Jaranan Turonggo Yakso Sambut Mbah Nun


Malam ini alun-alun Trenggalek menjadi salah satu saksi akan arti seorang Mbah dan lahirnya generasi baru, yang disaksikan puluhan ribu masyarakat yang menyebabkan alun-alun ini penuh padat oleh lautan manusia.
Lautan manusia itu melihat sosok Mbah yang adalah seseorang tetua yang karena darma baktinya sepanjang masa dimintai pangestu, wejangan, ilmu, dan bimbingan. Ialah orang yang dita’dhimi karena luasnya ilmu dan ruang batinnya yang menampung banyak soal atau keluh kesah. Ialah seseorang yang sungguh-sungguh ingin menumbuhkan generasi baru di masa depan. Yang telah berkeliling ke mana saja buat membesut tunas-tunas baru itu dengan visi hidup yang baru. Yang pergerakannya seringkali tak dimengerti mainstream.
Mbah yang demikian itu layak mendapatkan cinta dan penghormatan. Mbah itu adalah Mbah Nun, yang ketika tiba di panggung Sinau Bareng ini langsung disambut persembahan tari Jaranan Turonggo Yakso yang tak lain adalah ciri khas budaya Trenggalek. Lautan manusia menyaksikan bagaimana Mas Ipin dan tim Dewan Kesenian Trenggalek (DKT) menghormati dan bersyukur atas rawuhnya Mbah Nun dan KiaiKanjeng di alun-alun Trenggalek ini.
Mas Ipin (Muhammad Arifin) yang sedang menjabat sebagai PLT Bupati, yang masih muda usia 28 tahun, jelas-jelas menunjukkan kepada segenap masyarakatnya bahwa dia adalah ‘cucu’-nya Mbah Nun dan mengajak seluruh warganya untuk ngangsu kawruh kepada Mbah Nun.

Tak hanya itu, Mas Ipin bilang dalam bahasa Jawa yang inggil yang kurang lebih artinya, “Mbah Nun yang sangat kami muliakan, terima kasih sudah berkenan hadir di Trenggalek. Habis kedatangan Mbah Nun ini, syukur saya dapat kesempatan dimarahi beliau, mudah-mudahan hati yang peteng menjadi terang, yang belum dapat jodoh segera dapat, yang kekurangan segera dapat rezeki banyak dan sejahtera, yang kurang ilmu dapat tambahan banyak ilmu…”
Di Pendopo Kabupaten, sebelum acara, bahkan Mbah Nun diberi penghormatan untuk mengenakan baju beskap Trenggalek dan blangkon yang tetap dikenakannya di atas panggung. Masyarakat dan jamaah menyaksikan Mbah Nun dalam busana yang bukan biasanya karena memang sedang mendapatkan penghormatan dari cucunya.
Sepuluh penari Jaranan Turonggo Yakso menyuguhkan gerakan-gerakan penuh makna, yang selanjutnya membuat Mbah Nun menahan mereka agar usai menari jangan kembali ke tempat tetapi naik ke panggung. Mbah Nun akan mendaraskan ilmu tentang jati diri Trenggalek dan jati diri bangsa lewat seni tari mereka untuk semua masyarakat yang hadir ini. Cara cerdas khas Mbah Nun.

Sejak itu bergulir terus padat muatan ilmu Mbah Nun mengenai semua hal berkaitan kebudayaan yang dicurhatkan Mas Ipin kepada Mbah Nun. Bersamaan itu, alun-alun ini bukan saja penuh lautan manusia, bahkan belakang panggung pun tak luput dari jamaah dan hadirin, tetapi juga makin kental oleh kedekatan jiwa yang menyatu.
Di atas panggung, didampingi Mas Ipin dan tokoh-tokoh Trenggalek dan para anggota DKT, Mbah Nun membakar jiwa warga Trenggalek dengan peneguhan kepercayaan diri, dengan ilmu baru, dengan simulasi cerdas, dan persembahan-persembahan musik yang asik dan indah. Mbah Nun menyalakan energi di dalam batin lautan manusia itu. (hm)