Nyicil Memahami Jalinan Nasab-Nasib Hidup Manusia
Semalam bertempat di Halaman TVRI Surabaya berlangsung Majelis Ilmu Bangbang Wetan edisi bulan Juli 2017. Dengan kekentalan suasana dan antuasisme jamaah yang notabene para muda Surabaya ini, BBW diawali dengan menggali sudut pandang beberapa generasi muda tentang bangsa dan negara. Tiga orang jamaah yang masih berstatus pelajar sekolah menengah atas diundang ke atas panggung.
Satu per satu mereka mengungkapkan opini berikut keluh kesah selama menjalani aktivitas di bangku sekolah. Ketika ditanya bagaimana harapan atas negara, di mata mereka Indonesia adalah bangsa yang tangguh dan tidak mudah menyerah. Mereka juga berharap penyelenggara negara bertugas sebagaimana mestinya. Patuh pada aturan dan perundang-undangan, sehingga berdampak positif bagi kehidupan masyarakat.
Yang mereka sampaikan ini kemudian direspons Mas Sabrang dengan penggalian dan pandangan lebih luas mengenai sekolah dan belajar. Kepada jamaah pelajar yang tadi mengeluhkan pendidikan beliau menjelaskan sisi yang jarang disadari mengenai bersekolah. Dalam mengikuti proses belajar-mengajar di sekolah, pelajaran yang didapat bukan hanya tentang sains atau sosial sesuai kurikulum baku. Namun ada beberapa hal yang tak kalah penting untuk mempersiapkan manusia terhadap kemungkinan segala sesuatu.
Lebih jauh, Mas Sabrang melihat sekolah adalah kesempatan mendapat ilmu komunikasi, di mana di situ murid-murid belajar mengenal bahasa sosial. Pengenalan bahasa sosial ini penting untuk mempermudah identifikasi masalah dan mencari pemecahannya bersama-sama. Mas Sabrang juga menekankan pentingnya belajar menghadapi tekanan di sekolah. Bekal manajemen stress diperlukan untuk masa depan manusia di tengah kenyataan bahwa mereka tidak bisa hidup sendirian, sekaligus berdaulat atas keputusan-keputusan dirinya.
Dari soal sekolah, belajar, dan pendidikan, kini jamaah diajak masuk ke tema BBW yakni “Nasab-Nasib Generasi Kintir.” Dalam hal ini, Mas Sabrang sebagai dosen utama menyampaikan bahwa manusia tidak hanya ditentukan oleh garis keturunan. Tata sosial dan ketentuan yang dibangun di tengah-tengah masyarakat membentuk penilaian atas nasib seseorang. Apakah kaya atau miskin, dihormati atau dibenci, disegani atau tidak, semua ditentukan oleh norma sosial yang berlaku.
Pengetahuan tentang nasab membantu manusia untuk punya posisi yang tepat dalam mengambil keputusan hidup. Secara biologis, orangtua menurunkan nasab kepada anak-anaknya. Dari mereka sifat-sifat dan keahlian juga ada kemungkinan diwariskan ke generasi berikutnya. Nenek moyang kita memberi perhatian lebih atas pertimbangan bibit-bebet-bobot. Hal ini karena mereka menginginkan kebaikan nilai-nilai terjaga sepanjang keturunannya nanti di masa depan. Ibarat menanam padi, harus tahu bibit yang bagus, ladang yang subur, dan perlakuan khusus semasa tandur agar menghasilkan tanaman terbaik.
Demikianlah semalam BBW menyelami sisi hidup manusia bernama nasib: sesuatu yang oleh mata pengetahuan modern kita hampir tak pernah dilirik atau dipertimbangkan sebagai sesuatu. (D. Ratuviha)