Jangan Berhenti Pada Tahu Banyak Akan Sedikit Hal
Yang perlu kami sampaikan pertama-tama dari Sinau Bareng beberapa hari lalu di SMK Negeri 1 Ngasem Kediri adalah jamaah atau hadirinnya suangat banyak dan membludak. Lapangan sekolah itu benar-benar tak muat. Berjejal-jejal orang. Bahkan ketika Mbah Nun dan jajaran kepala sekolah beserta tokoh masyarakat masuk ke lapangan harus berjalan dengan membelah padatnya jamaah yang telah memenuhi lapangan. Suara-suara memanggil Mbah Nun terdengar dari kanan kiri jalur masuk ini.
Sementara itu, mereka yang tak tertampung di lapangan mengambil tempat di luar lapangan, di selasar ruang-ruang kelas, di taman-taman, gang-gang bahkan juga jalan. Untungnya tiga layar telah disediakan buat mengantisipasi situasi ini. Ada juga yang naik di atas truk. Gelombang antuasiasme yang begitu besar mengalir dari mereka untuk mengikuti Sinau Bareng ini.
Bahkan tatkala acara telah usai dan memasuki prosesi salaman dengan Mbah Nun dan narasumber, benar-benar diperlukan perjuangan besar dari teman-teman yang membantu menata proses salaman agar semuanya berjalan tertib dan lancar. Para jamaah memang tak sabar ingin secepatnya sampai di depan Mbah Nun untuk segera bisa menjabat tangan, meminta doa, atau mengekspresikan kecintaan mereka kepada Mbah Nun.
Memang sejak usai maghrib, gerbang SMK ini seperti tak surut-surut dilewati jamaah yang masuk dan bahkan makin banyak. Tak hanya para siswa, melainkan para orangtua mereka, santri-santri di seputaran Kediri, dan masyarakat pada umumnya, semuanya menuju lapangan Sekolah yang tengah memeringati Ultahnya ke-9.
Akan dijadikan atau dimanfaatkan untuk apakah antusiasme yang demikian itu bagi Mbah Nun? Jawabannya kiranya cukup jelas, seperti yang sudah antum semua ketahui juga. Yaitu dibawa ke Allah, ke Kanjeng Nabi Muhammad, dan ke hal-hal yang baik. Paling awal mereka diajak setor tawadhu dan doa kepada Allah melalui membaca surat Quraish, mengikatkan selalu cinta kepada Kanjeng Nabi melalui Sroqolan, dan kemudian diajak mereka mengingat-ingat konsep-konsep dasar kehidupan.
Adakalanya sederhana konsep itu, tapi kita jarang ingat. Misal, kalau kita masuk ruangan yang ber-cctv, kita selalu ingat oh ini diawasi cctv, sehingga kita pun berhati-hati dalam.berbuat. Tetapi selalu ingatkah kita bahwa Allah melihat kita setiap saat, dibantu oleh pencatatan para malaikat.
Mbah Nun juga ingatkan bahwa manusia punya martabat sehingga tak boleh salah prioritas dalam memperlakukan sandang pangan papan. Tiga kata itu sudah diwariskan dan disebut nenek-moyang kita sebagai urutan prioritas. Jika ada tawaran salah satu di antara makan atau pakaian, janganlah pilih makan dengan ongkos tidak berpakaian. Pilihlah pakaian meski ongkosnya adalah tidak makan. Karena, pakaian adalah lambang atau bukti terjaganya martabat. Sekarang, bisa saja terjadi orang lebih mementingkan makan ketimbang sandang. Artinya, memilih tak punya malu demi mendapatkan makan atawa proyek.
Sekarang soal kesempitan. Apa maknanya? Dalam pengamatan Mbah Nun, tak ada orang atau makhluk yang benar-benar betah dalam kesempitan. Ia mesti bosan dan ingin keluar dari kesempitan. Ini pandangan Mbah Nun yang sangat berbeda dengan kebanyakan kita manakala melihat gejala pada saudara-saudara kita yang memperlihatkan pandangan yang sempit. Pandangan Mbah Nun mengajak kita punya sedikit celah dari pandangan kita supaya tidak berisi kecemasan saja. Tenang, mereka pasti tak betah dalam kesempitan. Mereka akan ngguyu-ngguyu sendiri. Begitu kurang lebih jika diungkapkan dalam bahasa lebih lugasnya.
Kemudian apa arti SMK atau sekolah kejuruan? Ialah membentuk manusia yang mengerti banyak tentang sedikit hal. Ahli dalam satu bidang. Ini dilihat dari empat jenis manusia berdasarkan pengetahuannya yang sudah sering disampaikan. Tetapi Mbah Nun sarankan dalam profesi atau disiplin kerjamu, okay kamu tahu banyak tentang sedikit atau satu hal itu, namun kalau bisa jangan berpuas di situ. Dalam konteks sosialmu, kalau bisa ya kamu ngerti banyak tentang banyak hal. “Supaya anda mengerti dunia lebih dari dunia mengenal Anda.”
Nggak cuma itu, sedikit banyak SMK atau sekolah kejuruan dulunya didirikan dengan anggapan ada yang belum bisa dengan cepat dipenuhi oleh jenjang pendidikan yang sama yaitu SMA. Lulusan SMA belum cukup memiliki skill kerja, sementara kebutuhan akan itu sangat tinggi. Artinya, menurut Mbah Nun, SMK akan menjawab tantangan di masa depan.
Maka, supaya para siswa ini lebih jangkep perspektifnya, Mbah Nun kasih sedikit filsafat praktis mengenai ilmu. Urutannya adalah eruh, ngerti, iso, dan gelem (Tahu/pengetahuan, pemahaman, kemampuan, dan kemauan). Itulah posisi manusia dalam hal ilmu. Dalam perspektif ini, kejuruan bukan sekadar tahu dan paham, tetapi juga bisa. Dan setelah itu, urusan manusia yang punya ilmu dan kemampuan adalah apakah dia mau atau tidak mengerjakannya, atau apakah dia punya kemauan yang seperti apa dalam konteks dan visi yang lebih luas. Di situ, Mbah Nun berpesan jadilah manusia wajib, yaitu manusia yang kompeten, yang orang lain merasa kamu wajib ada, karena kamu sangat dibutuhkan.
Bergulir pesan-pesan lain Mbah Nun dari ihwal penting belajar sejarah Kediri yang tak pernah dijajah kerajaan manapun, tentang perbedaan tujuan hidup orang Barat dan kebanyakan kita di Indonesia, tentang arti ‘baru’ takwa, hingga pesan-pesan lewat jawaban Mbah Nun kepada para penanya. Semua mengerucut pada penyemangatan kepada mereka bahwa mereka adalah generasi baru yang harus mempersiapkan diri dengan sebaik-baiknya.
Kepala Sekolah SMKN 1 Ngasem Kediri ini sudah berupaya semaksimalnya agar anak-anak mendapatkan atmosfer pendidikan yang sebaik-baiknya. Sekolah ini telah diciptakan sebagai rumah inovasi. Guru agamanya sendiri, yang malam itu mengenakan peci Maiyah, juga sudah menemani anak-anak SMKN itu dengan wawasan keagamaan yang seintegral mungkin. Anak-anak itu sendiri sangat antusias dalam acara Sinau Bareng ini. Stan-stan pameran mereka gelar di bagian depan sekolah ini. Semangat mereka terasa kuat. Malam itu mereka dapat hadiah menarik: menyaksikan Pak Kepala sekolahnya nyanyi campursari bersama KiaiKanjeng.