Kursi
Tuhan kasih aku kursi yang bersinar dan sangat nikmat mendudukinya. Tetapi itu kursi rahasia dan manusia hanya sama-sama saja bisa melihatnya.
Orang-orang di sekitarku berebut kursi dengan segala cara. Kursi menjadi agama dan kitab suci mereka. Sehingga diperebutkan meskipun harus dengan baku hina, saling memfitnah, dan selalu mencari kenikmatan melalui kehancuran saudaranya sesama manusia.
Kalau aku bersedih, rasanya kurang bertaqwa. Kalau tak bersedih, rasanya kurang mencintai mereka.
Kalau aku tertawa, rasanya aku menghina. Apalagi kalau sampai mentertawakan mereka, aku menjadi manusia durhaka.