Presiden Loyang
Kalau para cendekiawan di antara rakyat saja memperdebatkan kripik sebagai ketela, mempertengkarkan nasi pada ranah padi, atau bermusuhan karena tidak mampu memilah konteks mana kapas mana benang mana kain mana pakaian — bagaimana mungkin mereka semua layak memilih Presiden.
Yang dipilih kemungkinan besar adalah Presiden Kerikil karena disangka Mutiara. Presiden Loyang karena dikira Emas. Presiden Kripik yang diyakini sebagai Ketela.
Karena tidak mampu meletakkan di koordinat mana letak manusia, Nabi, pepohonan, ketuhanan, ratu adil, satriyo piningit, mutiara, akik dan tahi ayam.
Kata “tahi ayam” juga bisa dianggap penghinaan oleh orang yang tidak mengerti bahwa tlethong sapi atau bahkan tinjanya sendiri adalah pintu ilmu dan jalan kesadaran menuju keagungan qadla qadar Sang Maha Beliau.
(Mbah Nun bersama Masyarakat Maiyah)