CakNun.com

Mereka Memang Lebih Baik

Fahmi Agustian
Waktu baca ± 4 menit

Sudah menjadi pengetahuan umum bahwa sepakbola adalah olahraga rakyat. Bukan hanya di Indonesia, tetapi di seluruh dunia. Pada Piala Dunia 2014 lalu, Brasil sebagai tuan rumah merupakan negara yang kondisi ekonominya sedang sulit saat itu. Dan Sepakbola mampu mempersatukan hati rakyat Brasil kala itu, meskipun Tim Nasional kebanggaan mereka harus luluh lantak dilumat Tim Nasional Jerman dengan skor 7-1 di babak semifinal. Tak ayal, air mata supporter bahkan sudah menetes sejak pertengahan babak pertama ketika gawang Julio Cesar bobol keempat kalinya hanya dalam kurun waktu kurang dari 30 menit saja.

Timnas U-19 di Mocopat Syafaat 17 Agustus 2017
Timnas U-19 di Mocopat Syafaat 17 Agustus 2017

Begitulah memang adanya Sepakbola di seluruh dunia saat ini. Dengan segala kekurangan dan kelebihannya, nyatanya memang sepakbola menjadi salah satu media pemersatu bangsa. Bahkan, meskipun menjadi salah satu cabang dalam event olahraga multi event seperti SEA Games di Kuala Lumpur bulan lalu, sepakbola tetaplah menjadi perhatian utama para pecinta olahraga. Meskipun pada saat bersamaan banyak cabang olahraga lain yang berhasil mempersembahkan medali emas, bahkan ketika SEA Games tahun 2011 dihelat di Indonesia, kegagalan cabang sepakbola meraih medali emas saat itu seakan memberi sedikit cela atas diraihnya predikat Juara Umum oleh Indonesia.

Jika kita flash back, pada 2013, Coach Indra Sjafri berhasil mengantarkan Tim Nasional U-19 saat itu meraih Juara Umum Piala AFF U-19. Jika kita mengukur gengsi, prestasi tersebut hanyalah prestasi juara turnamen dalam kelompok umur. Tetapi, karena Tim Nasional Indonesia sudah terlalu lama tidak merasakan Juara, maka trofi yang diraih anak-anak U-19 itu pun rasa-rasanya adalah sebuah pelepas dahaga bagi prestasi sepakbola Indonesia dalam 25 tahun terakhir.

Iya. 25 tahun kita harus menunggu hingga akhirnya anak-anak asuhan Coach Indra Sjafri berhasil meraih prestasi puncak sebagai Juara Umum Piala AFF U-19 2013 lalu. Sebelumnya, prestasi tertinggi Tim Nasional Sepakbola Indonesia adalah medali emas pada SEA Games 1991. Setelahnya, kita harus puas selalu berada di posisi kedua. Bahkan Malaysia yang dulu di era 90-an menjadi salah satu langganan untuk dikalahkan, sekarang sudah berada di depan kita untuk urusan prestasi sepakbola.

Sebulan setelahnya, Evan Dimas dkk kembali menorehkan prestasi. Tergabung dalam Grup G babak kualifikasi Piala Asia U-19 2014, Evan Dimas dkk menyapu bersih 3 pertandingan dengan kemenangan meyakinkan. Sebuah laga dramatis yang akan selalu diingat oleh kita semua adalah ketika Evan Dimas mencetak hattrick ke gawang Korea Selatan pada pertandingan terakhir melawan Korea Selatan. Dengan berbekal 3 kemenangan tersebut, Tim Nasional Indonesia U-19 dinyatakan lolos ke Piala Asia U-19 tahun 2014. Hasilnya? Gagal total, dan Coach Indra Sjafri harus di-PHK dari posisi kepelatihan oleh PSSI.

Alhamdulillah, tahun ini Coach Indra Sjafri kembali dipercaya oleh PSSI untuk menangani Tim Nasional U-19 yang baru. Salah satu kelebihan Coach Indra Sjafri beserta staf adalah bahwa mereka mencari bibit-bibit pemain dengan cara berkeliling ke berbagai daerah di seluruh pelosok negeri. Baru setelah dikumpulkan, anak-anak terpilih itu kemudian ditempa dalam Training Camp untuk ditingkatkan dan dimaksimalkan semua kemampuan mereka, baik secara skill maupun secara fisik.

