Dunia Jijik Kepadamu
Meskipun tampak hanya remang-remang, tapi Markesot melihat wajah dunia merah padam, kedua mripatnya memancarkan api yang seakan menyerbu, menjilat-jilat dan hendak menelannya.
“Para penduduk bumi menyembahku, kenapa amarahmu tidak kepada mereka yang menyembahku, tapi kepadaku?”, Dunia marah kepada Markesot.
“Miliaran manusia-manusia menuhankanku, kenapa aku yang kau rendahkan, dan bukan mereka yang menuhankanku?”
“Kebanyakan makhluk ahsanu taqwim itu meletakkanku sebagai sesuatu yang lebih mereka kejar dibanding Tuhan kita, sehingga mereka terjerumus derajatnya menjadi asfala safilin. Tapi kenapa aku yang kau hina, dan bukan mereka yang memperhinakan Tuhan?”
“Hamba-hamba ciptaan Tuhan yang memenuhi bumi itu merasa maju dan modern dengan cara menomorduakan Tuhan dan menomorsatukanku. Kenapa engkau malah pergi meninggalkanku?”
“Aku korban dari kebodohan manusia. Aku dipenjarakan oleh buta tuli jiwa manusia. Aku menderita karena mereka mensujud-sujudkan kehidupannya di hadapanku. Kenapa engkau malah meremehkanku dan membengkakkan deritaku?”
“Aku dunia. Aku bumi. Aku gunung. Aku kekayaan bumi. Aku pepohonan. Aku udara. Aku cairan dan gas. Aku hutan belantara. Aku kandungan-kandungan harta benda Tuhan. Ummat manusia mengubahku menjadi alat-alat kemewahan, sehingga mereka memuji-mujiku, menjunjung-junjungku, menjadikan sebagai yang paling utama bagi kehidupan mereka. Sedangkan aku bertasbih kepada Allah”.
“Aku bersujud kepada Allah. Aku Dunia, aku alam semesta, aku siang dan malam, aku ruang dan waktu, kami semua bersujud kepada Allah. Kenapa kau mengutukku? Kenapa kau bersikap sinis kepada Dunia? Kenapa kau berperilaku merendahkan kami semua?”
“Bahkan kamu pergi meninggalkanku. Kau banggakan kalimat Guru Ali ‘Wahai dunia, jangan coba-coba merayuku, karena aku sudah tetapkan talak tiga atasmu’. Kenapa engkau menceraikanku? Apa salahku?”
“Bukankah Tuhan mengadakanku dan menghadirkanmu untuk bekerja sama? Dan kapan aku merayumu? Kapan aku meminta-minta kalian manusia untuk berpihak kepadaku? Aku sendiri berpihak kepada Allah, kenapa manusia berpihak kepadaku? Lantas yang kau hardik adalah justru aku?”
“Barangsiapa yang menghendaki keuntungan di akhirat akan Kami tambah keuntungan itu baginya dan barangsiapa yang menghendaki keuntungan di dunia Kami berikan kepadanya sebagian dari keuntungan dunia dan tidak ada baginya suatu bahagian pun di akhirat”. [1] (Asy-Syuraa: 20)
“Aku bersyukur engkau dan anak-anak cucu-cucumu tidak memilih untuk mengutamakanku, karena seluruh ada-ku semata-mata mengutamakan Allah. Tapi kenapa pilihan kalian yang sudah tepat itu dikotori oleh kandungan kebencian kepadaku, kepada dunia, yang terletak jauh di lubuk jiwa kalian?
“Bertasbih kepada Allah apa yang ada di langit dan bumi; dan Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”. [2] (Al-Hasyr: 1)
“Kenapa engkau, wahai Markesot dan masyarakat hamparan keluargamu, kenapa kalian merasa jijik kepadaku. Tidakkah kalian rasakan bahwa kami, dunia dan seluruh alam semesta ini, sesungguhnya lebih-lebih jijik lagi kepada kalian manusia?”.
Yogya, 17 Februari 2018