Fragmen (PiL)Kadal: Singkat Tapi Memikat
Tidak biasanya. Pentas teater yang bisa memakan waktu hingga dua jam, disajikan dalam waktu lebih kurang 19 menit. Iya, pentas ini disebut sebagai fragmen. Fragmentasi bisa dipahami sebagai proses terpisahnya sesuatu bagian namun masih tersambung. Begitu kalau tidak keliru.
Dan tidak biasanya pula pada acara “Doa Bersama dan Deklarasi Pilkada Damai dalam Rangka PILGUB Jatim Guyub Rukun 2018” yang dibersamai oleh Cak Nun dan KiaiKanjeng, di Halaman Kantor KPU Prov. Jatim, 26 Juni 2018, pukul 19.00 WIB, KiaiKanjeng memainkan satu lakon teater yang diberi judul Fragmen (PiL)Kadal. Sebuah persembahan yang sarat akan pesan untuk para calon pemimpin gubernur Jawa Timur khususnya. Tentu ditujukan juga untuk para hadirin yang ingin sinau bareng tentang proses pemilihan pemimpin.
Apakah tidak ada cara lain selain coblosan dan celup tangan dengan tinta? Apakah memungkinkan jika metodenya diganti dengan sistem yang lebih kekinian dengan mengoptimalkan sistem operasional gawai di tangan kita masing-masing? Dan tawaran kemungkinan-kemungkinan dari luasnya peta rasionalitas yang dilandasi oleh asas demokrasi.
Fragmen (PiL)Kadal mengemas satu lakon dengan bumbu komedi, satire, tetapi tetap mengedepankan kaidah kelayakan-kelayakan dari sebuah pentas teater. Artinya pentas ini memiliki bobot dan perhatian sendiri terlepas dari acara doa bersama.
Di antara kandungan-kandungan ilmu yang termuat dalam Fragmen (PiL)Kadal, selain secara esensi ada satu hal yang menarik untuk dicermati yaitu masalah teknis pengaturan durasi pementasan fragmen tersebut. Yang tentu saja mempengaruhi ritme naskah secara keseluruhan dan presisi fungsi musik di dalamnya.
Bermain musik untuk pentas teater memiliki disiplin tersendiri. Bunyi-bunyian yang dihasilkan harus selaras dan pas sesuai dengan kebutuhan. Apakah itu penguatan adegan, peralihan, atau pembuka dan penutup pentas. Dalam hal ini Dieter Mack dalam buku Sejarah Musik Jilid IV mengutarakan, menggarap suatu karya musik berarti memikirkan pula bagaimana suatu informasi dari manusia akan disampaikan kepada manusia. Maka komposisi musik harus disempurnakan dengan jelas. (1995:13)
Musik dalam pementasan teater memiliki peran sebagai penuntun bagi penonton untuk mengapresiasi karya teater. Beberapa peran lainnya bisa sebagai musik pembuka, musik penutup, musik pergantian babak, musik ilustrasi, musik soundtrack (satu lagu utuh), musik theme song, musik penokohan, dan musik aksentuasi.
Pun begitu dengan musik hasil olahan KiaiKanjeng dalam Fragmen (PiL)Kadal. Paling tidak ada tiga bagian penting musik. Kalau dalam naskah (bisa dilihat di naskah) ditandai dengan ‘Musik 1’, ‘Musik 2’, ‘Musik 3’.
Musik 1 berfungsi sebagai musik pembuka dengan durasi yang lebih kurang setengah menit. Sebagai penanda kalau lakon akan segera dimulai, dan persiapan masuknya tokoh Lik Kadal dan Cung Tobil. Di sinilah yang musik menuntun konsentrasi penonton, untuk lebih khusyuk menikmati sajian pentas Fragmen (PiL)Kadal. Untuk sejenak lepas dari acara deklarasi. Membuka sel-sel tubuhnya untuk khidmat menikmati sajian seni pertunjukkan. Kalau dalam dunia pertunjukkan wayang kulit biasanya disebut dengan gendhing Talu. Sebagai pembuka pertunjukkan wayang dan memberi waktu untuk dalang mempersiapkan diri naik ke atas pentas. Kalau dalam wayang gendhing Talu bisa dimainkan hampir satu jam.
‘Musik 2’ tentu saja berbeda peran dengan ‘Musik 1’. ‘Musik 2’ menjadi musik ilustrasi untuk menguatkan nuansa bangunan dialog Lik Kadal, Cung Tobil, dan Mbah Geol. Karena pentas ini tentang proses pemililhan kepala daerah, yang tidak pernah bisa santai aduhai dijalankan, struktur olahan musikalnya pun dipilih sesuai dengan nuansa tersebut. Tegang, penuh teror, cemas, was-was, panik, tetapi sekaligus takut dan merasa perlu untuk mendapatkan rasa aman dan mencercap kemenangan. Tempo dan ritmenya tegas menghentak. Seperti tabuhan genderang mau perang.
‘Musik 2’ berdurasi sekitar 20 detik. Sebagai penguat rasa dalam pertunjukkan. Di sinilah kedisiplinan mengolah musik bisa dilihat. Bayangkan jika terlalu lama musik ilustrasi itu dimainkan sehingga menjadi dominan memenuhi ruang dengar hadirin. Bisa jadi pesan yang ingin disampaikan dalam pentas tersebut menguap.
‘Musik 3’, jelas sebagai penutup. Sepertinya KiaiKanjeng memainkan musik dengan memakai pola srepegan menuju pola sampak yang biasa ada dalam salah satu alur permainan karawitan gamelan. Kalau tidak keliru polanya seperti ini:
Pola gendhing – Pola ladrang – Pola ketawang – Pola ayak-ayak – Pola srepegan – Pola sampak
Tempo dan polanya dibangun secara berurutan dari lembut menuju cepat untuk mencapai puncak keramaian yaitu keheningan itu sendiri. Sebagai tanda bahwa pentas telah usai.
Pementasan Fragmen (PiL)Kadal bisa dipahami sebagai workshop bagaimana membuat kemasan pertunjukkan teater yang padat muatan, dan menempatkan musik sesuai dengan porsinya dengan durasi kurang dari setengah jam. Dan yang tak kalah menarik, hampir semua alat musik dimainkan dalam pentas singkat itu. Bukan hal yang mudah. Jelas diperlukan latihan, jam terbang, dan disiplin yang tinggi.
Sebuah pertunjukan yang singkat tetapi memikat.