Merawat Simpul dengan Kegembiraan


Setelah menempuh perjalanan satu, dua, hingga lima jam perjalanan, sebanyak 50 penggiat Maiyah dari 25 Simpul Maiyah di Jawa Tengah dan DIY mengikuti workshop satu hari bertajuk Optimalisasi Organisme Maiyah. Workshop ini digelar di Kota Semarang pada hari minggu (22/4) bertempat di Gedung PKBI Semarang di kawasan Kalibanteng, Semarang.
Setelah melalui serangkaian proses kurasi, pasca pelaksanaan Workshop Penggiat Simpul Maiyah Region 4 akhir bulan lalu, Koordinator Simpul Maiyah menunjuk Gambang Syafaat untuk menjadi tuan rumah pelaksanaan event serupa. Penggiat Gambang Syafaat dengan tangkas dan kompak melakukan proses persiapan dan pelaksanaan workshop ini. Survei ke beberapa lokasi pun dilakukan, hingga akhirnya Gedung PKBI diputuskan sebagai tempat yang dipilih. Lokasi yang tak jauh dari Bandara Ahmad Yani ini memang sangat representatif sebagai tempat pelaksanaan acara .
Seluruh penggiat Gambang Syafaat pun mempersiapkan segala sesuatunya dengan baik. Nasir yang ditunjuk sebagai Ketua Panita Pelaksana mengkoordinir penggiat yang lain. Pembagian tugas pun dilakukan, seluruh penggiat Gambang Syafaat mendapatkan tugasnya masing-masing. Dan demi suksesnya acara ini, Panitia bahkan sudah stand by di lokasi pelaksanaan sejak 1 hari sebelumnya.

Secara formal tetapi tetap renyah dan ceria workshop digelar. Workshop ini merupakan rangkaian kedua dari pelaksanaan kegiatan yang sama pada bulan sebelumnya di Sidoarjo, Jawa Timur. Sebagaimana pada putaran sebelumnya, mas Sabrang MDP dalam sesi awal workshop menyampaikan ajakan untuk menemukan kegembiraan di dalam menjalankan aktivitas di simpul Maiyah masing-masing. Hal ini menjadi salah satu pijakan dasar untuk bagaimana para penggiat Maiyah menjadi tuan rumah atas aktivitas yang ia gelar sendiri dengan istiqomah. Hal ini yang diamati terjadi selama ini yang membuat simpul-simpul Maiyah istiqomah bahkan beberapa sudah mencapai usia belasan tahun. Sebab spiritnya adalah kegembiraan menggelar kegiatan, bukan keterpaksaan.
Tim Koordinator Simpul Maiyah secara kolaboratif memandu jalannya workshop sesuai dengan rundown yang telah direncanakan. Fahmi Agustian menekankan mengenai pentingnya penggiat menjadikan aktivitas di dalam simpul sebagai ajang sinau bareng. Ada banyak hal terkait komponen-komponen penyelenggaraan forum Maiyahan yang bisa dibahas dan dipelajari bersama, di antaranya adalah bagaimana kemampuan mengelola forum.
Pertemuan ini bukan hanya dalam rangka membahas bagaimana penggiat simpul Maiyah melaksanakan forum bulanan. Namun lebih dari itu, setiap penggiat simpul Maiyah yang hadir saling bertukar informasi dan sharing pengalaman di simpulnya masing-masing. Ada banyak cerita, ada banyak dinamika bagaimana masing-masing simpul Maiyah ini berproses.

Sebelumnya, Rizky Dwi Rahmawan juga menyampaikan presentasi terkait proses perjalanan Simpul Maiyah sejak Silatnas Baturraden tahun 2014 hingga Rembug Maiyah akhir 2017 lalu. Hari Widodo juga memaparkan tentang pentingnya pengelolaan media sosial resmi dari masing-masing simpul Maiyah. Media sosial menjadi salah satu corong informasi Maiyah hari ini, sehingga diperlukan pula manajemen pengelolaannya sehingga media sosial simpul Maiyah berfungsi dengan baik.
Proses workshop berlangsung dialogis, berbagai problematika dan dinamika di dalam simpul terungkap ternyata beragam. Mulai dari turn over yakni mreteli-nya penggiat, dinamika manajemen waktu untuk keluarga dan berbagai persoalan lainnya. Sabrang memberikan respons di antaranya bahwa komitmen kita bersama untuk lebih serius mengelola simpul Maiyah sejak tahun ini akan membuat penggiat yang sungguh-sungguh akan semakin tertempa dan matang. Sementara konsekuensi lainnya yang berposisi setengah-setengah akan menghadapi hambatan terhadap dirinya sendiri.

Di dalam workshop ini di bahas pula pola hubungan eksternal, termasuk kaitan Maiyah dengan dinamika Indonesia yang sudah menghangat memasuki tahun politik 2018-2019 ini. Bagaimana penggiat mesti menghadapinya dengan ketepatan dan kelengkapan informasi.
Sesi sharing di petang hari melengkapi proses saling mengenal dan saling bertukar informasi antar simpul yang ada. Di antaranya sharing dari Khairul Fahmi penggiat dari Poci Maiyah. Ia bercerita mengenai penggiat di Tegal yang mengangan-angankan agar ke depan lebih bisa menarik lebih banyak audiens dan aktivitas rutinan simpul menjadi lebih besar. Sabrang merespons bahwa kita boleh bercita-cita menjadi besar, tetapi itu untuk cakrawala saja. Jangan gantungkan harga dan kegembiraanmu menunggu tercapai menjadi besar.
Sepanjang workshop berlangsung peserta sangat kooperatif, hambatan merokok karena ruang ber-AC pun tidak menjadi keluhan. Pun demikian dengan pendeknya waktu jeda istirahat. Seluruh rangkaian acara yang sudah direncanakan, berjalan dengan baik hingga akhir acara.

Pada petang hari pukul 17.00 workshop ditutup dengan doa dipandu oleh Ali Fathan. Dari tingginya antusiasme peserta yang hadir termasuk ketepatan waktu kehadiran para penggiat, tercermin militansi penggiat di dalam memelihara simpulnya masing-masing. (Koordinator Simpul Maiyah)