CakNun.com

Peradaban Baru Menurut Semar

Redaksi
“Parikesit, peradaban baru yang diisyaratkan para dewa tidak akan terwujud melalui jalur formal...,” kata Semar kepada Parikesit.
Klik gambar untuk memperbesar.

Ketika pentas Mencari Buah Simalakama usai, dan tepuk tangan menyambut, yang terasa adalah keberhasilan naskah dan pementasan secara keseluruhan, yakni keberhasilan mengajak semua penonton berpikir.

Ini terbukti dari beberapa kesaksian yang muncul usai acara. “Pikiran saya sibuk menyambung-nyambungkan dengan kondisi riil di masyarakat,” demikian kata seseorang yang datang khusus dari Jakarta.

“Esensinya saya mengerti, meskipun kata per kata dan kalimat-kalimatnya saya butuh waktu untuk mencernanya,” kata seorang mahasiswa yang kuliah di UII Jogja dan berasal dari Pekalongan.

Sementara itu, seorang penonton berasal dari Semarang juga merasakan hal yang kurang lebih sama, “Humornya kena walau dengan campur bahasa Jawa dan ceritanya related sama situasi sosial dan perpolitikan zaman sekarang.”

Tiga testimoni di atas menggambarkan bagaimana gagasan atau pikiran yang dikandung oleh naskah ini dapat masuk dan diolah oleh para penonton. Tapi tak hanya itu. Kesaksian tiga orang itu rasanya tak terlalu salah jika diyakini sebagai isyarat bahwa ada selapisan anak muda yang dengan sengaja mau datang ke suatu tempat untuk berpikir karena concern-nya pada masa depan.

Boleh jadi anak-anak muda itu adalah bagian dari gelombang peradaban baru yang dirasakan Semar dan diinformasikan kepada Parikesit, “Parikesit, peradaban baru yang diisyaratkan para dewa tidak akan terwujud melalui jalur formal….”

Bagi Mbah Nun sendiri, pementasan “Mencari Buah Simalakama” semalam menghadirkan rasa bangga di dalam diri Beliau karena tercatat banyak hal baru ditorehkan oleh Perdikan Teater baik dari segi keaktoran maupun pemanggungan, bahkan dari segi kostum yang dikenakan.
Selamat untuk Perdikan Teater.

Lainnya

Exit mobile version