Ngasah Bongkahan
‘Tauhid Penghidupan’
Sebelum saya pungkasi, berikut sedikit me-remind beberapa poin dari tujuh belas poin yang diberikan Mbah Nun, dengan tambahan catatan kaki pada masing-masing poin.
(1). Bismillah saya mengajak mundur selangkah. Menarik nafas panjang dan merenung ulang. Dengan waspada dan hati-hati ajakan ini saya tuliskan. Seperti mendaki gunung mengambil bebatuan. Menggosoknya jadi akik rahasia karya Allah. Cincin perjanjian kemesraan Mitsaqan Ghalidha (perjanjian yang teguh). Thariqat abadi antara hamba dengan Maha Kekasihnya.
(2). Sebelum meneruskan sedekah kepada Indonesia dan dunia. Penduduk Negeri Maiyah memastikan tauhid penghidupannya. Meneliti kembali mashlahat keluarga dan rumah tangganya. Mewaspadai kembali setiap yang diperjuangkannya. Mengamati kembali pilihan manajemen nafkahnya. Menghitung kembali untung rugi di hadapan Tuhannya. Tidak kehilangan Allah sepanjang pangkal ujung hidupnya.
(3). Ahsanu Taqwim Maiyah bercermin. Melihat kembali wajahnya. Mempelajari kembali dirinya sekeluarga. Apakah Allah masih menjadi pangkal kesadarannya. Apakah Allah tetap merupakan gol tujuannya. Apakah tali tuntunan-Nya tak dilepas oleh tangannya. Dalam menempuh jalan keuntungan menurut aspirasi-Nya.
Perjanjian yang Teguh (Keluarga Maiyah).
Tarekat abadi hamba dan Maha KekasihNya; Segitiga cinta.
Memastikan Tauhid penghidupannya, maslahat rumah tangga, keluarga, waspada terhadap perjuangan, mengamati tata kelola nafkah. Menakar dan mengalkulasi segala sesuatunya apakah menguntungkan ataukah merugikan jika di hadapan Tuhan, apakah Tuhan semakin terasa jauh atau semakin terasa tak berjarak, agar tiap-tiap keluarga Maiyah tak hilang arah dari pangkal hingga ujung.
Mbah Nun memberi landasan paling mendasar dan penting pada kelompok sosial paling kecil yang tiap-tiap kita pasti punya, yakni keluarga. Ini isyarat penting, bahwa kita tidak bisa mengabaikan tata kelola keluarga baik manajemen ekonomi, pendidikan, spiritualitas, orientasi keluarga masing-masing.
Apakah hal-hal penting dengan cara nilai yang berkesuaian dengan perjanjian teguh yang telah kita ikrarkan di hadapan Tuhan atau belum. Bisa jadi acuan perjanjian yang teguh ini bukan sekedar persoalan yang dibuat ketika hidup di dunia namun lebih jauh dari itu. Yakni perjanjian sejak di alam arwah sebelum insan diturunkan sebagai ahsani taqwim.
(4). Muta’allimul Maiyah selalu berkaca. Memeriksa kembali penghidupannya. Selama masih maya di bumi yang fana. Apakah tali perjuangan dan cita-citanya. Masih teguh mengikatkan dirinya. Pada patok Allah sebagai kesadaran sangkan-nya. Maupun Allah sebagai titik paran perjalanannya.
Muta’allimul Maiyah (Masyarakat Maiyah para pencari ilmu).
Kepandaian, berilmu, mencari ilmu, memiliki kepandaian, tidak sama dengan pencerahan jika tidak dicahayai oleh ridho Allah. Justru bisa menjadi kegelapan. Tali perjuangan, cita-cita, kesadaran dari (sangkan), dan titik tuju (paran) merupakan tahap-tahap yang amat mengandung kegelapan. Oleh sebab demikian perlu kiranya berdampingan dengan sesuluh kehidupan yang diutus langsung oleh Tuhan. Sehingga pada titik-titik kegelapan dan penggelapan di atas tidak kelabakan kehilangan arah dan ketidakmenentuan menemukan titian.
