CakNun.com

Maiyahan Puncak Penanggungan

Reportase Majelis Maiyah Sulthon Penanggungan 28 Juli 2018
Sulthon Penganggungan
Waktu baca ± 6 menit

Pelajaran pertama didapat saat salah satu peserta harus ditinggal di Pos 2 karena engkel bermasalah. Di sini kemampuan berkoordinasi mulai diuji. Namun sebagai Orang Maiyah yang selalu diajarkan untuk presisi dalam segala hal, semua dapat terlewati dengan baik. Sebab, keputusan untuk meninggalkan adalah atas kesediaan ditinggalkan yang keluar dari pemahaman akan kapasitas diri.

Dan yang meninggalkan pun atas keyakinan bahwa yang ditinggalkan adalah seorang yang mampu mengatasi dirinya dengan baik. Tak ayal, setelah merasa lebih fit, beliau kembali ke Pos 1 untuk pijat. Kemudian dengan semangat kebersamaan yang kuat, beliau membuat kejutan ketika jam 4:10 WIB memberi kabar bahwa dirinya telah sampai di Puncak Bayangan di saat tim sedang perjalanan ke Puncak Penanggungan. Dari sini didapatkan pelajaran tentang memahami kemampuan diri dan semangat juang yang tak pernah padam.

Dari 25 peserta, semua tiba dengan selamat di Puncak Bayangan. Banyak pelajaran yang didapat selama dalam perjalanan. Seperti kerelaan untuk membawa dua beban meringankan orang lain yang tak kuat, atau rela sampai belakangan karena menunggu rekan yang beristirahat lama karena kelelahan.

Tercatat tim pertama yang datang jam 21:00, 21:30, 22:00, dan 01:00. Kemudian memutuskan mendirikan tenda di Puncak Bayangan atas pertimbangan kondisi mayoritas peserta.

Setelah beristirahat sejenak untuk memulihkan tenaga, dengan melihat kondisi fisik, maka hanya 15 peserta yang memutuskan melanjutkan perjalanan ke Puncak Penanggungan. Sisanya menunggu di tenda sekaligus menjaga logistik.

Pendakian dari Puncak Bayangan dimulai pukul 03.30 WIB dengan harapan saat waktu subuh telah sampai di Puncak Penanggungan. Namun sekali lagi rencana harus berubah menyesuaikan kondisi fisik. Beberapa peserta ada yang harus sholat subuh di tengah perjalanan.

Bahkan ada seorang peserta perempuan yang mengalami AMS atau mual. Ia merasa tak sanggup lagi melanjutkan perjalanan dan bersedia ditinggal sendiri. Berbeda dengan yang ditinggal di Pos 2 yang memang sudah tak diragukan lagi kedaulatannya. Dua orang memutuskan untuk mendampingi. Dialog pun terjadi, dan mampu memberikan motivasi untuk berjuang menuju puncak. Dengan motivasi mengejar waktu subuh, perjalanan dilanjutkan dengan saling mengulurkan tangan dan sampai di puncak tanpa terlewat waktu subuh.

Sesampainya di puncak, kopyah Maiyah yang dipakai para peserta dengan sangat mudah dikenali orang orang yang mengerti Maiyah. Tiga orang menghampiri dan menyalami. Ternyata dulur-dulur anggota dari Damar Kedhaton simpul Maiyah Gresik. Menjadi ciri khas Maiyah, keakraban dan kemesraan sangat terasa meski belum pernah bertemu sebelumnya.

Setelah mengibarkan bendera Merah Putih dan bendera berlogo SP, acara Maiyahan dimulai. Diawali dengan Bertawassul dan dilanjutkan dengan bersholawat. Terlihat air mata haru dan khusyuk dari mata para jamaah saat shalawat dilantunkan. Ada kekhusyukan yang tak mampu dideskripsikan, seolah terasa dibarengi tasbih alam Penanggungan. Kemudian dilanjutkan dengan sekelumit pemaparan dari Cak Luthfi mengenai tujuan Sambang Penanggungan serta sekilas profil SP.

Sebelum turun ke Puncak Bayangan, tak lupa menyempatkan diri berziarah dan ‘uluk salam’ di makam Syekh Ahmad Shayadi yang berada di kawasan Puncak Penanggungan.

Lainnya

Hilwin Nisa
Hilwin Nisa

Tidak

Exit mobile version