Demokrasi Kok Milih Siapa
Bangsa Indonesia ini sudah 73 tahun berdemokrasi, masih saja memilih “Siapa”.
Memang sih formalnya yang dipilih adalah “Siapa”, tetapi pertimbangan para pemilihnya mestinya bukan “Siapa”-nya, melainkan “Apa”-nya, “Bagaimana”-nya, “Kapan”-nya, “Kenapa”-nya, “Di Mana”-nya. Seperti terminologi jurnalistik lah.
Misalnya, apa yang pernah dilakukan olehnya selama ini, rekor pengabdian kerakyatannya seberapa. Dan apa yang akan ia lakukan kalau jadi pemimpin, programnya mathuk atau tidak dengan keperluan mendasar rakyatnya.
Bagaimana ia melakukannya, pola managerialnya, strategi besar nasionalnya, budaya komunikasinya, akhlak penerapannya. Sampai kapan perencanaannya, berpikir lima tahun sebatas jatah jabatannya ataukah sejauh mungkin ke depan, karena Pemerintah lima tahunan harus mengacu kepada program jangka panjang Negaranya. Sebab Negara tidak ada rencana untuk berakhir atau bubar.
Kenapa kok begitu skala prioritasnya, kenapa kok ajur-ajer pengabdian kepada rakyat dinomor-satukan dan eksistensi dan citra diri dinomor-terakhirkan. Di mana saja ia meletakkan kaki dan kegiatannya mencerminkan integritas kepemimpinannya.
Tetapi bangsa Indonesia tidak diberi informasi tentang itu semua. Satu-satunya yang diketahui oleh rakyat adalah “Siapa” Capres dan Cawapresnya.
(Mbah Nun bersama Masyarakat Maiyah)