CakNun.com

Manusia Bukan Barang Jadi (9)

Emha Ainun Nadjib
Waktu baca ± 3 menit

Pada tahun 2011, di rumahnya, Mas Yon pernah bertanya kepada saya: “Kalau kita Jumatan itu Khatibnya hampir selalu mengucapkan ‘Para Jamaah Jumat yang dimuliakan oleh Allah’. Itu bagaimana sebenarnya. Mulia itu kan soal derajat. Manusia punya derajat mestinya kan karena kelakuannya terpuji. Lha saya kan jadi malu, karena kelakuan saya belum pantas dipuji…”

Mas Yon meneruskan bahwa kalau kalimatnya ‘Para Jamaah yang dikasihi Allah’ mungkin ada pantasnya. Karena semua kan makhluk Allah, jadi selayaknya kalau Pencipta mencintai ciptaan-Nya. Tapi kalau dimuliakan oleh Allah, ah, kok rasanya aneh. Apalagi di zaman sekarang kelakuan manusia tidak makin baik.

Sepengenalan saya keluarga Koeswoyo ini memang tekun dan sungguh-sungguh soal nilai dan pencarian spiritual. Bahkan para cucu seperti Chicha dan Sari, kebanyakan orang tak menyangka sejauh dan sedalam itu proses pencarian spiritual mereka. Manusia itu bukan “barang jadi” seperti Malaikat, alam dan hewan. Manusia memperoleh keistimewaan dari Tuhan untuk menjadi makhluk dinamis, melakukan pencarian, kreativitas, ijtihad, tajribah dan tajdid.

Maka semua makhluk Tuhan perlu bersikap hati-hati kepada manusia. Orang yang kita tuduh Kafir hari ini, tahun depan bisa lebih bertauhid dibanding kita. Jangan memvonis final kepada manusia, dan selalu kita mendoakan agar semuanya dibimbing Allah untuk mendapatkan akhir yang baik. Husnul khatimah.

Manusia sangat berbakat terserimpung oleh keburukan, kebodohan dan kejahatan. Maka Tuhan menyediakan banyak sifat Maha Pengampun: Al-‘Afuw, Ar-Ro’uf, Al-Ghafur, Al-Ghaffar. Bahkan sifat Al-Wadud, Al-Karim, apalagi Ar-Rahman dan Ar-Rahim—main icon of kehadiran Allah—sangat asoiatif dan memiliki rentang kompatibilitas terhadap tindakan Allah mengampuni manusia.

Wahai anak Adam, jika engkau mendatangi-Ku dengan dosa sepenuh bumi kemudian engkau tidak menyekutukan-Ku dengan sesuatu apa pun, maka Aku akan mendatangimu dengan ampunan sepenuh bumi itu pula”. Bahkan “Orang-orang yang apabila melakukan kejahatan atau menganiaya dirinya sendiri, mereka lalu ingat kepada Allah, kemudian memohonkan pengampunan karena dosa-dosa mereka itu. Siapakah lagi yang dapat mengampuni dosa-dosa itu selain Allah? Dan mereka tidak terus-menerus mengulangi perbuatan yang jahat itu, sedang mereka mengetahui.”

Menjelang akhir hayatnya, Tonny Koeswoyo mengatakan kepada Yok bahwa ada masalah mendasar yang ia sesali dalam hidupnya. Ia seperti sudah melangkah melewati batas kehidupan dan merasakan betapa hidupnya “terlalu indah dilupakan, terlalu sedih dikenangkan. Setelah aku jauh berjalan, dan Kau kutinggalkan”. Padahal begitu sayangnya Allah kepadanya. “Betapa hatiku bersedih, mengenang kasih dan sayang-Mu”. Tonny cemas, “andaikan Kau datang kembali, jawaban apa yang kan kuberi. Adakah jalan yang kutemui, untuk kita kembali lagi...”

Tonny Koeswoyo, yang dituntun Allah menjadi pengarang lagu, penulis syair dan komponis musik paling produktif dibanding siapapun lainnya di dunia: adalah ciptaan Allah. Bagaimana mungkin saya berani tidak ber-husnudhdhon kepada makhluk-Nya? Bagaimana mungkin saya tidak takut untuk menyimpul-nyimpulkan begini-begitu dalam hal hubungannya dengan Tuhan?

Sebagaimana kepada paman Nabi Muhammad, beliau Abu Thalib. Meskipun tak ada informasi sejarah bahwa beliau pernah ber-Syahadat: tidaklah saya akan pernah punya keberanian untuk memastikan bahwa ia tidak bertauhid. Bahwa ia tidak mengakui kenabian keponakannya—yang ia bela bertaruh nyawa, pasang badan total untuk dakwah Islamnya? Yang kalau tidak karena perjuangan beliau membentengi Muhammad, belum tentu Islam sampai kepada saya.

Saya takut suatu hari ketemu beliau Abu Thalib dan disemprot: “Emangnya kalau saya bersyahadat mesti lapor ke Elu?”

Apalagi Allah mengirim Muhammad Saw adalah “untuk menjadikan akhlakul-karimah sebagai faktor utama bagi manusia”. Liutammima makarimal akhlaq. Dan Tonny bukan hanya tidak berkelakuan buruk dan jahat: ia bahkan menggembirakan dan membahagiakan ratusan juta manusia dengan lagu-lagunya.

 13 Januari 2018

Lainnya

Jalan Baru Ekonomi Kerakyatan

Jalan Baru Ekonomi Kerakyatan

Rakyat kecil kebagian remah kemakmuran berupa upah buruh murah, dan negara kebagian remah kemakmuran berupa pajak.

Nahdlatul Muhammadiyyin
NM
Hari-Hari Jakarta Tiga

Hari-Hari Jakarta Tiga

Di akademi militer diajarkan bukan saja bagaimana teknik fight (berkelahi), combat (bertarung), taktik memenangkan battle (pertempuran) tetapi juga dilengkapi pelajaran strategi memenangkan war (perang).

Mustofa W. Hasyim
Mustofa W.H.