Dogdog Pangrèwong
Dogdog adalah alat musik membranophone yang suaranya keras dan nyaring seperti drum. Namun drum ini membrannya menggunakan plastik, sedangkan dogdog menggunakan kulit kambing yang dikencangkan oleh rotan dan belahan kayu atau dalam istilah Sundanya yaitu dipaseuk.
Salah satu kesenian di Jawa Barat yang menggunakan dogdog adalah seni Reak. Kesenian ini dahulu memiliki fungsi sebagai sarana untuk mengiringi upacara panen padi, khusunya ketika mengangkut padi dari sawah menuju lumbung. Dewasa ini, akibat banyak petani yang gantung cangkul karena sawahnya dibabat oleh tanaman semen, maka seni syukuran pengiring panen padi ini berubah fungsi menjadi seni helaran syukuran anak khitan yang diarak keliling kampung.
Dalam kehidupan masyarakat Sunda, ada sebuah pribahasa Dogdog Pangrèwong. Ungkapan ini biasanya ditujukan kepada posisi dan status seseorang yang tidak terlalu penting fungsi kehadirannya. Misalnya kalau berbicara cuma sekadar menimpali. Kalau membantu pun cuma sekadar dianggap lumayan, daripada tidak sama sekali. Maka setelah selesai, kehadiran dogdog pangrèwong akan disimpan kembali, mungkin akan dikeluarkan lagi suatu saat nanti meski entah kapan. Maka pribahasa tersebut bisa kita pahami sebagai suatu penambahan materi yang sifatnya tidak penting, maka jika hal tersebut tidak ada pun tidak masalah.
Dengan merujuk terhadap musikalitas dogdog yang memiliki timbre keras, nyaring dan menggelegar, dan pangrèwong berasal dari kata rèwong yang artinya mengganggu, maka secara harfiah, pribahasa ini berarti suara kemeriahan yang mengganggu. Namun bukan berarti alat musik tersebut adalah sesuatu hal yang mutlak sebagai suara pengacau, ia hanya penggambaran suasana yang meriah saja.
Yang menarik dari hal tersebut, Dogdog pangrèwong adalah segala kemeriahan atau keasyikan apapun yang sejatinya berpotensi mengganggu diri kita terhadap segala hal. Bagaimana jika hal-hal tersebut adalah kemeriahan atau kebisingan-kebisingan yang menganggu kemesraan kita dengan-Nya?
Pemaknaaan dogdog pangrèwong pun bisa menjadi beragam jika kita ambil dalam kordinat lain, misalnya jika peribahasa ini biasa digunakan untuk manusia yang selalu ikut-ikutan hadir meski tidak berguna, bagaimana jika anggapan si Dogdog pangrewong ini sebagai upaya sodaqoh yang ingin ia berikan semampunya? Atau sebagai bentuk kerendah hatian serta kepasrahan seseorang menyikapi dan menghadapi robot-robot canggih yang salah program?
Banyak sekali ternyata makna suatu istilah jika kita coba bidik dari kordinat lain. Lantas dari potensi melebarnya pemaknaan tersebut, apakah kita akan masuk ke dalam zona dogdog pangrèwong juga? Tapi dogdog pangrèwong yang mana? Atau jadi pangrèwong dogdog? Atau mau jadi dogdognya saja? Atau jadi pangrèwongnya saja?
Mari kita melingkar dan diskusi bersama-sama menyikapi fenomena dunia yang kini kian meriah namun tidak meraih sesuatu untuk memperjalankan kita menuju kemesraan denganNya. Yuk kita ngopi bareng di riungan Majelis Maiyah Bandung 30 Maret 2018 pukul 20.00 WIB di Pondok pesantren anak jalanan At Tamur jalan raya Cibiru Hilir no.4 RT 01/01 Cileunyi Bandung.