CakNun.com

Sak Madya

Mukadimah Maiyah Balitar Februari 2018
Maiyah Balitar
Waktu baca ± 2 menit

“Adakah di dunia ini yang bisa selamat dari ketidakseimbangan?” Kurang lebih begitulah pertanyaan Mbah Nun kala itu, yang sedikit banyak turut kembali membangkitkan kesadaran jamaah. Coba saja kita lihat di luar sana. Masihkah seorang gadis kecil akan selamat, jika ia bersepeda tidak dalam keseimbangan? Juga masakan ibu, masihkah rasanya sedap dan nikmat, jika sang ibu tidak meracik bumbu-bumbunya dengan pas, seimbang.

Berbeda dengan alam semesta yang diciptakan dalam keseimbangan, manusia diciptakan dalam keadaan dinamis, berubah-ubah, tidak pasti selalu seimbang. Bahkan, menurut Mbah Nun, manusia memang sengaja diciptakan dalam keadaan belum seimbang. Karenanya, tugas kita sebagai manusia lah yang harus berusaha untuk berjalan menuju keseimbangan. Agar kita pun bisa selamat dalam melakukan perjalanan di dunia ini sampai muara tujuan.

Menurut orang Jawa, kita pun perlu belajar berlaku sak madya untuk menuju keseimbangan. Sak madya. Secukupnya saja. Tidak kurang dan tidak lebih. Meminjam bahasa Kanjeng Nabi, bahwa sebaik-baik perkara itu adalah yang berada di tengah-tengah. Ini juga bukan berarti kita harus mencari posisi duduk di tengah saat Maiyahan ataupun kegiatan yang lainnya. Karena tengah-tengah di sini tidak diartikan secara tekstual begitu saja. Akan tetapi, bagaimana kita bisa belajar menempatkan sesuatu maupun berlaku pas pada tempatnya.

Kalaulah keseimbangan itu diartikan sesuatu yang berada pada titik yang pas, tidak lebih dan tidak kurang, tentunya kita harus bisa memberi pagar, batas atau ukuran pada pribadi kita. Bagaimana akan seimbang kalau kita tidak mengenal batasan? Bagaimana bisa seimbang, kalau kita tidak mengenal ukuran? Bagaimana bisa seimbang, kalau kita tidak mengenal takaran?

Tentu banyak cara untuk belajar mengenal batasan. Setidaknya, dengan mencoba untuk terus belajar, sedikit banyak akan membantu kita mengenal batasan. Semakin banyak gerak langkah kita, sedikit banyak juga akan mengenalkan kita pada batasan. Seiring bertambahnya usia, bertambah pengalamannya, akan bertambah pula ‘tabungan’ pagarnya.

Mengingat Majelis Maiyah Balitar (MMB) akan mulai memasuki tahun ke dua, pada kesempatan ini, 3 Februari 2018, MMB mengajak untuk kembali berkaca. Kita belajar bercermin dan berbenah. Sudahkah laku kita sak madya untuk menuju keseimbangan kita. Sekaligus sedikit banyak kita membahas Piagam Maiyah agar kita selaku jamaah Maiyah bisa menempatkan diri tidak hanya dalam posisi bener namun juga pener. Dan mari kita bersama-sama belajar menyalakan api kesadaran kita. Agar kita pun bisa tetap belajar sak madya dalam menuju kesimbangan yang sesungguhnya.

Lainnya

Mosok Dijajah Terus Ker?

Mosok Dijajah Terus Ker?

21 April 2015, dinginnya kota Malang tak mengurungkan niat dulur-dulur Maiyah Rebo legi untuk tetap berkumpul di beranda masjid An-Nur Politeknik Negeri Malang.

Nafisatul Wakhidah
Nafisatul W.
Lele Minna wa Minkum

Lele Minna wa Minkum

Jamaah Maiyah Dusun Ambengan, tepat pada momentum setahun kajian rutin Maiyahan, punya daya kejut yang menggetarkan para panggiat.

Maiyah Dusun Ambengan
Ambengan