CakNun.com

Perjuangan Cak Fuad Menjaga Bahasa Al-Qur`an di Kancah Dunia

Redaksi
Waktu baca ± 3 menit
Cak Fuad bersama Cak Nun dan KiaiKanjeng dalam Concert de Musique Sacrée Indonésienne di Maroko tahun 2013.
Cak Fuad bersama Cak Nun dan KiaiKanjeng dalam Concert de Musique Sacrée Indonésienne di Maroko tahun 2013.

Ibnu Katsir pernah menyatakan Al-Qur`an adalah kitab yang paling mulia, diturunkan dengan bahasa yang paling mulia, diajarkan kepada Rasul yang paling mulia, disampaikan oleh Malaikat yang paling mulia, diturunkan di tempat yang paling mulia di muka bumi, diturunkan pula di bulan yang mulia yaitu bulan Ramadhan. Dari berbagai sisi itu, kita bisa merasakan bagaimana mulianya kitab suci Al-Qur`an.

Bahkan Allah menekankan di dalam Al-Qur`an surat Yusuf ayat 2: “Sesungguhnya Kami menurunkannya berupa Al-Qur`an dengan berbahasa Arab agar kamu memahaminya”. Bahasa Arab merupakan bahasa yang sangat kaya akan kosakata. Jika kita mempelajari Ilmu Sastra Arab, kita akan belajar tentang Kaidah Nahwu, Shorof, Balaghoh hingga Mantiq. Dalam khazanah Sastra Arab sendiri ada Ilmu Mahfudzot yang mengajarkan nikai-nilai kehidupan melalui syair-syair yang tersusun dengan rapi dan indah.

Jelas nyata bahwa ada alasan tersendiri mengapa Allah menurunkan Al-Qur`an dengan menggunakan Bahasa Arab. Dan ternyata, meskipun Al-Qur`an berbahasa Arab, ummat Islam tidak memiliki kendala untuk menghapalkan Al Qur`an, juga untuk memahaminya. Ada banyak ilmu yang memudahkan Ummat Islam untuk mempelajari Al-Qur`an.

Di Maiyah, kita sangat bersyukur memiliki seorang Marja’ yang hari ini memiliki peran sangat penting dalam menjaga kemuliaan Bahasa Arab di Dunia. Beliaulah Dr. Ahmad Fuad Effendy, MA., atau yang biasa kita kenal dengan Cak Fuad.

Sejak 2013, Beliau dipercaya menjadi salah satu anggota Dewan Pembina King Abdullah bin Abdulaziz International Center of Arabic Language. Beliau merupakan satu-satunya orang Indonesia yang dipercaya menjadi anggota lembaga tersebut selama 2 periode, yakni hingga tahun 2019.

Kiprah Cak Fuad sendiri dalam dunia Bahasa Arab tidak berlangsung secara tiba-tiba. Pada tahun 1999, Cak Fuad menggagas sebuah Organisasi Profesi Pengajar Bahasa Arab di Indonesia: Ittihadul Mudarrisiin Lughoh al-Arabiyah atau yang lebih dikenal dengan IMLA. “Dulu banyak organisasi Bahasa Arab didirikan, tapi umurnya tidak lama. Bahkan, bisa dibilang sebelum lahir sudah mati”, Cak Fuad mengungkapkan pengalamannya ketika merintis Organisasi tersebut. Bahasa Arab masih sering dianggap sebagai bahasa yang sulit untuk dipelajari, padahal sebenarnya tidak.

Pada periode pertama Cak Fuad menjabat sebagai Anggota King Abdullah bin Abdulaziz International Center for Arabic Language ini, Beliau bertugas menetapkan strategi umum dari rencana induk pengembangan Bahasa Arab di Dunia. Program kerja selama satu tahun disusun dan dilaksanakan setelah menjajaki kerjasama dengan berbagai lembaga di dunia yang memiliki fokus utama yang sama dalam pengembangan Bahasa Arab. Layaknya sebuah program kerja, setiap 3 bulan sekali rencana yang telah dilaksanakan dievaluasi setiap 3 bulan, sehingga bisa dipastikan pada setiap rapat evaluasi tersebut Cak Fuad terbang menuju Riyadh atau negara lain yang ditetapkan sebagai lokasi rapat evaluasi.

Concert de Musique Sacrée Indonésienne di Maroko tahun 2013
Concert de Musique Sacrée Indonésienne di Maroko tahun 2013

Cak Fuad menyatakan bahwa berkiprah dalam mengembangkan Bahasa Arab di dunia merupakan sebuah kebanggaan tersendiri. Beliau sudah berikrar untuk mendedikasikan dirinya untuk perjuangan melestarikan Bahasa Arab di seluruh dunia.

Dan perjalanan Cak Fuad sendiri dalam berkiprah menjaga Bahasa Arab sudah dimulai sejak tahun 1980. Saat itu Beliau menjadi Pimpinan Majalah Lisan, sebuah majalah berbahasa Arab. Kemudian pada tahun 1999, Cak Fuad menginisasi berdirinya IMLA yang kemudian setiap tahun memiliki agenda besar dan rutin yang dilaksanakan bersamaan dengan Pekan Ilmiah Nasional Bahasa Arab (PINBA).

Pada 2014 lalu, perjuangan Cak Fuad dalam menjaga Bahasa Arab di Indonesia mendapat penghargaan dari King Abdullah bin Abdulaziz International Center for Arabic Language. Cak Fuad sendiri kemudian bermaksud untuk tidak hanya melibatkan pengajar Bahasa Arab yang ada di Indonesia dalam IMLA ini. Rencananya pada Maret 2017 yang akan datang, dalam pertemuan seluruh Pengajar Bahasa Arab dunia di Riyadh, Cak Fuad ingin melibatkan semua Pengajar Bahasa Arab di seluruh dunia untuk mengembangkan Bahasa Arab menjadi bahasa akademik di dunia. Bahasa Arab hari ini sudah menjadi salah satu bahasa Internasional, dan Cak Fuad mengakui bahwa seiring dengan naiknya pamor Bahasa Arab ini, Bahasa Arab Akan semakin berkembang dan semakin mudah dipahami, sehingga tidak ada orang yang kesulitan dalam memahami Bahasa Arab ini.

Dari perjalanan Cak Fuad ini, kita sebagai Jamaah Maiyah patut berbangga, berbahagia juga bersyukur. Kita belajar bahwa proses sebuah perjuangan yang mulia tidaklah dimulai dengan mudah. Ada perjalanan panjang, ada pengorbanan yang besar dibelakangnya.

Sudah sepatutnya, kita mensyukuri apa yang telah dicapai oleh salah satu Marja’ Maiyah ini dengan cara meneladani perjuangan Beliau yang tidak mengenal kata lelah. Perjuangan yang tidak mudah goyah atas godaan dunia, perjuangan yang istiqomah yang berlangsung dalam waktu yang sangat lama. (Fahmi Agustian)

Lainnya

Fiqih Tanpa Aqidah, Bumi Tanpa Langit

Fiqih Tanpa Aqidah, Bumi Tanpa Langit

Setelah Wirid Wabal yang dipandu Hendra dan Ibrahim, Kenduri Cinta edisi Maret 2016 yang mengangkat “Fiqih Tanpa Aqidah, Bumi Tanpa Langit” kemudian dimulai dengan sesi prolog.

Kenduri Cinta
Kenduri Cinta
Maiyah Penangkal Petir

Maiyah Penangkal Petir

Memasuki tahun 2022, Kenduri Cinta kembali diselenggarakan secara offline.

Kenduri Cinta
Kenduri Cinta