Sambutan Mesra Wakil Rektor Untidar
Pada Sinau Bareng malam ini di Untidar Magelang pihak kampus diwakili oleh Pak Wakil Rektor yang mengaku sangat senang dengan bahasan-bahasan di berbagai Majelis Maiyah. Namun karena kesibukan, Pak Wakil Rektor tidak selalu bisa sempat untuk ikut ke Maiyah. Jadi, hanya bisa menikmati sajian kemesraan dari internet. Sedikit terpeleset lidah Wakil Rektor menyebut “Mak Iyah” dan itu kemudian nanti dijabarkan juga oleh Mbah Nun, bahwa sebutan itu juga bisa ada maknanya.
Menurut Pak Wakil Rektor, Prof. Joko Widodo, “Diskusi bareng bersama Cak Nun selalu mencerdaskan.” Kenapa? Ini dijelaskan oleh beliau dengan logika yang sangat rapi. Pertama, karena Mbah Nun tidak berteori macam-macam yang mbulet dan bertele-tele. “Pokoknya sama Cak Nun semua itu kembali ke Al-Qur`an dan hadits,” katanya. Pak Wakil Rektor bahkan sedikit berauto kritik bahwa kaum akademisi seperti dirinya sering malah terlalu mbulet kalau membahas sesuatu.
Kedua, solutif dan itu menurut beliau juga adalah selalu solusi yang ada, cocok, dan pas dengan pegangan Al-Qur’an dan Hadits. Sehingga hidup rasanya jadi gembira karena selalu ketemu solusi dari berbagai persoalan. Ini berkaitan dengan yang pertama juga, justru karena tidak berangkat dari teori-teori yang ndakik-ndakik tapi karena Sinau Bareng selalu membahas persoalan riil yang ada di masyarakat.
Ketiga, hasil pemaknaan diskusi selalu dikembalikan pada hadirin agar mendapatkan yang cocok, sesuai, dan berguna untuk dirinya masing-masing. “Bukan pemaknaan Cak Nun saja tapi pemaknaan masing-masing.”
Tiga itu, menurut Pak Wakil Rektor, bisa terjadi di Majelis Maiyah karena Mbah Nun selalu menegaskan bahwa Mbah Nun sama dengan orang lain. “Saya pernah dengar Cak Nun bilang di Maiyahan, bahwa dirinya itu orang biasa.” Menurut Pak Wakil Rektor inilah yang membuat kajian di Maiyah punya posisi di hatinya dan di hati masyarakat. Pak Wakil Rektor mungkin saking gembiranya, lantas melantunkan satu pantun untuk menyambut Sinau Bareng di kampus UNTIDAR ini.
Mbah Nun menimpali kemesraan dari Pak Wakil Rektor. Dan sangat senang karena ternyata Beliau sudah memahami kunci bahwa “Subjek dalam Sinau Bareng adalah anda sendiri, kami di sini hanya fasilitator.” Dalam Sinau Bareng, tidak ada konsep satu lebih ulama dari lainnya, orang pintar ngajari yang bodoh, yang alim nurutin yang awam atau ningrat menundukkan yang jelata. Posisi yang ada adalah belajar bersama, ada etika tentu saja. “Yang di panggung juga diam-diam belajar dengan caranya sendiri,” ungkap Mbah Nun menjangkepi sambutan mesra sang Wakil Rektor.