CakNun.com

Tenteram Bersama Kiai Lokananta

Redaksi
Pak Manteb Soedharsono menyebut KiaiKanjeng dengan Kiai Lokononto. Lokononto artinya tempat ketenteraman. Siapapun yang mengikuti KiaiKanjeng akan mendapatkan ketenteraman.
Klik gambar untuk memperbesar.

Kehadiran Pak Manteb Soedharsono tentu dimanfaatkan dengan baik oleh Cak Nun untuk memberi kesempatan kepada beliau untuk membagikan ilmu kepada masyarakat dan jamaah. Cak Nun dan Pak Manteb sendiri telah lama dekat dan terjalin silaturahmi. Kedekatan itu pula yang menjadikan pertemuan kedua beliau malam ini juga diwarnai oleh keakraban dan canda.

Cak Nun meminta Pak Dalang Manteb untuk mengawali nomor Ilir-ilir dengan tembang Asmaradhana dan Dandhang Gulo. Tentu saja indah dan menghadirkan suasana musikal Jawa yang luhur. Dan seperti tahu apa yang menjadi kecenderungan sebagian golongan, Pak Manteb menguraikan bahwa tembang jawa itu bukan musyrik. Sebaliknya, justru semua tembang Jawa itu berujung pada Islam dan Tuhan.

Seikat dengan suara yang menembangkan Ilir-Ilir ini, Pak Manteb pun diminta Cak Nun mengurai makna di balik lirik tembang yang KiaiKanjeng telah membawakannya pada Album Menyorong Rembulan. “Kanggo sebo mengko sore. Sebo artinya sowan. Hidup untuk siapa, dan berakhir pada siapa. Kita hidup hanya ‘sowan’. Hidup ninggal amal sholeh sing murakabi, mencari ketentreman yang didasari katresnan. Menolong orang tidak perlu tanya dulu agamanya apa.”

Hadirin menyimak dengan sangat baik. Pak Manteb pun kemudian berpesan agar siapa pun berjuang menjadi manusia yang baik. Menjadi bupati ya bupati yang baik, jadi ulama ya ulama yang baik, jadi dalang ya dalang sing apik. “Tentrem panggone neng njero ati. Gawenen uripmu iku masio mlarat iso tentrem, sugih yo iso tentrem,” Cak Nun merespons kemudian.

Pak Manteb lantas menjelaskan bahwa dalam bahasa Jawa tempat ketenteraman itu adalah Lokononto. Di luar dugaan, Pak Manteb memberikan tambahan nama untuk KiaKanjeng yaitu Kiai Lokononto. Karena, siapapun yang mengikuti KiaiKanjeng akan mendapatkan ketentraman.

Paparan Pak Manteb kontan mendapat respons untuk lebih digarisbawahi. Misalkan, musyrik itu terletak di dalam dan hatimu, kalau hati dan pikiranmu tidak tertuju pada-Nya itu membawamu ke musyrik. Dan Kiai Lokononto yang disematkan Pak Manteb kepada KiaiKanjeng tadi mengingatkan Cak Nun bahwa ternyata rekaman pertama KiaiKanjeng itu dilakukan di sebuah studio bernama Lokananta yang ada di Solo. Klop, kan?

Lainnya

Exit mobile version