Sinau Bareng Lembaga Pendidikan Islam Asy-Syarif
Bertempat di sebuah lapangan yang diapit oleh kebun tebu, semalam berlangsung mesra Sinau Bareng Cak Nun dan KiaiKanjeng yang diselenggarakan oleh Yayasan Pendidikan dan Sosial Asy-Syarif, Brangkal, Sooko, Mojokerto. Sinau Bareng ini adalah dalam rangka peresmian Lembaga Pendidikan Islam Asy-Syarif yang baru akan mulai menyelenggarakan pendidikan tingkat KB-TK-SD pada tahun ajaran 2017/2018.
Di tengah berlangsungnya Sinau Bareng di lapangan yang juga terletak di belakang sekolah ini, hadir dan bergabung di panggung bersama Cak Nun dan KiaiKanjeng, Menteri Komunikasi dan Informatika Bapak Rudiantara yang merupakan rekan kerja Ketua Yayasan Asy-Syarif, Ibu Dra Hj Ida Fauziah di Komisi 1 DPR RI. Menkominfo sengaja datang dari Padang ke Mojokerto untuk ngangsu kaweruh kepada Cak Nun hingga berakhirnya acara pukul satu dinihari tadi.
Menkominfo dan Ibu Ida Fauziyah di akhir acara mengungkapkan bahwa beliau berdua mendapat pengalaman dan ilmu yang sangat berharga di Maiyahan semalam. Melalui Maiyahan, pengalaman pola komunikasi berbeda dan mesra dengan masyarakat didapatkan yang oleh Cak Nun ditunjukkan bahwa default peran pemerintah adalah Rububiyah atau pengayoman. Sebagai Menteri Komunikasi, di Maiyahan beliau mengalami pola komunikasi Maiyah yang sangat terbuka, cair, dan mesra. Tanpa pagar pembatas dan jarak yang sangat dekat dengan ribuan masyarakat, ditunjukkan Cak Nun bahwa dialektika bisa terbangun dengan baik. Masyarakat bisa bertanya langsung, mengonfirmasi, serta menyampaikan saran kepada pemerintah pusat yang mereka bayar untuk mengurus mereka dalam kehidupan bernegara. Dan pertanyaan-pertanyaan yang muncul semalam sangat mendasar di bidang pendidikan, komunikasi, dan telekomunikasi.
Pada Sinau Bareng semalam juga, Cak Nun banyak membuka cara berpikir semua yang hadir agar menemukan keseimbangan di segala bidang termasuk pendidikan. Karena banyak pengelolaan kehidupan—baik dalam kehidupan pribadi maupun pada lingkup bernegara—yang masih cenderung menggunakan cara berpikir dan parameter modern ala Barat dan melupakan asal usul dan jatidiri bangsa Indonesia yang oleh Tuhan diciptakan dengan karakteristik sendiri yang berbeda dengan Barat.
Dan yang lebih penting kepada Pak Mentri, Cak Nun menyarankan agar diselenggarakan semacam simposium ilmu nasional agar kita belajar kembali ilmu-ilmu mengenai NKRI, Pancasila, Bhinneka Tunggal Ika, Garuda, dan sebagainya yang sudah terlanjur dijalankan dengan pemahaman yang kurang tepat. Apalagi bila dengan kesembronoan ilmu terjadi pertengkaran yang tidak perlu di tengah kepungan media sosial yang menurut Cak Nun masih merupakan public experience. Karena di media sosial belum ada etika komunikasi yang disepakati layaknya dalam pertemuan tatap muka langsung.