Revolusi Digital
Mencerdaskan kehidupan bangsa adalah mimpi atau tujuan atau utopia bangsa Indonesia dalam hal pendidikan. Yang tertuang dalam konstitusi dasar dari Negara ini. Artinya, seluruh rakyat Indonesia harus menjadi menjadi cerdas tanpa terkecuali. Tidak hanya dinikmati oleh golongan tertentu saja.
Akan tetapi, kehidupan berbangsa kita saat ini dibenturkan dengan paradoks. Bahwa ternyata gagasan itu menjadi sangat mustahil untuk bisa terpenuhi. Mencerdaskan kehidupan bangsa yang merupakan edutopia bersama, ternyata hanya menjadi gagasan yang utopis.
Maka perkerjaan rumah berikutnya bagi kita adalah mencari cara bagaimana gagasan utopia itu bisa benar-benar terwujud. Kita membutuhkan konjungsi. Kata sambung. Sebuah tool untuk mempersambungkan langit dan bumi. Bagaikan partikel udara yang terpendar mengisi ruang antara langit dan bumi. Sehingga langit dan bumi terkoneksi melalui udara.
Saat ini kita memasuki era digital. Generasi baru lahir di era ini. Mereka adalah digital native. Bayi-bayi itu lahir dengan mouse di tangan kanannya dan smartphone di tangan kirinya. Sedangkan generasi sebelumnya adalah digital immigrant. Yaitu orang-orang yang baru memasuki dunia digital setelah usia dewasa. Maka, dunia digital adalah sebuah kepastian zaman. Digital la roiba fih.
Kemajuan era digital memberikan dampak yang luar biasa. Keberadaaan dunia digital juga membuktikan konsep tentang parallel universe. Bahwa ada dunia ghaib di balik dunia yang kita huni. Penghuninya nyata, hanya berbeda frekuensi ruang dan waktunya. Kehadirannya menjadi hal yang sangat revolusioner. Karena mampu mengubah pola hidup manusia di seluruh dunia.
Kalimat sugih tanpa banda pun benar-benar terwujud. Dulu, untuk menjadi pengusaha taksi, orang-orang harus membeli taksi dalam jumlah banyak. Menyediakan garasinya. Membayar gaji bulanan sopirnya. Mengeluarkan biaya untuk maintenance-nya. Tapi sekarang berkat teknologi digital, bisa menjadi pengusaha taksi tanpa mempunyai taksi, supir dan lainnya.
Menjadi pengusaha perhotelan tanpa mempunyai hotel. Menjadi pengusaha kuliner tanpa mempunyai restoran dan produk kuliner. Dan lain sebagainya. Hal ini berhasil menimbulkan perubahan besar pada kehidupan manusia saat ini. Memporakporandakan sistem ekonomi status quo yang bertahan ratusan tahun. Bahkan Teori Segitiga Maslow pun terkoreksi. Di mana kebutuhan mendasar manusia yang berupa pemenuhan kebutuhan fisik ternyata tergantikan oleh smartphone, koneksi internet dan segala tetek bengeknya.
Perubahan ini bisa menjadi permasalahan baru, tetapi sekaligus peluang untuk melakukan perubahan.
Artinya, dengan mengesampingkan sisi negatifnya, ternyata teknologi digital bisa digunakan untuk menghasilkan sebuah revolusi. Misalnya kita bisa menciptakan sekolah tanpa gedung bangunan dan yang nirbiaya. Bahkan bisa juga digunakan untuk membuat Negara tanpa wilayah.
Jika kita tidak sepakat tentang banyak hal yang terjadi di Negara ini. Dalam hal ekonomi, budaya, pendidikan, kesehatan, manajemen pengelolaan sumber daya manusianya dan lain lain, kenapa kita tidak berani mencoba untuk melakukan revolusi?
Kehadiran era digital adalah bukti dari hadirnya revolusi. Karena teknologi digital adalah hal yang sangat revolusioner.
Tetapi itu semua hanyalah sebuah tool. Serevolusioner apapun alat yang dimiliki, tetapi subjek utama yang menjalankan tool itu jika malah hanya menjadikan dirinya sebagai objek, maka pasti hanya akan menjadi korban.
Apakah perkembangan teknologi ini bisa membawa perubahan revolusioner untuk membawa kemanfaatan? Atau malah menjadi alat untuk merepolusi (mengotori kembali) alam pikiran, persepsi dan pola pikir manusia? Untuk digiring menuju kepentingan-kepentingan tak terlihat demi kepentingan segelintir manusia?