Pada Mocopat Syafaat 17 Agustus 2017 lalu, Coach Indra Sjafri mengajak serta seluruh staf pelatih dan pemain Tim Nasional U-19 hadir di Kasihan Bantul mengikuti Maiyahan. Dalam kesempatan itu, Caoach Indra Sjafri memohon doa restu karena Tim Nasional U-19 ini akan berjuang dalam turnamen Piala AFF U-18 di Myanmar.

Langkah pertama perjuangan Egy Maulana Fikri dkk berjalan mulus dengan meraih 3 poin setelah mengalahkan Myanmar di laga pembuka. Meskipun akhir-akhir ini sedang hangat isu pembantaian muslim Rohingya, tidak terlihat bahwa isu tersebut terseret di lapangan hijau saat Indonesia menghadapi Myanmar pada pertandingan pertama kemarin. Mereka murni berjuang bermain sepakbola selama 90 menit. Dan walaupun sempat tertinggal di babak pertama, anak-anak asuhan Coach Indra Sjafri tidak patah arang. Unggul dalam penguasaan bola dan jumlah umpan yang sukses, perjuangan mereka berhasil dituntaskan di babak kedua dan berhasil come back dengan 2 gol yang dicetak Egy Maulana Fikri.

Jika di Tim Nasional U-19 edisi sebelumnya kita memiliki sosok Evan Dimas sebagai bintang lapangan, saat ini kita memiliki Egy Maulana Fikri yang kemampuan tekniknya juga tak kalah baik dari seniornya itu. Benar seperti disampaikan Coach Indra Sjafri di Mocopat Syafaat bulan lalu, bahwa anak-anak U-19 kali ini kemampuan teknik sepakbolanya lebih baik dari pendahulunya. Setidaknya, pada pertandingan pertama tadi malam, ucapan Coach Indra terbukti. Jika anda menonton pertandingan tadi malam, anda melihat bahwa kekuatan fisik anak-anak U-19 kita jauh di atas Myanmar. Dan gol kemenangan yang dicetak Egy Maulana tercipta di menit pertama injury time merupakan bukti bahwa anak-anak U-19 pantang menyerah sebelum peluit panjang ditiup wasit.

Harapan kita tentu saja Coach Indra Sjafri kembali mengantarkan anak-anak U-19 ini kembali menjuarai turnamen ini. Dan bulan depan, mereka akan berlaga di babak Kualifikasi Piala Asia U-19 di Korea Selatan. Sebenarnya, Indonesia sudah dipastikan lolos ke putaran final Piala Asia U-19, karena AFC telah menunjuk Indonesia sebagai tuan rumah Piala Asia U-19 pada tahun 2018 mendatang. Sehingga, laga di babak kualifikasi tersebut hanyalah pertandingan formalitas yang akan dimanfaatkan oleh Coach Indra Sjafri untuk meningkatkan kemampuan anak-anak asuhnya. Semoga kegagalan di Piala Asia 2014 tidak terulang kembali. Dan semoga mimpi untuk berlaga di Piala Dunia U-20 akan tercapai.

Seperti disampaikan Cak Nun pada saat tumpengan di UNY bersama Tim Nasional U-19 ini; “Cinta saya dan cinta masyarakat serta seluruh jamaah yang bersama saya akan turut ke lapangan”. Semoga, bekal moral ini benar-benar berdampak positif bagi Egy Maulana Fikri dkk di Piala AFF U-18 kali ini.[]

*Penulis adalah penggiat Maiyah fans Liverpool yang merindukan juara.

Lainnya

Fiqih Tanpa Aqidah, Bumi Tanpa Langit

Fiqih Tanpa Aqidah, Bumi Tanpa Langit

Setelah Wirid Wabal yang dipandu Hendra dan Ibrahim, Kenduri Cinta edisi Maret 2016 yang mengangkat “Fiqih Tanpa Aqidah, Bumi Tanpa Langit” kemudian dimulai dengan sesi prolog.

Kenduri Cinta
Kenduri Cinta
Sunda Mengasuh___

Sunda Mengasuh___

Sudah sejak pukul 18.00 penggiat Jamparing Asih berkumpul di gedung RRI.

Jamparing Asih
Jamparing Asih