CakNun.com

Sadarilah, Bumi Adalah Saudara Tua Manusia

Reportase Majelis Masyarakat Maiyah Kenduri Cinta, 12 Oktober 2018
Kenduri Cinta
Waktu baca ± 6 menit

Respons juga diberikan oleh Mas Sabrang. Menurutnya, manusia sebagai khalifah adalah makhluk yang memiliki kemampuan untuk menciptakan keseimbangan di alam semesta ini. Dan manusia memiliki pilihan, akan dibawa kemana keseimbangan kehidupan ini dibawa, ke arah yang baik atau ke arah yang buruk. Eksploitasi alam yang dilakukan oleh manusia, jika menggunakan cara pandang bumi, maka yang dilakukan manusia ini seperti sebuah “virus” yang terus menerus menggerogoti bumi. Salah satu kecemasan para ilmuwan hari ini adalah bahwa panas bumi sudah semakin tinggi suhunya. Secara sadar kita semua merasakan bahwa suhu udara di bumi saat ini begitu panas, dan dari cara pandang sains, kondisi seperti ini adalah kondisi yang sangat membahayakan bagi bumi.

Jika berbicara bencana, selalu saja bahwa sebuah fenomena alam yang memakan korban manusia disebut sebagai bencana. Padahal fenomena alam itu tidak hanya gempa bumi atau tsunami saja. Hujan yang turun, angin berhembus juga merupakan fenomena alam seperti halnya gempa bumi. Ketika penebangan pohon-pohon begitu marak, maka risiko yang harus ditanggung adalah terjadinya tanah longsor dan banjir, karena keseimbangan ekosistem alam terganggu. Dan dengan entengnya manusia kemudian akan menyebutnya bencana alam sebagai musibah. Padahal, manusia sendiri yang merusak keseimbangan ekosistem itu.

Beranjak semakin malam, suasana diskusi di Kenduri Cinta semakin hangat. Sajian diskusi yang diselingi dengan penampilan beberapa kelompok musik yang memainkan nomor-nomor lagu yang apik merupakan sebuah harmoni tersendiri yang selalu tersaji di setiap Maiyahan. Durasi Maiyahan yang berlangsung 6-8 jam tidak mungkin secara konstan hanya diisi dengan diskusi saja.

Getaran kebahagiaan, semakin terasa tatkala Cak Nun bersama Syeikh Kamba sebagai marja’ Maiyah sudah berada di tengah-tengah jamaah. Ya, itu artinya khasanah ilmu buat para jamaah akan bertambah, ya perspektifnya, ya bagaimana mengolahnya. Salah satu khasanah ilmu yang disampaikan oleh Cak Nun semalam adalah bahwa setiap orang di Maiyah memiliki kemerdekaan untuk memaknai apa saja informasi yang disampaikan di Maiyahan. Dengan fondasi ini, Cak Nun menanamkan kedaulatan bagi siapa saja yang datang di Maiyahan untuk mengambil ilmu kemudian memaknai ilmu itu dengan kapasitas mereka masing-masing.

Maiyahan adalah sebuah forum yang tanpa sekat, siapa saja boleh datang, tidak ada sekat suku, agama, ras, dan lain sebagainya. Tidak mengherankan jika banyak orang yang kemudian menganggap bahwa Maiyahan adalah rumah yang sangat nyaman baginya, karena mereka sangat diterima di Maiyahan. Dan ditegaskan pula oleh Cak Nun bahwa Maiyah ini tidak akan menuntut eksistensi apa-apa di Indonesia. Jangankan untuk dilembagakan, jika suatu saat Maiyah ini harus tidak ada pun, kita semua harus siap. Karena yang sejati dari Maiyah adalah kesetiaan kita sebagai jamaah Maiyah untuk tetap memegang nilai-nilai kehidupan yang diajarkan di Maiyah selama ini. Maka, Maiyah tidak akan mengancam apapun dan tidak pula mengancam siapapun saja.

Syeikh Kamba menegaskan betapa beruntungnya kita dipertemukan dengan Maiyah. Syeikh Kamba sendiri secara personal tidak mampu membayangkan keadaan Indonesia jika tidak ada Maiyah. Menyoroti mengapa kondisi masyarakat hari ini yang sedemikian gaduhnya, Syeikh Kamba mempertanyakan, bisa jadi ada yang salah dalam pemahaman kita terhadap Al Qur’an selama ini. Karena ketika Al Qur’an itu dibawa oleh Rasulullah Saw memasuki Madinah, Rasulullah Saw tidak membutuhkan waktu terlalu lama untuk melahirkan suasana kehidupan sosial masyarakat yang kondusif.

Spirit yang dibawa oleh Maiyah menurut Syeikh Kamba adalah spirit yang kembali menekankan pemaknaan terhadap Al-Qur’an tanpa harus dengan pelembagaan seperti halnya yang dilakukan oleh institusi-institusi keagamaan hari ini. Menurut Syeikh Kamba, Maiyah dengan bentuk sangat cair ini membebaskan para pelaku Maiyah itu sendiri untuk memahami kesejatian hidup.

Cak Nun semalam kembali mengingatkan bahwa yang terpenting bagi setiap manusia itu bukan identitiasnya, melainkan perilakunya. Itulah mengapa Rasulullah Saw bersabda Innama bu’istu liutammima makarimal akhlaq. Dari ungkapan yang disampaikan Rasulullah Saw ini saja sudah sangat tegas bahwa yang diperjuangkan Rasulullah Saw bukanlah identitas personal setiap manusia, melainkan perilaku yang baik, yang kemudian memberikan manfaat bagi sesama makhluk ciptaan Allah swt.

Kegembiaraan di Maiyahan Kenduri Cinta dipuncakin dengan doa bersama yang dipimpin oleh Syeikh Nursamad Kamba. Kerinduan ini harus diakhiri, untuk kemudian rasa kangen ini kita bawa pulang ke rumah kita masing-masing, hingga kemudian kita berjumpa lagi di edisi Maiyahan Kenduri Cinta bulan depan. (Fahmi Agustian).

Kenduri Cinta
Kenduri Cinta, majelis ilmu, sumur spiritual, laboratorium sosial, basis gerakan politik bahkan universitas jalanan yang tidak pernah habis pembahasan SKS nya, kurikulum dan mata kuliahnya selalu bertambah, dosennya adalah alam semesta.
Bagikan:

Lainnya

Maiyah Ruang Awam Mencari Ulama, Bukan Emha Mania!

Maiyah Ruang Awam Mencari Ulama, Bukan Emha Mania!

Urgensi Menjadi Ruang

Baik dari para master Zen, penyair-penyair sufi Persia kuno, hingga yang modern-modern semacam Tagore sampai Deepak Chopra, ajaran tentang “ruang di dalam cangkir” sudah sering terdengar.

Muhammad Zuriat Fadil
M.Z. Fadil