Takabur Atas Penderitaan Diri
Dalam mendasari jalannya kehidupan kita bisa ambil dari beberapa khazanah ilmu Maiyah, salah satunya dengan rasa syukur sebagai landasan. Di era digital sekarang kita sangat mudah mengakses beberapa informasi yang kita butuhkan, begitupun juga kalau kita melihat di situs caknun.com banyak sekali tulisan-tulisan dari Mbah Nun mengandung muatan pengetahuan sekaligus ilmu yang tentunya bisa kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari. Selain ilmu yang bisa kita dapat, ketika membaca tulisan dari beliau, saya pribadi seperti merasakan perjumpaan dengan beliau seperti halnya ketika berada di forum Maiyahan; perasaan tenang, nyaman, dan penuh kedamaian tentunya.
Ketika di Kenduri Cinta bulan Agustus 2016, Mbah Nun juga menyampaikan kepada jamaah tentang keseimbangan, bahwa yang penting di Maiyah adalah keseimbangan. Begitu juga yang saya dapat ketika membaca tulisan seri Daur yang menurut saya sifatnya puzzle, sangat menarik jika diperhatikan misalnya di beberapa tulisan seri Daur yang terdapat dialektika percakapan di dalamnya. Setiap dialektika tersebut gambarannya muncul suatu pendapat yang meluas, mendalam, saling melengkapi satu sama lain. Hal itu mungkin berefek ke pembaca secara sadar atau tidak sadar berlatih tentang keseimbangan, walaupun terkadang ada beberapa yang saya mengalami kesulitan untuk memahaminya.
Di beberapa forum Maiyahan Mbah Nun sering menyampaikan bahwa tidak harus paham pada saat itu juga tentang apa yang disampaikan di acara Maiyahan, karena suatu saat itu akan loading dengan sendirinya. Nyambung tentang hal yang disampaikan beliau, saya gunakan konsep itu ketika membaca tulisan seri Daur.
Bagaimana mungkin tidak bergembira oleh pernyataan bahwa Allah takkan lalai terhadap kedhaliman manusia. Tapi bagaimana tidak menangis tatkala takkan pernah diketahuinya seberapa lama Allah memberi tangguh untuk membalas mereka”. — Daur II-075 – Betapa Bahagia dan Frustrasi
Kalau melihat di media-media informasi banyak sekali kita temui tingkat kedhaliman di kalangan pejabat negara pada khususnya yang tertangkap KPK karena kasus korupsi, walaupun mungkin masih banyak hal lagi yang sifatnya “ghoib” kita belum mengetahui informasi-informasi yang tidak terliput oleh media. Begitu beraninya pejabat yang berlaku tidak jujur, apalagi di atas penderitaan rakyat; belitan permasalahan ekonomi, banyaknya pengangguran karena sulitnya mendapat perkerjaan.
Menjabat dalam suatu Negara tentunya memikul tanggung jawab untuk rakyatnya, bukan malah bermain-main “tamasya” atas jabatannya. Jika sekilas membaca kutipan Daur di atas, bagaimana tidak lega kita bahwa Allah sendiri yang akan membalasnya, namun di sisi lain bagaimana tidak sedih hati kita melihat mereka yang juga sesama makhluk ciptaan Tuhan berlaku dholim, bermain-main dengan jabatannya yang justru tindakan itu membuatnya menganiaya dirinya sendiri.
Menurut saya, tulisan dalam seri Daur tersebut merupakan suatu ilmu keseimbangan untuk menemukan presisi suatu pokok permasalahan. Bahwa yang kita benci bukanlah orangnya, melainkan yang kita eman adalah kelakuannya, masak pejabat berlaku tidak jujur terhadap rakyatnya.
Sangat menarik ilmu-ilmu yang disampaikan Mbah Nun di Kenduri Cinta 15 September 2017 lalu. Di situ bisa diambil poin dalam mengatasi permasalahan ataupun penderitaan dalam konsep ilmu Kepemimpinan. Sebelum meluas kepemimpinan dalam skala keluarga, komunitas, daerah, maupun negara, dalam forum itu Mbah Nun menyampaikan bahwasanya setiap orang adalah pemimpin bagi dirinya sendiri .
Ada dua belas macam karakter sifat kepemimpinan dalam surah Al-Hasyr ayat 22-23 yang disampaikan Mbah Nun. Dari dua belas karakter sifat yang disampaikan Mbah Nun dalam kepemimpinan, misalkan saya menuliskan satu poin. Pemimpin yang mempunyai sifat Al-Mutakabbir, yaitu pemimpin yang takabur terhadap permasalahan. Jika ditarik konsep tersebut dalam skala kepemimpinan atas diri kita sendiri, analoginya manusia harus lebih besar dari masalah yang dihadapi. Seberapa pun besar permasalahan, manusia harus lebih besar dari masalah itu sendiri. Yang tidak boleh adalah takabur terhadap orang lain.
Konsep ilmu kepemimpinan itu tentunya akan sangat bermanfaat jika diterapkan ketika muncul penderitaan dalam diri kita, apalagi kita diciptakan Tuhan sebagai ahsanu taqwim.
Cikarang, Bekasi, 17 September 2017.