Hati Gerimis
Gus Mus bukanlah penduduk asli bumi
Tetapi karena di kampung halaman beliau
Yang letaknya nun jauh di angkasa tinggi
Beliau dikenal sebagai Staf-Nya Allah
Yang paling mengerti seluk beluk bumi
Serta paling menyayangi penduduk planet aneh ini
Maka Gus Mus dikirim ke sini
Dengan daftar tugas yang tersembunyi
Tatkala di permukaan bumi ini Gus Mus tiba
Melalui janin Ayahanda Bisri di rahim Ibundanya
Gus Mus menangis, menangis
Bayi Mustofa sangat keras menangis
Kemudian sepanjang penugasannya
Hingga 74 tahun usianya, jiwa beliau senantiasa gerimis
Itulah sebabnya wajah beliau selalu penuh senyuman
Sebab siapapun tak kan kuat hati menahan
Jika tangis beliau tak disembunyikan
Hawa yang menyebar di bumi ini
Sangat dipenuhi kuman penyakit
Yang membuat jasad manusia pendek usianya
Serta menyebabkan jiwa manusia
Sangat sukar berkembang dewasa
Sehingga sangat banyak manusia
Yang sampai usia tuanya
Tetap kanak-kanak mentalnya
Rata-rata mereka tidak memiliki ketepatan
Untuk meletakkan sesuatu pada tempatnya
Tidak punya kesanggupan untuk utuh
Untuk genap dan jernih dalam memahami sesuatu
Tidak lantip, tidak titis dan akurat
Dalam memahami kata dan kalimat
Jangankan untuk tidak penuh bias
Tatkala menjalani bebrayan
Kehidupan Agama, Negara dan Peradaban
Indonesia Raya, tempat pengayoman beliau
Adalah wilayah yang terlalu sempit bagi Gus Mus
NKRI terlalu kotak-kotak
Bagi bulatan agung jiwa Gus Mus
Nahdlatul Ulama adalah peci yang sesak di kepala Gus Mus
Kaum Muslimin adalah hutan remang-remang
Yang penuh suara gaduh dan riuh rendah
Suara pertarungan hewan-hewan buas
Di sekitar gubuk Padepokan Gus Mus
Ulaika kal an’am, bal hum adhall
Semesta ruang waktu keabadian
Itulah beliau punya kampung halaman
Gus Mus tak berhenti menangisi bumi
Yang dihuni oleh makhluk-makhluk nafas pendek
Oleh manusia-manusia yang program hidupnya per lima tahun
Oleh hibrida Adam yang sangat gampang terpesona oleh dunia
Yang mengenyam kenikmatan-kenikmatan kelas teri dan wader
Gus Mus hatinya gerimis, gerimis, dan tak henti-henti gerimis
Gus Mus dikepung oleh hamba-hamba
Yang oleh Allah dibikin terkesima oleh kemenangan di dunia
Gus Mus dikerumuni, dikepung dari depan belakang kanan dan kiri
Oleh jutaan anak-anak asuh yang malas mempelajari langit
Yang tak pernah mengalami tarian-tarian cinta
Di atas altar tempayan Agung alam semesta
Sampai hari ini Gus Mus belum menemukan cara
Untuk menuturkan kalam sejati
Agar anak-anak ayomannya tidak terlalu tenggelam
Di dalam game-game pendek
Mainan-mainan kalah menang palsu yang usianya sejengkal
Malam ini gerimis Gus Mus mengucur
Jadi hujan deras sederas-derasnya
Karena di sekitarnya hampir tak ada
Siapapun yang melatih telinga batinnya
Untuk merasakan betapa sejati dan abadi
Kenikmatan kholidina fiha abada
Semarang, 11 Agustus 2018