CakNun.com

KC 18 Tahun dan Kisah di Balik Layar

Kenduri Cinta
Waktu baca ± 3 menit

Kalau suatu organisasi merayakan Ulang tahun, biasanya mereka akan melakukan acara yang besar dengan banyak pertunjukan dan kemegahan terbaik yang mereka bisa tunjukkan kepada masyarakat atau anggotanya.

Tapi beda yang berlangsung tadi malam di Taman Ismail Marzuki saat Kenduri Cinta edisi spesial 18th Anniversary. Pukul 20.30 acara sudah dimulakan. Para penggiat Kenduri Cinta sudah menemani masyarakat Ibukota dalam mencari ilmu untuk belajar menemukan kebenaran. Oase kecil inilah yang nantinya memberikan kehidupan kepada masyarakat, atau menjadikan setiap individu lebih baik. Pada momen 18 tahun Kenduri Cinta ini, tidak ada sesuatu yang gempita, melainkan kesederhanaan.

Kita mengenal Nisa Syaban dengan suara merdunya membawakan sholawat tapi kali ini kita punya adik-adik Darul Islah yang suaranya nggak kalah enak dalam membacakan Sholawat setelah Mas Afif  dan kawan-kawan membacakan doa Wabal.

Yang istimewa kali adalah seluruh penggiat Kenduri Cinta naik panggung. Mulai dari Nink Nong selaku Bendahara, disusul Tri Mulyana yang saat ini dipercaya sebagai wakil ketua Komunitas Kenduri Cinta sekaligus yang bertanggung jawab mengurusi karpet yang menjadi alas duduk jamaah. Ada juga Hendra selalu bertugas memimpin Wirid Tahlukah di setiap pembuka Kenduri Cinta. Ada Iwan yang selalu datang paling awal di setiap penyelenggaraan Kenduri Cinta yakni datang siang hari untuk menemani penataan sound system dan panggung.

Nink Nonk cerita asal mula gabung di Kenduri Cinta. Ia secara nggak sengaja melihat melihat KC dan pada saat itu belum mengenal Cak Nun. Setelah tiga tahun menjadi jamaah kemudian baru memberanikan diri gabung di forum Reboan.

Karpet adalah bagian terpenting dari KC dan Tri Mulyana yang bertanggung jawab selama lebih dari 5 tahun. Banyak lho dinamika yang dilalui dalam mempersiapkan karpet tetapi Tri sekeluarga menganggap semuanya adalah berkah.

Sementara itu, Hendra berkisah tentang dirinya pada 2010 dan buku pertama yang dibaca saat itu adalah Slilit sang Kiai. Saat itu, Ia tergabung dalam LGBT (Lingkaran Gerombolan Bawah Tiang) dalam menikmati kajian di Kenduri Cinta dan kemudian bertemu Ibrahim yang saat itu adalah ketua Komunitas Kenduri Cinta dan diajak gabung dalam Reboan.

Lain halnya dengan Iwan. Kali pertama kali kenal KC lewat tema “Bumi tanpa Langit, Fikih anpa aqidah.” Ia menceritakan ke teman-teman Jamaah ihwalntugasnya mempersiapkan Baliho bersama Wawan. Iwan sangat menikmati menjadi penggiat Kenduri Cinta. Dia merasakan kuatnya gelombang paseduluran dengan para penggiat lainya.

Adapun Ibrahim sekarang bertugas di Lampung sebagai pengajar di sebuah pondok pesantren. Buku Anggukan Ritmis Kaki Sang Kiai adalah buku yang dilahap pada masa SMP. Ibrahim menceritakan pada 2006 saat itu Mbah Nun datang ke Kenduri Cknta bisa dihitung dengan jari. Kemudian Ibrahim menceritakan awal mula terbentuknya segitiga cinta di Kenduri Cinta, struktur kebersamaan para penggiat yang sangat unik dan semuanya dikemas dengan cerita yang membahagiakan.

Suka duka dalam pengurus Kenduri Cinta di antaranya adalah banyak rundown yang serba dadakan dan berubah-ubah karena kadang pembicara belum datang, dan itulah yang menarik sebagai penggiat Kenduri Cinta menurut Sigit.

Beda dengan Bang Mathar yang merasa semuanya ini adalah “kecelakaan” ketika Ia masuk di Kenduri Cinta. Ia adalah orang Betawi sendiri yang tidak terlalu mengerti bahasa Jawa tapi selama mengikuti Maiyahan di Kenduri Cinta ia paham apa yang dibicarakan. Bang Mathar sendiri pernah menjabat sebagai Ketua Kenduri Cinta tahun 2012.

Lalu Heri yang menempati posisi Stage Manager di Kenduri Cinta. Semua berawal dari saat ia berperan sebagai Petugas Kencleng kemudian dan saat ini bertugas sebagai pengelola acara (Stage Manager). Dialah yang menghubungi grup musik yang akan mengisi acara di Kenduri Cinta.

Ada juga Bedur. Dia adalah salah satu personel grup Pandan Nanas yang spesialis membawakan lagu-lagu Betawi, yang basecamp-nya di Setu Babakan Bekasi. Lalu Bobby, personel Grup Orkes Semberengen, pada tahun 2005 baru

tahu Kenduri Cinta, dan kenal dengan para penggiat yang sangat seru, dan pernah menunggu ntuk tampil sampai pukul 2.30 pagi tapi tiba-tiba di-cancel karena susunan acara yang sangat padat, dan itu diterimanya dengan rasa lapang dada.

Waktu menunjukkan pukul 23.00 dan para jamaah masih asik menikmati kisah para penggiat yang seru, unik, dan hidden story. Segmen ini rupanya  “menghipnotis” para jamaah, dan menyuguhkan hal-hal baru yang tak mereka bayangkan. Kebanyakan mereka mungkin berpikir bahwa penggiat Kenduri Cinta adalah makhluk-makhluk ekskulsif. Tapi, setelah mereka bertutur, tidak jarang para jamaah tertawa dan seolah paham dan ikut merasakan apa yang terjadi di Kenduri Cinta.

Oh ya, semalam para jamaah Kenduri Cinta juga berkesempatan menikmati penampilan kelompok Hadroh Darul Islah dari Balaraja Banten. Itulah sedikit dari yang berlangsung semalam pada 18 tahun Kenduri Cinta. (fa/hm)

Kenduri Cinta
Kenduri Cinta, majelis ilmu, sumur spiritual, laboratorium sosial, basis gerakan politik bahkan universitas jalanan yang tidak pernah habis pembahasan SKS nya, kurikulum dan mata kuliahnya selalu bertambah, dosennya adalah alam semesta.
Bagikan:

Lainnya

Maiyah Penangkal Petir

Maiyah Penangkal Petir

Memasuki tahun 2022, Kenduri Cinta kembali diselenggarakan secara offline.

Kenduri Cinta
Kenduri Cinta