(5). Salikul Maiyah di koordinat mana saja. Siap membangkitkan kembali keberaniannya. Untuk selalu tangguh menemukan kekeliruannya. Siaga memastikan kembali kerendahan hatinya. Untuk mengakui kekhilafannya. Selalu gagah perkasa terhadap dirinya. Menertawakan prasangkanya atas kehebatan dirinya.
Salikul Maiyah (Para Salik Maiyah).
Para Salik Maiyah berani dan selalu punya cara membangkitkan keberanian, terutama keberanian memindai diri secara ksatria dan jujur. Keberanian ini akan menjadi berguna untuk meredam imajinasi indahnya menjadi peguasa atau prasangka yang bisa membatalkan peran kehidupannya.
(6). Muqawwimul Maiyah tidak minder jadi orang tidak hebat. Tidak rendah diri karena tak pandai dan tak kaya. Tak mengemis hanya karena tidak berkuasa. Asalkan tidak karena malas dan kurang berjuang. Atau karena salah memilih landasan nilai dan tujuan hidup. Juga karena keliru menentukan alamat dan cara menempuh jalan. Di mana Allah tidak ditemukan sebagai pusat simpul segala urusan.
Muqawwimul Maiyah (Penegak Maiyah).
Penegak maiyah adalah pihak yang menempuh perjuangan tanpa harus tampak hebat, terlihat tenar, tampak pandai, harus kaya, mesti berkuasa. Semua itu justru akan meletakkan penegak Maiyah terindikasi ringkih sebab masih memerlukan peranti-peranti yang disangkai sebagai jaminan tegaknya perjuangan. Penegak Maiyah memerlukan ketepatan memilih landasan, ketepatan cara menempuh perjalanan dan ketepatan tujuan.
(7). Anshorul Maiyah waspada. Tidak mencari penghidupan. Di wilayah yang Allah menganugerahinya. Limpahan untuk menghidupi dunia. Karena memberi adalah menerima lebih banyak. Sedangkan mengambil dan mengharap-harap dunia. Adalah tumpukan utang tak terkira.
Anshorul Maiyah (Para ‘Anshor’ Maiyah).
Anshorul Maiyah adalah para panglima andap asor yang penuh keramahan dan mengutamakan melayani pihak-pihak yang tertatih letih karena menunaikan perjuangan hijrahnya. Memberikan sambutan, menyediakan tempat tinggal berdampingan, bermasyarakat bersama dan berjuang bersama Rasulullah bersama-sama.
(8). Muhajirul Maiyah bertaqwa. Tidak menempuh jalan prasangka. Mengejar bayang-bayang keuntungan. Terjungkal di lubang-lubang kerugian. Mengincar laba di setiap langkahnya. Tersesat ke ruang-ruang hampa. Menumpuk-numpuk fatamorgana.
Muhajirul Maiyah (Para ‘muhajirin’ Maiyah).
Adalah para pejuang yang menyadari cahaya, rela menempuh perjalanan terik dan jauh karena kesadaran pada cahaya. Adalah para pejalan yang setiap langkahnya merupakan ungkapan cinta kepada yang mencahaya. Adalah para pejalan yang bersamaan dengan tiap-tiap langkah perpindahannya ditemani oleh Rasulullah SAW.
***
Saya cukupkan hanya pada poin ke delapan dari tujuh belas poin yang diberikan Mbah Nun, sebab saya yakin bahwa poin-poin Simbah ini tidak berhenti pada satu pandangan saja. Pandangan saya di atas hanya pancingan untuk yang lain agar memperhatikan secara seksama dan mengupas secara telaten kandungan-kandungan pesan di dalamnya. Tidak pintas lalu.
Semoga bermanfaat.