Otentisitas
Mursyid itu, di zaman ketika Bapaknya meninggal, belum parah gejala kapitalisme nasab. Misalnya memakai gelar berdasar turunan ini itu sebagai identitas utamanya. Nenek moyang dijual untuk cari pengaruh, modal dan kekuasaan. Pasang gambar nenek moyang, atau namanya, atau gelar yang mencerminkan seseorang keturunan siapa.
Dengan demikian masyarakat manusia menghormatinya, Setan takut kepadanya, toh kaum Jin tidak punya alat produksi untuk meng-counter atau mengkritisinya.
Maka Buyut, Kakek dan Bapaknya si Mursyid ini tidak mau anak cucunya menjalani hidup tidak dengan otentisitas dirinya sendiri.