emergence, di mana para panitia bekerja dengan mengisi ruang-ruang kosong. Melakukan apa yang mereka bisa. Mas Galih yang biasanya aktif membuat tulisan di rubrik Menek Blimbing, baru saja menyajikan kopi panas mengepul. Semua melakukan apa yang bisa mereka lakukan, semua berjuang dengan mengisi ruang-ruang kosong perjuangan. Gambang Syafaat telah sembilan belas tahun, berusaha mengisi ruang kosong perjuangan yang lama tidak diisi di wilayah mereka. Merayakan milad bukan sekedar suka cita tapi juga kesiapan menghadapi tahun-tahun yang akan datang. Malam ini, para pejuang syafaat ini akan kembali mencoba menangkap sinyal-sinyal cahaya itu kembali. (MZ. Fadil)