Perahu Retak
Disengkuyung bersama-sama keberadaannya sejak lima tahun yang lalu, berharap dapat menjadi mercusuar bagi para pencari arah hidup, begitulah hari ini Juguran Syafaat hadir di tengah-tengah masyarakat Banyumas dan Purbalingga. Terbuka bagi siapa pun saja, sebagaimana simpul Maiyah lainnya di Juguran Syafaat kami bersama-sama mengkontektualisasi pemahaman atas nilai-nilai Maiyah dari sudut, sisi dan presisi pandang masing-masing.
Orang-orang datang dan sebagian terus berulang datang untuk menemukan cara hidup yang lebih navigatif. Nyatanya menata arah hidup adalah pekerjaan yang tidak sekali selesai. Setiap ungkapan syukur diteruskan kepada Mbah Nun dan para Marja’ Maiyah. Kami yang datang sendiri-sendiri bak sampan-sampan kecil dan yang datang berbondong-bondong layaknya perahu yang lebih besar kemudian dapat lebih terpandu mengatur kemudi hidup. Beberapa dari kami datang dalam kondisi ‘retak’ kemudian membaik, beberapa lainnya merasa bersyukur terantisipasi dari resiko zaman yang sudah demikian ‘retak’ ini.
Hidup yang lebih navigatif dan peluang untuk saling belajar ekspertasi atau kepakaran hidup satu sama lain adalah hal-hal yang kami syukuri di sini. Untuk sebisa-bisa terus menjaga kesetimbangan hidup. Dalam pelayaran hidup di antara kami tak ada yang ingin menjadi penumpang genap-genap, setiap kami ingin menjadi berguna. Laut tak selamanya tenang, ombak, badai dan batu karang adalah peer yang harus senantiasa terus kami antisipasi. Semua itu membutuhkan ekspertasi atau keahlian yang saling melengkapi satu sama lain. [RedJS]