CakNun.com

Badai dari Surga Tanpa Terduga

Liputan Sinau Bareng CNKK di Desa Ngelang, Magetan, 29 November 2018
Muhammad Zuriat Fadil
Waktu baca ± 3 menit

Sinau Bareng kali ini di Desa Ngelang benar-benar terasa istimewa. Setiap sajian Sinau Bareng selalu istimewa, memang. Tapi baiknya kita saksikan, persaksikan betul dahsyatnya malam ini.

Dari liputan singkat yang niat awalnya hanya satu biji tulisan untuk pengantar menuju catatan yang lebih komplit, kita sudah bisa lihat kejutan-kejutan kecil. Dan memang menyenangkannya Sinau Bareng adalah ketidakterdugaan itu selalu ada dan selalu dapat diolah. Rupanya hal-hal tidak terduga menyusul dan meningkat level ketidakterdugaannya. Awal mula kejadian listrik panggung tiba-tiba padam. Itu sudah kami tuangkan pada liputan dadakan, semacam Sekilas Info. Kemesraan tampak sekali ketika lampu padam dan pengeras suara tak berfungsi. Belakangan kita tahu itu disebabkan mesin genset yang disediakan panitia mengalami masalah serius.

Saat kemesraan listrik padam, harap diingat workshop serta Sinau Bareng tidak mandek. Diakali sebisa mungkin satu mikrofon berfungsi, suaranya langsung ke toa. Tim teknis KiaiKanjeng juga bukan tim yang terima beres. Mas Bekti, Mas Awi dan Pak Erfan dan lainnya di belakang tetap ikut mengupayakan hal-hal teknis agar kembali sedia kala. Tidak ada komplain, tidak ada ngersulo, yang ada adalah langsung tandang mengerjakan apa yang bisa dikerjakan. Sementara, ya seperti yang saya sebut tadi, Sinau Bareng tetap berjalan, terus berjalan dan kemesraan makin berlipat-lipat rupanya.

“Sunan Kalijaga dulu berdakwah ya ndak ada listrik rek,” ungkap Mbah Nun disambut keceriaan warga. Suara sudah tersambung ke toa seadanya.

Setelah berjalan sekian lama dengan pengeras suara seadanya, dan panggung temaram karena tak ada lighting, akhirnya tengah malam listrik bisa dipulihkan. Entah bagaimana caranya mereka yang di belakang panggung melakukan itu. Sesi tanya jawab sedang digelar. Tak berapa lama langit mencurahkan keberkahan, rintik-rintik yang tadi masih malu-malu untuk ikut Sinau Bareng rupanya makin tak bisa menahan lambaian Sinau Bareng. Maka berlomba-lombalah tetes hujan itu terjun ke bumi. Ini bila dibahasakan sederhana artinya: hujan makin deras!

Salah satu efek hujan yang tidak perlu penelitian ilmiah untuk mengetahuinya adalah, basah (!). Iya membasahi tanah, tenda dan segala yang terkena. Kertas alas duduk jadi naik pangkat, dari biasanya diduduki jadi penutup kepala. Tapi Sinau Bareng jalan terus. Semangat tidak kendor.

Guyuran hujan makin lebat, sementara pertanyaan demi pertanyaan terus datang dari warga dan jamaah. Bahasan-bahasan di dalamnya akan kita elaborasi di catatan yang lebih mendalam, di sini kita menikmati suasana dulu.

Suasana tanah basah, berlumpur, menggenang. Orang-orang makin merapat ke panggung, sementara Mbah Nun dengan tetap memperhatikan juga sambil menjawab satu demi satu pertanyaan. Surganya Allah mungkin tidak selalu hanya bisa digambarkan dengan kesyahduan tapi juga dengan kedahsyatan. Makin lama hujan makin dahsyat, disertai angin dan kilatan-kilatan sesekali. Tanah lapang sudah dipenuhi air.

Ketika saya jalan lihat-lihat, saya bertemu dengan seonggok kertas alas duduk yang menggumpal cukup besar tapi dari dalamnya ada asap mengepul. Tidak mungkin ada yang bakar-bakar sampah di tengah hujan deras begini. Ketika saya perhatikan dengan seksama, masya Allah itu ternyata orang. Asap tadi dari rokoknya.

Apa yang membuat Mas ini bertahan, duduk menumpukkan sejumlah kertas ditubuhnya, tepat menghadap panggung? Makin deras dan surga keberkahan membadai malam itu. Mbah Nun tidak berhenti menjawab satu demi satu pertanyaan, dari yang paling pribadi soal pasangan, hubungan dengan orang tua, hingga fenomena politik Jakarta yang tidak usah kita sebut nasional.

Saya perhatikan, sebenarnya secara teknis ini sudah masuk titik rawan. Air sudah merembes dari atap panggung, sudah mengenai lampu, melindungi kabel-kabel dan alat sound pada hujan semacam ini bukan perkara ringan juga. Tapi para pejuang itu menikmati hujan deras di malam hari. Kegiatan bersalaman bahkan tetap terlaksana di tengah riuh angin berair.

Memang Sinau Bareng selalu menyenangkan dengan adanya kejutan-kejutan di dalamnya. Dan hujan yang datang.

Lainnya

Hilwin Nisa
Hilwin Nisa

Tidak

Topik