CakNun.com

Mereka Tahu Bagaimana Merencanakan Keluarga

Reportase Sinau Bareng CNKK dan BKKBN, Grobogan, 6 November 2018
Yunan Setiawan
Waktu baca ± 6 menit

Maka ketika baru tiba di atas panggung, pertanyaan pertama Mbah Nun kepada jamaah adalah “siapa yang hadir di sini berusia di bawah 17 tahun? Siapa yang berusia di atas 25 tahun?” Siapa yang di bawah 40 tahun?” Tangan-tangan langsung terangkat untuk menandakan diri bahwa mereka adalah manusia yang umurnya ditanyakan Mbah Nun. Dan, jawaban dari jamaah membuat Mbah Nun tahu ke mana arah Sinau Bareng ini. Jumlah ribuan kawula muda yang berkumpul malam itu adalah segmen yang tepat untuk memulai Sinau Bareng. Sebab, ketika sinau bab keluarga kepada kawula muda, berarti kita sedang menyiapkan dan memberi bekal kepada anak-anak muda itu tentang apa dan bagaimana ketika berkeluarga nantinya.

Jam sudah menjelang dua belas malam tapi tanda-tanda Sinau Bareng berakhir belum terlihat. Malah, jam itu menjadi puncak dari yang ditunggu-tunggu jamaah, yakni mendengar uraian jawaban dari tiga kelompok yang mendapat tugas dari Mbah Nun. Semua kelompok diminta kembali lagi ke panggung. Setiap kelompok diminta menjelaskan jawabannya dengan ringkas, padat, dan jelas. Kelompok pertama menguraikan bahwa nilai-nilai terpenting yang harus dimiliki orang berkeluarga adalah agama dan keyakinan yang sama. Karena kalau dalam satu keluarga tidak seiman, kita akan kesulitan menerapkan ajaran agama dalam keluarga. Bisa jadi niat berkeluarga untuk menyatukan dua keluarga yang berbeda justru malah membuat dua keluarga bermusuhan jika kita dalam satu keluarga tidak seiman.

Selain itu persoalan ancaman ketahanan bagi orang berkeluarga. Kelompok kedua menjelaskan bahwa ancaman itu berupa ekonomi. Sebab, seringkali terjadi hal-hal karena permasalahan ekonomi. Entah karena pendapatan suami lebih rendah dari istri. Atau dua-duanya sama-sama rendah. Permasalahan itu membuat hubungan keluarga retak. Ancaman ini hanya bisa diatasi dengan saling memahami satu sama lain. Ancaman ketahanan keluarga juga bisa datang dari luar. Misalnya, mertua. Kehadiran mertua juga tidak bisa dipungkiri kadang terlalu banyak turut campur mengurusi masalah rumah tangga. Memang ada mertua yang dengan turut campurnya ia mengurusi keluarga anaknya masalah bisa selesai. Tapi tidak jarang pula masalah tambah ruwet dan amburadul ketika mertua malah turut campur. Ada juga faktor lain selain mertua, yakni tetangga dan teknologi.

Dua pertanyaan ini seirama dengan jawaban dari kelompok ketiga. Bahwa yang harus dilakukan orang yang berkeluarga adalah mengetahui tugas masing-masing sebagai suami atau istri. Juga kalau bisa pendidikan perkawinan atau kerumahtanggaan diterapkan di Sekolah Menengah Atas (SMA). Karena bekal untuk berumah tangga harus dipahami sejak usia remaja. Jadi dengan pendidikan rumah tangga sejak sekolah, kita jadi tahu bahwa perkawinan atau niat berkeluarga tidak hanya untuk bersenang-senang saja. Ada pula kerikil-kerikil yang selalu terinjak di kaki kita dalam perjalanan berumah tangga. Ini yang harus dilakukan oleh orang yang sudah berkeluarga.

Semua jawaban dari tiga kelompok itu benar. Mbah Nun mengatakan tidak ada yang salah dari apa yang disampaikan oleh tidak kelompok tersebut. Biar ketemu bagaimana rumusan jelasnya orang berkeluarga, Mbah Nun meminta salah satu perwakilan BKKBN merespons penjabaran dari tiga kelompok tersebut. Menurut perwakilan BKKBN, ada delapan fungsi keluaga yang dirumuskan BKKBN. Delapan fungsi itu adalah fungsi agama, sosial budaya, cinta dan kasih sayang, perlindungan, reproduksi, pendidikanm ekonomi, dan fungsi pelestarian lingkungan. Tiga kelompok tadi, menurut perwakilan BKKBN, penjelasannya sama dengan delapan fungsi keluarga yang dirumuskan BKKN hanya saja disampaikan dengan bahasa yang berbeda. Tiga kelompok tersebut sudah paham apa saja yang dilakukan jika kelak nanti berkeluarga.

Mbah Nun menambahkan, jika seseorang sudah merencanakan keluarga. Berarti ia sudah tahu apa yang dilakukan nanti setelah berkeluarga. Ia sudah memiliki bayangan apa saja yang harus dilakukan ketika menghadapai masalah ekonomi, keluarga, dan masalah lainnya. Mereka sudah sangat cerdas untuk menghadapi masalah keluarga masing-masing. “Jadi ustadz di televisi dan pemerintah tidak usah terus menceremahi mereka tentang bagaimana cara berkeluarga yang baik.” Itu hanya menganggap mereka bodoh dan tidak memberi solusi dari permasalahan hidup. Masalah-masalah itu tidak bisa diselesaikan hanya dengan diceramahi, tetapi dengan cara pembangunan fasilitas-fasilitas sosial yang baik agar keluarga-keluarga tersebut bisa menjalankan fungsinya secara harmonis. Pemerintah memiliki kewajiban untuk melakukan itu.

Pembahasan masalah seperti ini biasanya diselenggarakan di acara seminar yang hanya dihadiri 100-200 orang. Tapi, malam ini kita membahas masalah ini dengan dihadiri lebih dari lima ribu orang. Salah satunya tujuan Sinau Bareng adalah mencapai itu. Menerabas batas-batas yang menghambat kita mencari ilmu-ilmu. Seandainya tema keluarga itu dibahas di dalam gedung seminar. Mungkin butuh lima puluh kali (jika setiap seminar dihadiri 100 orang) seminar untuk menjangkau lima ribu orang. Tapi berkat Sinau Bareng, tema ini dibahas dengan lima orang dalam semalam saja. Hemat waktu, hemat tenaga. Mantap to? Udah gitu, yang tadi turut berpartisipasi dalam kelompok, masing-masing mendapat apresiasi dari BKKBN berupa cinderamata dan pulsa 50 ribu!

Lainnya

Duka Cinta Indonesia

Duka Cinta Indonesia

Sejak siang hujan cukup deras mengguyur kota Pati hingga dimulainya Maiyahan Suluk Maleman di Rumah Adab Indonesia Mulia.

Kenduri Cinta
Kenduri Cinta