CakNun.com

Sembilan Daur II yang Disimpan Dulu. Mengapa?

Redaksi
Waktu baca ± 2 menit

Pada angka ke-300, Daur II ambil napas dulu. Masih 9 lagi untuk genap satu putaran 309. Dan kita belum tahu kapan 9 itu pada akhirnya dihadirkan kepada kita. 9 itu disimpan terlebih dahulu. Tapi mengapa disimpan dulu? Tidakkah teman-teman bertanya demikian di dalam benak teman-teman? Ini di luar tulisan 122 harian lainnya yang juga masih tahap jeda dulu.

Apakah disimpan itu sebuah langkah begitu saja tanpa pertimbangan seperti di pagi hari teman-teman membuat kopi dan menyulut rokok karena sudah refleks dan kebiasaan? Tidakkah ada pertimbangan-pertimbangan yang melandasinya?

Kalau pinjam teori decision making process, tidak ada sebuah keputusan yang pernah lahir begitu saja tanpa disertai proses yang sering kali tidak sederhana. Setiap proses lahir lewat proses yang panjang. Ada di dalamnya input yang beragam. Ada aneka konsiderasi. Ada berbagai situasi. Ada macam-macam kondisi. Kesemuanya berpadu diolah melewati suatu mesin, yang di ujungnya akan muncul sebuah output bernama keputusan.

Akan halnya Daur II ini. Sampai hari ke-5 sejak pause, apa yang terenungkan dalam pikiran teman-teman? Rasa penasaran apa yang mencuat? Mengapa Mbah Nun break dulu? Adakah teman-teman menemukan satu situasi tertentu atau beragam situasi yang melatari 9 sisa tulisan itu ditahan dulu?

Bukankah seperti teman-teman sadari bahwa tulisan-tulisan Mbah Nun bukanlah tulisan tanpa konteks yang melatari setiap pesan-pesan yang disampaikannya? Setiap tulisan Mbah Nun senatiasa berada dalam suatu integralitas dengan kanan-kiri depan-belakang atas-bawah.

Ketika 9 Daur II ini sejenak ambil napas, sangat mungkin sejumlah hal sedang Mbah Nun alami. Ada, misalnya, kedhaliman internasional menimpa sejumlah orang dan Mbah Nun harus berupaya menolong mereka karena yang dibayangkan menolong ternyata tak cukup mampu menolong, atau bahkan tak cukup mengerti harus bersikap bagaimana yang mengacu pada martabat atau harga diri.

Atau Mbah Nun sedang geli melihat keadaan dunia yang makin menghidangkan ketolololan. Betapa tak mutu sikap sejumlah orang yang terlihat di mata Mbah Nun. Keadaan yang membuat Mbah Nun merasa bahwa inni ja’ilun fil ardhi khalifah itu belum berlangsung, tetapi baru akan nanti pada suatu masa yang mungkin masih jauh. Jangan lagi khalifah, insan dan manusia pun belum. Maka di tengah jeda itu Mbah Nun berdoa: Ya Allah isilah bumi ini dengan manusia.

Peristiwa-peristiwa penting mungkin sedang dialami dan harus direspons Mbah Nun hari-hari ini, dan bisa jadi itu akan menjelmakan 9 Daur II yang disimpan itu menemukan wujudnya yang baru. Ini satu kemungkinan jawaban atas ‘mengapa’ di judul tajuk ini. Tetapi, teman-teman baik kiranya juga menyelam sendiri-sendiri untuk menemukan jawaban atas ‘mengapa’ tersebut. Masuklah ke ‘mengapa’ itu.

Lainnya

Mensyukuri Seratus Daur

Mensyukuri Seratus Daur

Tidak terasa, sejak edisi pertama #Daur pada tanggal 3 Februari 2016, pendaran ilmu dari Cak Nun melalui tulisan-tulisan anyar di website ini tidak terasa sudah berlangsung tiga bulan lebih.

Redaksi
Redaksi
Menyambut DAUR

Menyambut DAUR

Hari ini genap delapan hari, rubrik baru DAUR telah hadir menjumpai jamaah Maiyah.

Redaksi
Redaksi