Pengelolaan Keburukan
“Saya merasa sedang menjalani bagian akhir dari ayat itu, Pakde”, kata Junit, “mengamini dengan Amin Ya Mujibassailin saya maknai sebagai merayakan kabar gembira tentang adzab. Allah sendiri memberi formula dan logika fabasysyirhu, kabar-gembirakanlah atau sampaikan kabar gembira. Tentang ‘adzabun alim. Tentang siksa yang pedih. Ini suatu lipatan logika. Kabar gembira tapi adzab, adzab tapi kabar gembira”
“Tapi kamu tidak bergembira karena di antara manusia ada yang diadzab oleh Allah kan? Kamu tidak bersukaria oleh kesengsaraan manusia kan?”
“Itu tergantung sisi pandangnya, Pakde”
“Coba baca yang ini”, tiba-tiba Pakde Tarmihim menyela, “Sesungguhnya orang-orang yang membawa berita bohong itu adalah dari golongan kamu juga. Janganlah kamu kira bahwa berita bohong itu buruk bagi kamu bahkan ia adalah baik bagi kamu. Tiap-tiap seseorang dari mereka mendapat balasan dari dosa yang dikerjakannya. Dan siapa di antara mereka yang mengambil bahagian yang terbesar dalam penyiaran berita bohong itu baginya azab yang besar”. [1] (An-Nur: 11).
Pakde Tarmihim menjelaskan bahwa bagi manusia yang sudah beristiqamah di jalan kebenaran Allah, semua keburukan di dunia bisa dikelolanya menjadi kebaikan bagi dirinya. Muslim yang sudah mantap dan stabil menempuh jalan menuju Allah, tidak ditimpa keburukan oleh keburukan yang menimpanya, tetapi memperoleh tambahan kebaikan oleh kebaikan yang datang kepadanya.
Sebagaimana hal ilmu, engkau bisa belajar kepada orang yang berilmu, tetapi juga bisa malah lebih mendapat pelajaran dari orang yang tidak berilmu. Untuk belajar tidak mencuri, tidak kau pelajari kehidupan orang yang tidak pernah mencuri, tapi banyak kandungan ilmu hikmah yang bisa kau dapatkan dari maling-maling yang biasa mencuri.