Holopis Kuntul Baris
Momentum itu sesuatu yang bisa kita dapatkan dengan kita menungguinya. Tetapi apabila menunggu sesuatu yang tak pasti adalah pekerjaan yang menjenuhkan, lebih baik momentum itu kita sendiri yang menciptakannya. Untuk menggotong sebuah benda yang berat, beberapa orang dapat mengangkatnya bersama-sama dengan diberi aba-aba agar energi terkumpul sehingga tercipta sebuah momentum. Diaba-abailah “Satu..!! dua..!! tiga..!!” dan sebuah lemari besar pun terangkat.
Aba-aba tak harus ditunggu dari siapa pun. Kita yang sedang menggotong dengan beramai-ramai dan beramai-ramai pula meneriakkan aba-aba itu pun bisa. Ini seperti lazimnya di jaman kakek buyut kita dahulu, mereka menggotong kayu gelondongan berukuran begitu besar, tanpa alat berat. Mereka terbantu oleh teriakan serempak mereka sendiri “Ho..!!lo..!!pis..!!kun..!!tul..!!ba..!!ris..!!”. Beban yang begitu berat pun bisa terangkat. Satu teriakan, satu tahapan gerakan atau langkah. Begitu pulalah, satu aba-aba yang disetia, melahirkan satu tahapan movement.
Kalau hari ini kita sudah beramai-ramai berkumpul, kalau hari ini kita sudah berpadu sinergi tetapi movement yang kita harapkan tak kunjung terjunjung, bahkan di antara kita ada yang begitu solidnya mengorganisir diri, tak cukup itu, mereka me-merger tak hanya waktu dan tenaga bersama-sama, tetapi juga pikiran bahkan hingga modal, ada yang membentuk dari mulai korporasi hingga koperasi, tak sedikit yang staminanya terkuras untuk bejibun program kepedulian sosial dan berbagi, tetapi gelondongan perubahan tampak masih gagal untuk bergeser. Apakah gerangan sebabnya?
Sebabnya jangan-jangan adalah, suara masing-masing kita hanya menjadi suara gaduh belaka, sehingga tidak berfungsi menjadi sebuah aba-aba. Sehingga momentum perubahan pun tak kunjung tercipta. [RedJS]