Maiyahan Puncak Penanggungan
Sesuai tagline Sulthon Penanggungan, yaitu ‘menjalin persaudaraan menebar kasih sayang’, pendakian yang dilakukan pun mengemban semboyan tersebut. Persaudaraan adalah sebuah hubungan yang sangat erat dan akrab. Bagi Sulthon Penanggungan, tak hanya kepada sesama manusia, kepada alam, bahkan kepada yang berada di alam lain, atau seisi semesta yang bertasbih atau mensucikan Allah, semua dianggap sebagai saudara.
Semua saling bersinergi menebar kasih sayang atau Rahman-Rahim yang merupakan bagian dari Asma Allah paling dominan dari Nama-Nama-Nya yang baik.
Dalam kesempatan mendaki kali ini, turut dibawa beberapa bibit tanaman untuk ditanam di sekitar Puncak Bayangan sebagai penghijauan. Tak lupa kebersihan gunung pun tetap dijaga, dengan memunguti sampah-sampah di sekitar tenda dan sepanjang perjalanan turun.
Selain bersumber dari kepahaman, sikap atau kegiatan tersebut dikerjakan dengan harapan dapat menginspirasi mereka yang mendeklarasikan diri sebagai Pecinta Alam tetapi abai terhadap kebersihan sekitarnya, bahkan tak sedikit juga yang berlaku vandalis. Cinta itu bukan sekadar mengagumi, mem-posessif-i, atau bahkan mengeksploitasi. Cinta itu mengasihi dan menyayangi, menjaga dan merawat seperti kepada diri sendiri.
Tengah hari, para peserta sudah bersiap untuk turun. Perjalanan turun dijalani dengan penuh harmoni, diselingi canda tawa, bahkan sesekali ada yang meluncur di jalan tanah licin seperti mengulang kenangan perosotan saat Taman Kanak-Kanak. Ada juga yang jatuh terduduk. Ada yang tersandung akar lalu terguling-guling. Namun semua itu bukan halangan untuk tetap bersyukur dan menjadi kenangan terindah masing-masing pelaku.
Betapa perjalanan dan kegiatan Maiyah yang begitu berkesan. Sebanyak 25 orang dengan keistimewaannya masing-masing, dan beberapa orang yang bermaiyahan di puncak, diiringi tasbih alam semesta.
Tercatat usia peserta termuda adalah 14 tahun, dan yang tertua berusia 51 tahun. Mereka bahkan berhasil mencapai Puncak Penanggungan. Dari remaja Alif dan Cak Rohman, kita belajar tentang kekompakan antara ayah dan anak. Cak Rudi yang secara usia lebih dari setengah abad mengajarkan tentang kuatnya semangat juang untuk tidak mudah menyerah.
Seperti yang telah disinggung sebelumnya, kita pun belajar tentang kemampuan manajemen dan koordinasi, mengenal diri, semangat kebersamaan, kerelaan berkorban, perlindungan, motivasi, sinergi, dan semangat juang.
“Dan Kami hamparkan bumi itu dan Kami letakkan padanya gunung-gunung yang kokoh dan Kami tumbuhkan padanya segala macam tanaman yang indah dipandang mata. Untuk menjadi pelajaran dan peringatan bagi tiap-tiap hamba yang kembali (mengingat Allah).” (QS. Al-Qaf: 7-8)
Puji bagi Allah yang menganugerahi manusia hati yang kuat melebihi gunung untuk menerima Qur`an, yang menjadi pedoman sebagai Khalifah di bumi.